Tampilkan postingan dengan label WAWASAN NUSANTARA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label WAWASAN NUSANTARA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 Juni 2014

Info Gaharu pohon garu/getah garu



Budidaya Gaharu, Satu Pohoh Hasilkan Puluhan Juta

Mahalnya harga jual getah dan pohon gaharu saat ini membuat banyak petani Kotabaru mulai tertarik untuk mengembangkan dan membudidayakan pohon gaharu. Selain memiliki harga ekonomis yang tinggi, pohon gaharu juga dapat tumbuh di kawasan hutan tropis. Pengembangan pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang sudah mengembangkan dan menanam pohon ini. Padahal, keuntungan dari bisnis pohon gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan warga hanya dalam waktu beberapa tahun.

Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di pekarangan warga. Karena itu sebenarnya warga memiliki banyak kesempatan untuk menanam pohon yang menghasilkan getah wangi ini. Banyaknya getah yang dihasilkan dari pohon gaharu tergantung dari masa tanam dan panen pohon tersebut. Misalnya untuk usia tanam selama 9 sampai 10 tahun, setiap batang pohon mampu menghasilkan sekitar 2 kilogram getah gaharu.

Sementara harga getah gaharu mencapai Rp5-20 juta per kilogram. Harga itu tergantung dari jenis dan kualitas getah gaharu. Untuk getah gaharu yang memiliki kualitas rendah dan berwarna kuning laku dijual Rp5 juta per Kg, sedangkan untuk getah pohon gaharu yang berwarga hitam atau dengan kualitas baik laku dijual Rp15-20 juta per Kg.

Salah seorang petani Kotabaru yang sudah mengembangkan pohon gaharu ini adalah Miran, warga Desa Langkang, Kecamatan Pulau Laut Timur. Menurutnya, untuk menanam pohon gaharu dan menghasilkan banyak getah diperlukan perawatan khusus.

Saat pohon gaharu berumur sekitar 5-8 tahun, pohon yang tumbuh seperti pohon hutan alam itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah. Setiap pohon diperlukan satu ampul dengan harga Rp300 ribu. Miran mengaku, ia sudah menjual sekitar 50 batang pohon gaharu yang masih berumur sekitar 1-3 tahun dengan nilai Rp19 juta. Ia juga telah menanam 500 batang pohon gaharu dengan umur satu tahun lebih dan tinggi sekitar 50 cm.

Karena memiliki sifat tumbuh yang tidak jauh beda dengan tanaman hutan lainnya, setiap hektar lahan dapat ditanam sekitar 500 pohon gaharu dengan jarak tanam sekitar 3-4 kali 6 meter.

Bibit pohon gaharu tersebut ia peroleh dari Samarinda, Kalimantan Timur, yang sebelumnya dikembangkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Harga bibit dari Rp7.500 sampai Rp10.000 per pohon.

Untuk pemasaran tidak perlu repot, karena banyak pembeli yang siap mendatangi mereka yang memiliki getah gaharu. Pengusaha transportasi itu juga berharap usaha yang ia rintis dapat diikuti masyarakat dan petani lain di Kotabaru. Apalagi bila mengingat masih banyak lahan tidur dibiarkan terbengkalai mubazir.

“Jika lahan tidur di wilayah kita dikembangkan dengan menanam gaharu, maka 10-15 tahun kemudian akan menghasilkan uang ratusan juta,” terang Miran. Sebelumnya, Miran sudah mencoba beberapa tanaman kebun, namun hasilnya tidak seperti menanam pohon gaharu. Dalam satu pohon usia dewasa dapat menghasilkan uang puluhan juta rupiah,

Selain Miran banyak petani lain di Desa Betung, Langkang Lama, Langkang Baru, Gunung Ulin dan Sebelimbingan yang mulai mengembangkan kayu yang biasa diambil getahnya untuk bahan minyak dan bahan obat-obatan tersebut.(Narullah)

GAHARU: HHBK yang Menjadi Primadona

Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup dapat diandalkan, khususnya apabila ditinjau dari harganya yang sangat istimewa bila dibandingkan dengan HHBK lainnya.  Nilai jual yang tinggi dari gaharu ini mendorong masyarakat untuk memanfaatkannya.  Sebagai contoh, pada awal tahun 2001, di Kalimantan Timur tepatnya di Pujangan (Kayan) harga gaharu dapat mencapai Rp. 600.000,- per kilogram .  Pada tingkat eceran di kota-kota besar harga ini tentunya akan semakin tinggi pula.  Kontribusi gaharu terhadap perolehan devisa juga menunjukkan grafik yang terus meningkat. Menurut Balai Pusat Statistik, rata-rata nilai ekspor gaharu dari Indonesia tahun 1990-1998 adalah sebesar US $ 2 juta, dan pada tahun 2000 meningkat menjadi US $ 2.2 juta.

Gaharu dikenal karena memiliki aroma yang khas dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, pewangi ruangan, hio (pelengkap sembahyang pemeluk agama Budha & Kong Hu Cu), obat, dan sebagainya.

Masyarakat awam seringkali mengaburkan istilah gaharu dengan pohon gaharu.  Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada suatu jenis pohon, yang pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp. (Nama daerah: Karas, Alim, Garu dan lain-lain).

Gaharu diperdagangkan dalam berbagai bentuk, yaitu berupa bongkahan, chips dan serbuk.  Bentuk bongkahan dapat berupa patung atau bentuk unik (natural sculpture) atau tanpa bentuk sama sekali.  Demikian pula warnanya, bervariasi mulai dari mendekati putih sampai coklat tua atau mendekati kehitaman, tergantung kadar damar wangi yang dikandungnya dan dengan sendirinya akan semakin wangi atau kuat aroma yang yang ditimbulkannya.  Umumnya warna gaharu inilah yang dijadikan dasar dalam penentuan kualitas gaharu. Semakin hitam/pekat warnanya, semakin tinggi kandungan damar wanginya, dan akan semakin tinggi pula nilai jualnya.  Umumnya semakin hitam/pekat warna gaharu, menunjukkan semakin tinggi proses infeksinya, dan semakin kuat aroma yang ditimbulkannya.  Namun pedoman warna dan aroma ini tidaklah mutlak, karena dalam kenyataannya, warna ini dapat diakali dengan penerapan pewarna, sedangkan aroma dapat diakali dengan mencelupkan gaharu ke dalam destilat gaharu.  Sehingga hanya pedagang-pedagang yang sudah berpengalaman dan sudah lama berkecimpung dalam perdagangan gaharu sajalah yang dapat membedakan antara gaharu yang tinggi kualitasnya dengan yang lebih rendah kualitanya (kemedangan).

Di Indonesia, gaharu yang diperdagangkan secara nasional masih dalam bentuk bongkahan, chips ataupun serbuk gaharu.  Masyarakat belum tertarik untuk mengolah gaharu secara lebih lanjut, misalnya dalam bentuk produk olahan seperti destilat gaharu, parfum, chopstick, dan lain-lain, yang tentunya akan lebih meningkatkan nilai jualnya.

Gaharu dihasilkan oleh pohon-pohon terinfeksi yang tumbuh di daerah tropika dan memiliki marga Aquilaria, Gyrinops dan Gonystilus yang keseluruhannya termasuk dalam famili Thymelaeaceae.  Marga Aquilaria terdiri dari 15 spesies, tersebar di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Myanmar, Lao PDR, Thailand, Kamboja, China Selatan, Malaysia, Philipina dan Indonesia.  Enam diantaranya ditemukan di Indonesia (A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. cumingiana dan A. filarial).  Keenam jenis tersebut terdapat hampir di seluruh kepulauan Indonesia, kecuali Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.  Marga Gonystilus memiliki 20 spesies, tersebar di Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Peninsula, Serawak, Sabah, Indonesia, Papua New Guinea, Philipina dan kepulauan Solomon serta kepulauan Nicobar.  Sembilan spisies diantaranya terdapat di Indonesia yaitu: di Sumatera, Kalimantan, Bali, Maluku dan Irian Jaya. Marga Gyrinops memiliki tujuh spesies.  Enam diantaranya tersebar di Indonesia bagian timur serta satu spesies terdapat di Srilanka.

Penyebab timbulnya infeksi (yang menghasilkan gaharu) pada pohon penghasil gaharu, hingga saat ini masih terus diamati.  Namun, para peneliti menduga bahwa ada 3 elemen penyebab proses infeksi pada pohon penghasil gaharu, yaitu (1) infeksi karena fungi, (2) perlukaan dan (3) proses non-phatology.  Dalam grup yang pertama, Santoso (1996) menyatakan telah berhasil mengisolasi beberapa fungi dari pohon Aquilaria spp. yang terinfeksi yaitu: Fusarium oxyporus, F. bulbigenium dan F. laseritium.  Pada kasus 2 dan 3 muncul hipotesis yang menyatakan bahwa perlukaan pohon dapat mendorong munculnya proses penyembuhan yang menghasilkan gaharu. Tetapi hipotesis inipun masih memerlukan pembuktian.

Kualita Gaharu Indonesia secara nasional telah ditetapkan dalam SNI 01-5009.1-1999 Gaharu.  Dalam SNI tersebut kualita gaharu dibagi dalam 13 kelas kualitas yang terdiri dari :

    Gubal gaharu yang terbagi dalam 3 kelas kualita (Mutu Utama = yang setara dengan mutu super; mutu Pertama = setara dengan mutu AB; dan mutu Kedua = setara dengan mutu Sabah super),
    Kemedangan yang terbagi dalam 7 kelas kualita (mulai dari mutu Pertama = setara dengan mutu TGA/TK1 sampai dengan mutu Ketujuh = setara dengan mutu M3), dan
    Abu gaharu yang terbagi dalam 3 kelas kualita (mutu Utama, Pertama dan Kedua).

Pada kenyataannya dalam perdagangan gaharu, pembagian kualitas gaharu tidak seragam antara daerah yang satu dengan yang lain, meskipun sudah ada SNI 01-5009.1-1999 Gaharu.  Sebagai contoh, di Kalimantan Barat disepakati 9 jenis mutu yaitu dari kualitas Super A (terbaik) sampai dengan mutu kemedangan kropos (terburuk).  Sedangkan di Kalimantan Timur dan Riau, para pebisnis gaharu menyepakati 8 jenis mutu, mulai dari mutu super A (terbaik) sampai dengan mutu kemedangan (terburuk).  Penetapan standar di lapangan yang tidak seragam tersebut dimungkingkan karena keberadaan SNI Gaharu sejauh ini belum banyak diketahui dan dimanfaatkan oleh para pedagang maupun pengumpul. Disamping itu, sebagaimana SNI-SNI hasil hutan lainnya,  penerapan SNI Gaharu masih bersifat sukarela (voluntary), dimana tidak ada kewajiban untuk memberlakukannya.

Pemanfaatan gaharu dari alam secara tradisional di Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), akan menjamin kelestarian pohon induknya, yaitu hanya mengambil bagian pohon yang ada gaharunya saja tanpa harus menebang pohonnya.  Pemanenan Gaharu sebaiknya dari pohon-pohon penghasil gaharu yang mempunyai diameter di atas 20 cm.  Namun, sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar dan nilai jual dari gaharu, masyarakat lokal telah mendapat pesaing dari pebisnis gaharu dari tempat lain, sehingga mereka berlomba-lomba untuk berburu gaharu.  Akibatnya, pemanfaatan gaharu secara tradisional yang mengacu pada prinsip kelestarian tidak dapat dipertahankan lagi.  Hal ini berdampak, semakin sedikitnya pohon-pohon induk gaharu.  Bahkan di beberapa tempat, gaharu telah dinyatakan jarang/hampir punah.  Hal ini disebabkan oleh karena penduduk tidak lagi hanya menoreh bagian pohon yang ada gaharunya, tetapi langsung menebang pohonnya.  Diameter pohon yang ditebangpun menurun menjadi dibawah 20 cm, dan tentu saja kualita gaharu yang diperolehpun tidak dapat optimal.

Akibat semakin langkanya tegakan pohon penghasil gaharu, dalam COP (Conference of Parties) ke – 9 CITES (Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) di Fort Lauderdale, Florida, USA (7 – 18 Nopember 1994) para peserta konferensi atas usulan India menerima proposal pendaftaran salah satu spesies penghasil gaharu (A. malaccensis) dalam CITES Appendix II.  Dengan demikian dalam waktu 90 hari sejak penerimaan/penetapan proposal tersebut, perdagangan spesies tersebut harus dilakukan dengan prosedur CITES.

Namun masalahnya, hingga saat ini gaharu yang diperdagangkan dalam bentuk bongkahan, chips, serbuk, destilat gaharu serta produk akhir seperti chopstick, pensil, parfum, dan lain-lain tidak dapat/sulit untuk dapat dibuktikan apakah gaharu tersebut dihasilkan oleh jenis A. malaccensis ataukah dari spesies lain.   Untuk mengatasi masalah ini, akhirnya ditempuh kebijaksanaan bahwa baik negara pengekspor maupun penerima tetap menerapkan prosedur CITES terhadap setiap produk gaharu, terlepas apakah produk tersebut berasal dari spesies A. malaccensis ataukah bukan.  Hal ini dikarenakan sebagian besar populasi spesies penghasil gaharu di alam sudah berada pada posisi terancam punah.  Dengan demikian diharapkan populasi spesies penghasil gaharu dapat diselamatkan.

Mempertimbangkan nilai jual Gaharu, patut diupayakan peningkatan peranan Gaharu sebagai komoditas andalan alternatif untuk penyumbang devisa dari sektor kehutanan selain dari produk hasil hutan kayu.  Untuk mendapatkan manfaat nilai tambah maksimal dalam memanfaatkan komoditas tersebut, perlu pembinaan  kepada produsen di dalam negeri untuk mengolah gaharu secara lebih lanjut, misalnya dalam bentuk produk akhir (olahan) seperti destilat gaharu, parfum, chopstick, dan lain-lain dengan nilai jual yang lebih tinggi. Disamping itu, untuk mendorong keseragaman penetapan kualita di lapangan, keberadaan SNI gaharu perlu disosialisasikan di kalangan para produsen, pedagang, dan para konsumen. Lebih lanjut, untuk menjamin keberlanjutan pasokan gaharu, perlu upaya pembinaan agar masyarakat memanen gaharu dengan cara-cara yang mengindahkan kaidah-kaidah kelestarian.  Akhirnya, untuk menghindarkan kepunahan gaharu, maka aturan atau prosedur CITES dalam perdagangan komoditas gaharu harus dilaksanakan secara konsekwen di lapangan oleh para pihak yang berkepentingan.

Sumber Berita :

http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/INFO_V02/VI_V02.htm

Standar Nasional Indonesia
SNI 01-5009.1-1999

Definisi

Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp. (Nama daerah : Karas, Alim, Garu dan lain-lain).

Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan.

Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan.

Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat.

Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.

Klasifikasi

Gubal gaharu dibagi dalam tanda mutu, yaitu :

    Mutu utama, dengan tanda mutu U, setara mutu super.
    Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu AB.
    Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu sabah super.

Kemedangan dibagi dalam 7 (tujuh) kelas mutu, yaitu :

    Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu TGA atau TK I.
    Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu SB I.
    Mutu ketiga, dengan tanda mutu III, setara mutu TAB.
    Mutu keempat, dengan tanda mutu IV, setara mutu TGC.
    Mutu kelima, dengan tanda mutu V, setara mutu M 1.
    Mutu keenam, dengan tanda mutu VI, setara mutu M 2.
    Mutu ketujuh, dengan tanda mutu VII, setara mutu M 3.

Abu gaharu dibagi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu :

    Mutu Utama, dengan tanda mutu U.
    Mutu pertama, dengan tanda mutu I.
    Mutu kedua, dengan tanda mutu II.

Cara Pemungutan

Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.

Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu.

Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.

Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.

Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.

Syarat Mutu

Persyaratan umum

Baik gubal gaharu maupun kemedangan tidak diperkenankan memiliki cacat-cacat lapuk dan busuk.

Persyaratan khusus

Persyaratan khusus mutu gaharu, dapat dilihat berturut-turut pada Tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Persyaratan Mutu Gubal Gaharu
No.     Karakteristik     M u t u
U     I     II
1.     Bentuk     -     -     -
2.     Ukuran :
p
l
t     4 – 15 cm
2 – 3 cm
> 0,5 cm     4 – 15 cm
2 – 3 cm
> 0,5 cm     >15 cm
-
-
3.     Warna     Hitam merata     Hitam kecoklatan     Hitam kecoklatan
4.     Kandungan damar wangi     Tinggi     Cukup     Sedang
5.     Serat     Padat     Padat     Padat
6.     Bobot     Berat     Agak berat     Sedang
7.     Aroma (dibakar)     Kuat     Kuat     Agak kuat

Tabel 2. Persyaratan Mutu Kemedangan
No.     Karakteristik     M u t u
I     II     III     IV     V     VI     VII
1.     Warna     Coklat kehitaman     Coklat bergaris hitam     Coklat bergaris putih tipis     Kecoklatan bergaris putih tipis     Kecoklatan bergaris putih lebar     Putih keabu-abuan garis hitam tipis     Putih keabu-abuan
2.     Kandungan damar wangi     Tinggi     Cukup     Sedang     Sedang     Sedang     Kurang     Kurang
3.     Serat     Agak padat     Agak padat     Agak padat     Kurang padat     Kurang padat     Jarang     Jarang
4.     Bobot     Agak berat     Agak berat     Agak berat     Agak berat     Ringan     Ringan     Ringan
5.     Aroma (dibakar)     Agak kuat     Agak kuat     Agak kuat     Agak kuat     Kurang kuat     Kurang kuat     Kurang kuat

Tabel 3. Persyaratan Mutu Abu Gaharu
No.     Karakteristik     M u t u
U     I     II
1.     Warna     Hitam     Coklat kehitaman     Putih kecoklatan/kekuningan
2.     Kandungan damar wangi     Tinggi     Sedang     Kurang
3.     Aroma (dibakar)     Kuat     Sedang     Kurang

Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh kayu atau abu gaharu untuk keperluan pemeriksaan dilakukan secara acak, dengan jumlah contoh uji seperti tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Gaharu Contoh Uji
No.     Jumlah Populasi     Jumlah Contoh Uji
1.
2.
3.     <100 kg
100 – 1.000 kg
> 1.000 kg     15 gr
100 gr
200 gr

Cara Uji Prinsip : Pengujian dilakukan secara kasat mata (visual) dengan mengutamakan kesan warna dan kesan bau (aroma) apabila dibakar.

Peralatan yang digunakan meliputi meteran, pisau, bara api, kaca pembesar (loupe) ukuran pembesaran > 10 (sepuluh) kali, dan timbangan.

Syarat pengujian

Kayu gaharu yang akan diuji harus dikelompokkan menurut sortimen yang sama. Khusus untuk abu gaharu dikelompokkan menurut warna yang sama.

Pengujian dilaksanakan ditempat yang terang (dengan pencahayaan yang cukup), sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu atau abu gaharu.

Pelaksanaan pengujian

Penetapan jenis kayu

Penetapan jenis kayu gaharu dapat dilaksanakan dengan memeriksa ciri umum kayu gaharu.

Penetapan ukuran

Penetapan ukuran panjang, lebar dan tebal kayu gaharu hanya berlaku untuk jenis gubal gaharu.

Penetapan berat

Penetapan berat dilakukan dengan cara penimbangan, menggunakan satuan kilogram (kg).

Penetapan mutu

Penetapan mutu kayu gaharu adalah dengan penilaian terhadap ukuran, warna, bentuk, keadaan serat, bobot kayu, dan aroma dari kayu gaharu yang diuji. Sedangkan untuk abu gaharu dengan cara menilai warna dan aroma.

    Penilaian terhadap ukuran kayu gaharu, adalah dengan cara mengukur panjang, lebar dan tebal, sesuai dengan syarat mutu pada Tabel 2.
    Penilaian terhadap warna kayu dan abu gaharu adalah dengan menilai ketuaan warna, lebih tua warna kayu, menandakan kandungan damar semakin tinggi.
    Penilaian terhadap kandungan damar wangi dan aromanya adalah dengan cara memotong sebagian kecil dari kayu gaharu atau mengambil sejumput abu gaharu, kemudian membakarnya. Kandungan damar wangi yang tinggi dapat dilihat dari hasil pembakaran, yaitu kayu atau abu gaharu tersebut meleleh dan mengeluarkan aroma yang wangi dan kuat.
    Penilaian terhadap serat kayu gaharu, adalah menilai kerapatan dan kepadatan serat kayu. Serat kayu yang rapat, padat, halus dan licin, bermutu lebih tinggi dari pada serat yang jarang dan kasar.

Penetapan mutu akhir

Penetapan mutu akhir didasarkan pada mutu terendah menurut salah satu persyaratan mutu berdasarkan karakteristik kayu gaharu.

Syarat Lulus Uji

Kayu gaharu atau abu gaharu yang telah diuji atau diperiksa, dinyatakan lulus uji apabila memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

Syarat Penandaan

Pada kemasan kayu atau abu gaharu yang telah selesai dilakukan pengujian harus diterakan:
- Nomor kemasan
- Berat kemasan
- Sortimen
- Mutu
- Nomor SNI
- Tanda Pengenal Perusahaan (TPP)

Sumber Berita :

http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/SNI/gaharu.htm

Senin, 06 Januari 2014

10 Museum Indonesia



Senang pergi ke museum untuk mengisi liburan? Atau untuk pergi berdarmawisata? Ini adalah museum-museum di Indonesia yang menarik untuk dikunjungi, dan memiliki banyak kelebihan dibanding museum-museum lainnya. Tak kalah dari museum luar negeri pula
1. Museum Nasional

Ini adalah museum tertua yang ada di Indonesia, selain itu koleksi sejarahnya paling lengkap, dan terbesar di Indonesia. Disini, kita bisa melihat berbagai peninggalan bersejarah bangsa Indonesia yang amat banyak dan beragam. Museum ini pertama didirikan tahun 1778, dan memiliki sekitar 142.000 koleksi bersejarah dari zaman pra-sejarah dan sejarah Indonesia. Kita bisa melihat kapak purba, kalung pra sejarah, prasasti, dan benda-benda bersejarah lainnya. Yang paling menarik disini adalah Prasasti Yupa, Arca Bhairawa Buddha, serta koleksi emas nusantara.
2. Museum Bank Indonesia

Museum ini adalah museum yang modern, berbeda dari museum lainnya yang biasanya bernuansa kuno. Museum yang berdiri tahun 2006 ini tentu saja menjelaskan sejarah bank Indonesia. Yang hebat dari museum ini, semuanya serba modern, mulai dari animasi di bioskop mini, teknologi touch screen, dan semua informasi tertata sangat sistematis. Disini kita tak bisa melewatkan permainan tangkap uang virtual dan mengangkat emas batangan.
3. Museum Kartun Indonesia (di Bali)
museum
Selain keindahan pantainya, Bali juga mempunyai museum yang menarik ini. Isinya tentu adalah sejarah kartun di Indonesia. Di sini kita bisa melihat berbagai kartun, komik, dan karikatur karya anak bangsa. Kita juga bisa melihat koleksi kartun karya Presiden Soekarno, dan bisa meminta seorang pelukis untuk melukiskan karikatur kita.
4. Museum Geologi Bandung

Museum ini menampilkan berbagai macam fosil dari binatang-bintang purba dan sejarah geologi di Indonesia. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1929. Disini kita bisa melihat fosil dinosaurus, Tyrannosaurus Rex, gajah Mastodon, dan binatang purba lainnya. Kita juga bisa melihat maket-maket tentang geologi di sini.
5. Museum Listrik dan Energi Baru

Di museum ini, kita bisa melihat berbagai peragaan tentang energi, seperti rumah solar dan mobil tenaga surya. Kita bisa mencoba semua peragaan tersebut, yang menarik adalah peragaan mesin Tesla, Van de Graff, dan sepeda Kinetik.
6. Museum Transportasi

Museum ini menampilkan berbagai jenis transportasi di Indonesia, dari zaman pedati, lokomotif uap, dan bus DAMRI. Selain itu, ada juga transportasi laut dan udara kuno yang ditampilkan di sini.
7. Museum Layang-layang

Museum ini menampilkan berbagai jenis layang-layang, yang terbuat dalam berbagai jenis. Disini kita bisa menemukan layangan besar bernama Ikan Singa, Layangan yang mengeluarkan bunyi, serta workshop membuat layangan.
8. Museum Anak Kolong Tangga (Yogyakarta)

Museum ini menampilkan berbagai permainan anak-anak tradisional dari Indonesia dan dunia. Enaknya, kita bisa memainkan beberapa dari mainan tradisonal itu. Kita juga bisa melihat mainan anak dari zaman kerajaan.
9. Museum Polri

Museum ini tentunya menjelaskan berbagai sejarah, kegiatan, dan peralatan yang dipakai oleh POLRI. Di museum ini, ada juga kids corner untuk bermain detektif dan alat pendeteksi kebohongan.
10. Museum Kereta Api Ambarawa

Museum ini dulunya adalah sebuah stasiun kereta api Belanda yang bernama Stasiun KA Ambarawa. Setelah kemerdekaan, stasiun ini diubah menjadi museum yang mnyimpan berbagai benda dari stasiun itu. Museum ini menyimpan 21 koleksi Kereta uap, kita bahkan bisa menaiki 2 dari kereta uap itu dari Stasiun Ambarawa ke Stasiun Bedono. 2 kereta tersebut, B2502 dan B2503, adalah 2 dari 3 kereta api bergerigi di dunia yang masih beroperasi

sumber = http://yourselftitled.wordpress.com/2010/05/22/10-museum-indonesia-yang-wajib-dikunjungi/#comment-401

Senin, 15 April 2013

Jenenge pagawean ten Boso Jowo/ Nama pekerjaan di dalam bahasa Jawa/Name of work in the Java language FOR ELEMENTERY SCHOOL JAVANESE

sumber http://ithinkeducation.blogspot.com/2012/06/jenenge-pagawean-ten-boso-jowo-nama.html
Jenenge pagawean ten Boso Jowo/ Nama pekerjaan di  dalam bahasa Jawa/Name of work in the Java language
(Sumber/ Source: Abikusno.1988.Pepak Basa Jawa.Surabaya:Express.)
Jenenge pagawean
(JAVANESE)
(INDONESIAN)
(ENGLISH)
algojo
Tukang ngukum pati
Orang yang menghukum mati
Executioner
babu
Wong wadon sing gaweane momong sak panunggalane.
Perempuan yang bekerjanya  memomong bayi dan lainnya
Baby sister
bajag
wong sing gawene begal ing segara
Orang yang pekerjaan di laut
Blow
bakul
Wong sing gaweane dodol barang (cilik-cilikan)
Orang yang bekerja jual barang (kecil-kecilan)
Grocer
batur
Wong sing gaweane ngrewangi pagawean.
Orang yang bekerja membantu pekerjaan
Herlper
begal
Durjana (maling) ing dalan sepi
Pencuri (maling) di jalan sepi
Thief
bendung
Wong sing gawene mbendung
Orang yang  bekerja membendung
People work at dam
blandong
Tukang ngegor kayu (ing alas lan sakpanunggale)
Tukang menebang kayu (di hutan dan lainnya)
Lumberjack
blantik
Bakul kewan (rajakaya, manuk, lan sakpanunggale)
Penjual hewan (hewan ternak besar berkaki empat, burung, dan lainnya)
Broker
buruh
Wong sing nyambut gawe ngalap opah.
Orang yang bekerja utang-membayar utang gaji
Worker
cantrik
Abdine pandhita ngiras dadi muride
Pembantu pendete ikut jadi muridnya
Disciple
dhalang
Wong sing gaweane nglakokake lan nyritakake wayang.
Orang yang pekerjaan mengendarai dan menceritakan wayang
Narrator and puppeteer of traditional shadow plays
dokter
Wong sing gaweane ngobati wong lara.
Orang yang pekerjaan mengobati orang sakit
Doctor
emban
Wong sing gaweane momong bocah.
Orang yang pekerjaan momong balita
Breastband
empu
Wong kang pinunjul/ boten wani di lawan (pujangga, ahli, lan sakpanunggale); pandhe
Orang yang tidak berani dilawan (pujangga, ahli, dan lainnya); pande
Master craftsman
gamel
Tukang ngopeni jaran
Tukang memelihara kuda
People keep horse
gandhek
Utusan ratu (gaweane nglantarake dhawuh)
Utusan ratu (bekerja meneruskan nasehat)
Ambassador (work for continue advice)
gemblak
Tukang gawe barang kuningan
Tukang membuat barang kuningan
People create brass
gerji
Tukang ndondomi klambi
Tukang menjahit baju
tailor
germa
Tukang mberburu kewan (ing alas)
Tukang memburu hewan (di hutan)
beater
guru
Wong sing gaweane mulang muruk ing pamulangan
Orang yang pekerjaannya mengajar ilmu di pendidikan
Teacher
jagal
Tukang nyembeleh rajakaya
Tukang menyembelih hewan ternak besar.
Small-scale trader
jlagra
Tukang natah watu
Tukang memecahkan batu
Craftsman analyze stone
juragan
Sudagar gedhe; lurahe pakaryan
Saudagar besar; lurah pekerjaan
Large-scale merchant; village chief
Juru basa
Wong sing pinter negesi basa ngamanca/ jobo negoro
Orang yang pinter mengartikan bahasa luar negeri
People can explain foreign language
Juru dang
Tukang adang
Tukang memasak
Craftsman for cooking
Juru kunci
Wong sing gaweane ngrumat pasarean (papan kramat)
Orang yang pekerjaan memelihara makam (tempat kramat)
People work keep grave (scared place)
Juru tambang
Tukang nglakokake prau gethek ing kali
Tukang mengendarai prahu bambu di sungai
Craftsman drive bamboo of ship on river
Juru silem
Wong sing gaweane nyilem ing segoro.
Orang yang pekerjaan nyelam di laut
People work dive at sea
Juru sungging
Wong sing pinter nyungging (nggambar)
Orang yang pinter nglukis (gambar)
Painter
Juru terbang
Wong sing gaweane nglakokake motor mabur
Orang yang pekerjaan mengendarai pesawat
Pilot
Juru tulis
Wong sing gaweane nulis ing kantor
Orang yang pekerjaan menulis di kantor
Writer
kemasan
Tukang gawe dandannan mas inten
Tukang pekerjaan mengukir emas dan intan
Craftsman work measure gold and diamond
koki
Tukang olah-olah
Tukang memasak
Chef
kondektur
Tukang nariki lan mriksa karcis ing bis (sepur)
Tukang menarik dan memeriksa karcis di bis (kereta)
Conductor on public transportation (railway)
kundhi
Tukang gawe grabah
Tukang membuat gerabah
Craftsman create earthenware vessels
kusir
Tukang nglakokake dhokar (kreta)
Tukang mengendarai dokar (kereta kuda)
Craftsman drive horse-drawn buggy (horse carriage)
kyai
Wong sing pinter bab agama Islam; sebutane pusaka
Orang yang pandai bab agama Islam; panggilan pusaka
Teacher of Islam
Madhaharan
Juru olah-olah
Juru memasak
Chef
malang
Pulisi desa
Polisi desa
Police of Village
mandhor
Wong sing dadi pangarepe kuli
Orang yang jadi koordinator kuli
Foreman
masinis
Tukang nglakokake sepur
Tukang mengendarai kereta
Engineer of a ship or locomotive
merbot
Punggawa mesjid
Penjaga masjid
Keep for mosque
molang
Bakul rajakaya
Penjual hewan ternak besar
Grocer for big pet
montir
Tukang ndandani mesin
Tukang memperbaiki mesin
Craftsman repair mesin
mranggi
Tukang gawe wrangka/ wadhah keris utowo pusoko
Tukang buat rangka/ tempat keris atau pusaka
Craftsman create framework/ place keris or heirloom
Niyaga, wiyaga
Tukang nabuh gamelan
Tukang menabuh gamelan
Craftsman srike gamelan
pacalang
Prajurit kang gaweane nglutakae utowo nametake lakune musuh
Prajurit yang pekerjaan memata-matai atau melihat perlaku musuh
Only, nothing other than
pakathik
Tukang nuntun jaran
Tukang menuntun kuda
Craftsman guide horse
Palara-lara
Para nyai cilik (enom)
Para nyai kecil (muda)
respectful term of adrees to young woman
palayang
Tukang ngeterake layang
Tukang mengatarkan surat
Postman
pandhe
Tukang gawe barang wesi
Tukang buat barang besi
Craftsman create iron things
panegar
Tukang ngajari jaran
Tukang membelajari kuda
Craftsman teach horse
panjak
Tukang ngladeni pande; niyaga
Tukang pandai besi; niaga
Goldsmith
pangobeng
Wong kang buruh ngobeng (mbathik)
Orang yang buruh mbathik
People create batik
para
bakul mas inten
Penjual emas intan
Seller for gold diamond
parekan
Para nyai kang katengen utowo dimanja (ing kraton)
Para nyai yang  dimanja (di kraton)
Respectful term of address to older (in Java of Palace)
pasindhen
Wong kang nyindheni (mbarengi nembang) gamelan
Orang yang menyinden (bareng dengan lagu) gamelan
Woman singer with gamelan orchestra
pawongan
Batur wadon
Pembantu perempuan
Female domestic servant
prajurit
Wong sing pagaweane bela Negara
Orang yang pekerjaan bela Negara
Soldier
pramugari
Wong sing gaweane ngladeni ing montor mabur, sepur, bis lan sakpanunggale.
Orang yang pekerjaan pemantu di pesawat, kereta, bus dan lainnya
Female attendant o long distance transport
pramuwisma
Wong sing gaweane ngrewangi pagawean bale omah
Orang yang pekerjaan membantu pekerjaan rumah tangga
(euphemism) maid servant
sarawedi
Tukang adol utowo nggosok inten berleyan.
Tukang jual atau menggosok intan berlian
Seller or rub diamond polished diamond
sayang
Tukang gawe barang tembaga
Tukang membuat barang tembaga
Craftsman create copper things
sekater
Tukang naksir (nawarake) ing pagadhean
Tukan menawarkan di penggadaian
Craftsman weaken in mortgagee
sinoman
Wong (nom-noman) sing gaweane laden
Orang (muda-mudaan) yang pekerjaan membantu
People (young) work helper
srati
Tukang ngrumat (ngupakara) gajah
Tukang memelihara gajah
Craftsman keep elephant
sudagar
Wong dagang (gedhe)
Orang dagang (besar)
Large scale merchant
supir
Tukang nglakokake montor
Tukang mengendarai motor
Chauffeur
undhagi
Tukang gawe bekakas kayu.
Tukang membuat bekakas kayu
Craftsman create tools of wood