Kamis, 26 Juni 2014

Info Gaharu pohon garu/getah garu



Budidaya Gaharu, Satu Pohoh Hasilkan Puluhan Juta

Mahalnya harga jual getah dan pohon gaharu saat ini membuat banyak petani Kotabaru mulai tertarik untuk mengembangkan dan membudidayakan pohon gaharu. Selain memiliki harga ekonomis yang tinggi, pohon gaharu juga dapat tumbuh di kawasan hutan tropis. Pengembangan pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang sudah mengembangkan dan menanam pohon ini. Padahal, keuntungan dari bisnis pohon gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan warga hanya dalam waktu beberapa tahun.

Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di pekarangan warga. Karena itu sebenarnya warga memiliki banyak kesempatan untuk menanam pohon yang menghasilkan getah wangi ini. Banyaknya getah yang dihasilkan dari pohon gaharu tergantung dari masa tanam dan panen pohon tersebut. Misalnya untuk usia tanam selama 9 sampai 10 tahun, setiap batang pohon mampu menghasilkan sekitar 2 kilogram getah gaharu.

Sementara harga getah gaharu mencapai Rp5-20 juta per kilogram. Harga itu tergantung dari jenis dan kualitas getah gaharu. Untuk getah gaharu yang memiliki kualitas rendah dan berwarna kuning laku dijual Rp5 juta per Kg, sedangkan untuk getah pohon gaharu yang berwarga hitam atau dengan kualitas baik laku dijual Rp15-20 juta per Kg.

Salah seorang petani Kotabaru yang sudah mengembangkan pohon gaharu ini adalah Miran, warga Desa Langkang, Kecamatan Pulau Laut Timur. Menurutnya, untuk menanam pohon gaharu dan menghasilkan banyak getah diperlukan perawatan khusus.

Saat pohon gaharu berumur sekitar 5-8 tahun, pohon yang tumbuh seperti pohon hutan alam itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah. Setiap pohon diperlukan satu ampul dengan harga Rp300 ribu. Miran mengaku, ia sudah menjual sekitar 50 batang pohon gaharu yang masih berumur sekitar 1-3 tahun dengan nilai Rp19 juta. Ia juga telah menanam 500 batang pohon gaharu dengan umur satu tahun lebih dan tinggi sekitar 50 cm.

Karena memiliki sifat tumbuh yang tidak jauh beda dengan tanaman hutan lainnya, setiap hektar lahan dapat ditanam sekitar 500 pohon gaharu dengan jarak tanam sekitar 3-4 kali 6 meter.

Bibit pohon gaharu tersebut ia peroleh dari Samarinda, Kalimantan Timur, yang sebelumnya dikembangkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Harga bibit dari Rp7.500 sampai Rp10.000 per pohon.

Untuk pemasaran tidak perlu repot, karena banyak pembeli yang siap mendatangi mereka yang memiliki getah gaharu. Pengusaha transportasi itu juga berharap usaha yang ia rintis dapat diikuti masyarakat dan petani lain di Kotabaru. Apalagi bila mengingat masih banyak lahan tidur dibiarkan terbengkalai mubazir.

“Jika lahan tidur di wilayah kita dikembangkan dengan menanam gaharu, maka 10-15 tahun kemudian akan menghasilkan uang ratusan juta,” terang Miran. Sebelumnya, Miran sudah mencoba beberapa tanaman kebun, namun hasilnya tidak seperti menanam pohon gaharu. Dalam satu pohon usia dewasa dapat menghasilkan uang puluhan juta rupiah,

Selain Miran banyak petani lain di Desa Betung, Langkang Lama, Langkang Baru, Gunung Ulin dan Sebelimbingan yang mulai mengembangkan kayu yang biasa diambil getahnya untuk bahan minyak dan bahan obat-obatan tersebut.(Narullah)

GAHARU: HHBK yang Menjadi Primadona

Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup dapat diandalkan, khususnya apabila ditinjau dari harganya yang sangat istimewa bila dibandingkan dengan HHBK lainnya.  Nilai jual yang tinggi dari gaharu ini mendorong masyarakat untuk memanfaatkannya.  Sebagai contoh, pada awal tahun 2001, di Kalimantan Timur tepatnya di Pujangan (Kayan) harga gaharu dapat mencapai Rp. 600.000,- per kilogram .  Pada tingkat eceran di kota-kota besar harga ini tentunya akan semakin tinggi pula.  Kontribusi gaharu terhadap perolehan devisa juga menunjukkan grafik yang terus meningkat. Menurut Balai Pusat Statistik, rata-rata nilai ekspor gaharu dari Indonesia tahun 1990-1998 adalah sebesar US $ 2 juta, dan pada tahun 2000 meningkat menjadi US $ 2.2 juta.

Gaharu dikenal karena memiliki aroma yang khas dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, pewangi ruangan, hio (pelengkap sembahyang pemeluk agama Budha & Kong Hu Cu), obat, dan sebagainya.

Masyarakat awam seringkali mengaburkan istilah gaharu dengan pohon gaharu.  Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada suatu jenis pohon, yang pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp. (Nama daerah: Karas, Alim, Garu dan lain-lain).

Gaharu diperdagangkan dalam berbagai bentuk, yaitu berupa bongkahan, chips dan serbuk.  Bentuk bongkahan dapat berupa patung atau bentuk unik (natural sculpture) atau tanpa bentuk sama sekali.  Demikian pula warnanya, bervariasi mulai dari mendekati putih sampai coklat tua atau mendekati kehitaman, tergantung kadar damar wangi yang dikandungnya dan dengan sendirinya akan semakin wangi atau kuat aroma yang yang ditimbulkannya.  Umumnya warna gaharu inilah yang dijadikan dasar dalam penentuan kualitas gaharu. Semakin hitam/pekat warnanya, semakin tinggi kandungan damar wanginya, dan akan semakin tinggi pula nilai jualnya.  Umumnya semakin hitam/pekat warna gaharu, menunjukkan semakin tinggi proses infeksinya, dan semakin kuat aroma yang ditimbulkannya.  Namun pedoman warna dan aroma ini tidaklah mutlak, karena dalam kenyataannya, warna ini dapat diakali dengan penerapan pewarna, sedangkan aroma dapat diakali dengan mencelupkan gaharu ke dalam destilat gaharu.  Sehingga hanya pedagang-pedagang yang sudah berpengalaman dan sudah lama berkecimpung dalam perdagangan gaharu sajalah yang dapat membedakan antara gaharu yang tinggi kualitasnya dengan yang lebih rendah kualitanya (kemedangan).

Di Indonesia, gaharu yang diperdagangkan secara nasional masih dalam bentuk bongkahan, chips ataupun serbuk gaharu.  Masyarakat belum tertarik untuk mengolah gaharu secara lebih lanjut, misalnya dalam bentuk produk olahan seperti destilat gaharu, parfum, chopstick, dan lain-lain, yang tentunya akan lebih meningkatkan nilai jualnya.

Gaharu dihasilkan oleh pohon-pohon terinfeksi yang tumbuh di daerah tropika dan memiliki marga Aquilaria, Gyrinops dan Gonystilus yang keseluruhannya termasuk dalam famili Thymelaeaceae.  Marga Aquilaria terdiri dari 15 spesies, tersebar di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Myanmar, Lao PDR, Thailand, Kamboja, China Selatan, Malaysia, Philipina dan Indonesia.  Enam diantaranya ditemukan di Indonesia (A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. cumingiana dan A. filarial).  Keenam jenis tersebut terdapat hampir di seluruh kepulauan Indonesia, kecuali Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.  Marga Gonystilus memiliki 20 spesies, tersebar di Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Peninsula, Serawak, Sabah, Indonesia, Papua New Guinea, Philipina dan kepulauan Solomon serta kepulauan Nicobar.  Sembilan spisies diantaranya terdapat di Indonesia yaitu: di Sumatera, Kalimantan, Bali, Maluku dan Irian Jaya. Marga Gyrinops memiliki tujuh spesies.  Enam diantaranya tersebar di Indonesia bagian timur serta satu spesies terdapat di Srilanka.

Penyebab timbulnya infeksi (yang menghasilkan gaharu) pada pohon penghasil gaharu, hingga saat ini masih terus diamati.  Namun, para peneliti menduga bahwa ada 3 elemen penyebab proses infeksi pada pohon penghasil gaharu, yaitu (1) infeksi karena fungi, (2) perlukaan dan (3) proses non-phatology.  Dalam grup yang pertama, Santoso (1996) menyatakan telah berhasil mengisolasi beberapa fungi dari pohon Aquilaria spp. yang terinfeksi yaitu: Fusarium oxyporus, F. bulbigenium dan F. laseritium.  Pada kasus 2 dan 3 muncul hipotesis yang menyatakan bahwa perlukaan pohon dapat mendorong munculnya proses penyembuhan yang menghasilkan gaharu. Tetapi hipotesis inipun masih memerlukan pembuktian.

Kualita Gaharu Indonesia secara nasional telah ditetapkan dalam SNI 01-5009.1-1999 Gaharu.  Dalam SNI tersebut kualita gaharu dibagi dalam 13 kelas kualitas yang terdiri dari :

    Gubal gaharu yang terbagi dalam 3 kelas kualita (Mutu Utama = yang setara dengan mutu super; mutu Pertama = setara dengan mutu AB; dan mutu Kedua = setara dengan mutu Sabah super),
    Kemedangan yang terbagi dalam 7 kelas kualita (mulai dari mutu Pertama = setara dengan mutu TGA/TK1 sampai dengan mutu Ketujuh = setara dengan mutu M3), dan
    Abu gaharu yang terbagi dalam 3 kelas kualita (mutu Utama, Pertama dan Kedua).

Pada kenyataannya dalam perdagangan gaharu, pembagian kualitas gaharu tidak seragam antara daerah yang satu dengan yang lain, meskipun sudah ada SNI 01-5009.1-1999 Gaharu.  Sebagai contoh, di Kalimantan Barat disepakati 9 jenis mutu yaitu dari kualitas Super A (terbaik) sampai dengan mutu kemedangan kropos (terburuk).  Sedangkan di Kalimantan Timur dan Riau, para pebisnis gaharu menyepakati 8 jenis mutu, mulai dari mutu super A (terbaik) sampai dengan mutu kemedangan (terburuk).  Penetapan standar di lapangan yang tidak seragam tersebut dimungkingkan karena keberadaan SNI Gaharu sejauh ini belum banyak diketahui dan dimanfaatkan oleh para pedagang maupun pengumpul. Disamping itu, sebagaimana SNI-SNI hasil hutan lainnya,  penerapan SNI Gaharu masih bersifat sukarela (voluntary), dimana tidak ada kewajiban untuk memberlakukannya.

Pemanfaatan gaharu dari alam secara tradisional di Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), akan menjamin kelestarian pohon induknya, yaitu hanya mengambil bagian pohon yang ada gaharunya saja tanpa harus menebang pohonnya.  Pemanenan Gaharu sebaiknya dari pohon-pohon penghasil gaharu yang mempunyai diameter di atas 20 cm.  Namun, sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar dan nilai jual dari gaharu, masyarakat lokal telah mendapat pesaing dari pebisnis gaharu dari tempat lain, sehingga mereka berlomba-lomba untuk berburu gaharu.  Akibatnya, pemanfaatan gaharu secara tradisional yang mengacu pada prinsip kelestarian tidak dapat dipertahankan lagi.  Hal ini berdampak, semakin sedikitnya pohon-pohon induk gaharu.  Bahkan di beberapa tempat, gaharu telah dinyatakan jarang/hampir punah.  Hal ini disebabkan oleh karena penduduk tidak lagi hanya menoreh bagian pohon yang ada gaharunya, tetapi langsung menebang pohonnya.  Diameter pohon yang ditebangpun menurun menjadi dibawah 20 cm, dan tentu saja kualita gaharu yang diperolehpun tidak dapat optimal.

Akibat semakin langkanya tegakan pohon penghasil gaharu, dalam COP (Conference of Parties) ke – 9 CITES (Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) di Fort Lauderdale, Florida, USA (7 – 18 Nopember 1994) para peserta konferensi atas usulan India menerima proposal pendaftaran salah satu spesies penghasil gaharu (A. malaccensis) dalam CITES Appendix II.  Dengan demikian dalam waktu 90 hari sejak penerimaan/penetapan proposal tersebut, perdagangan spesies tersebut harus dilakukan dengan prosedur CITES.

Namun masalahnya, hingga saat ini gaharu yang diperdagangkan dalam bentuk bongkahan, chips, serbuk, destilat gaharu serta produk akhir seperti chopstick, pensil, parfum, dan lain-lain tidak dapat/sulit untuk dapat dibuktikan apakah gaharu tersebut dihasilkan oleh jenis A. malaccensis ataukah dari spesies lain.   Untuk mengatasi masalah ini, akhirnya ditempuh kebijaksanaan bahwa baik negara pengekspor maupun penerima tetap menerapkan prosedur CITES terhadap setiap produk gaharu, terlepas apakah produk tersebut berasal dari spesies A. malaccensis ataukah bukan.  Hal ini dikarenakan sebagian besar populasi spesies penghasil gaharu di alam sudah berada pada posisi terancam punah.  Dengan demikian diharapkan populasi spesies penghasil gaharu dapat diselamatkan.

Mempertimbangkan nilai jual Gaharu, patut diupayakan peningkatan peranan Gaharu sebagai komoditas andalan alternatif untuk penyumbang devisa dari sektor kehutanan selain dari produk hasil hutan kayu.  Untuk mendapatkan manfaat nilai tambah maksimal dalam memanfaatkan komoditas tersebut, perlu pembinaan  kepada produsen di dalam negeri untuk mengolah gaharu secara lebih lanjut, misalnya dalam bentuk produk akhir (olahan) seperti destilat gaharu, parfum, chopstick, dan lain-lain dengan nilai jual yang lebih tinggi. Disamping itu, untuk mendorong keseragaman penetapan kualita di lapangan, keberadaan SNI gaharu perlu disosialisasikan di kalangan para produsen, pedagang, dan para konsumen. Lebih lanjut, untuk menjamin keberlanjutan pasokan gaharu, perlu upaya pembinaan agar masyarakat memanen gaharu dengan cara-cara yang mengindahkan kaidah-kaidah kelestarian.  Akhirnya, untuk menghindarkan kepunahan gaharu, maka aturan atau prosedur CITES dalam perdagangan komoditas gaharu harus dilaksanakan secara konsekwen di lapangan oleh para pihak yang berkepentingan.

Sumber Berita :

http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/INFO_V02/VI_V02.htm

Standar Nasional Indonesia
SNI 01-5009.1-1999

Definisi

Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp. (Nama daerah : Karas, Alim, Garu dan lain-lain).

Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan.

Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan.

Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat.

Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.

Klasifikasi

Gubal gaharu dibagi dalam tanda mutu, yaitu :

    Mutu utama, dengan tanda mutu U, setara mutu super.
    Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu AB.
    Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu sabah super.

Kemedangan dibagi dalam 7 (tujuh) kelas mutu, yaitu :

    Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu TGA atau TK I.
    Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu SB I.
    Mutu ketiga, dengan tanda mutu III, setara mutu TAB.
    Mutu keempat, dengan tanda mutu IV, setara mutu TGC.
    Mutu kelima, dengan tanda mutu V, setara mutu M 1.
    Mutu keenam, dengan tanda mutu VI, setara mutu M 2.
    Mutu ketujuh, dengan tanda mutu VII, setara mutu M 3.

Abu gaharu dibagi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu :

    Mutu Utama, dengan tanda mutu U.
    Mutu pertama, dengan tanda mutu I.
    Mutu kedua, dengan tanda mutu II.

Cara Pemungutan

Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.

Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu.

Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.

Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.

Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.

Syarat Mutu

Persyaratan umum

Baik gubal gaharu maupun kemedangan tidak diperkenankan memiliki cacat-cacat lapuk dan busuk.

Persyaratan khusus

Persyaratan khusus mutu gaharu, dapat dilihat berturut-turut pada Tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Persyaratan Mutu Gubal Gaharu
No.     Karakteristik     M u t u
U     I     II
1.     Bentuk     -     -     -
2.     Ukuran :
p
l
t     4 – 15 cm
2 – 3 cm
> 0,5 cm     4 – 15 cm
2 – 3 cm
> 0,5 cm     >15 cm
-
-
3.     Warna     Hitam merata     Hitam kecoklatan     Hitam kecoklatan
4.     Kandungan damar wangi     Tinggi     Cukup     Sedang
5.     Serat     Padat     Padat     Padat
6.     Bobot     Berat     Agak berat     Sedang
7.     Aroma (dibakar)     Kuat     Kuat     Agak kuat

Tabel 2. Persyaratan Mutu Kemedangan
No.     Karakteristik     M u t u
I     II     III     IV     V     VI     VII
1.     Warna     Coklat kehitaman     Coklat bergaris hitam     Coklat bergaris putih tipis     Kecoklatan bergaris putih tipis     Kecoklatan bergaris putih lebar     Putih keabu-abuan garis hitam tipis     Putih keabu-abuan
2.     Kandungan damar wangi     Tinggi     Cukup     Sedang     Sedang     Sedang     Kurang     Kurang
3.     Serat     Agak padat     Agak padat     Agak padat     Kurang padat     Kurang padat     Jarang     Jarang
4.     Bobot     Agak berat     Agak berat     Agak berat     Agak berat     Ringan     Ringan     Ringan
5.     Aroma (dibakar)     Agak kuat     Agak kuat     Agak kuat     Agak kuat     Kurang kuat     Kurang kuat     Kurang kuat

Tabel 3. Persyaratan Mutu Abu Gaharu
No.     Karakteristik     M u t u
U     I     II
1.     Warna     Hitam     Coklat kehitaman     Putih kecoklatan/kekuningan
2.     Kandungan damar wangi     Tinggi     Sedang     Kurang
3.     Aroma (dibakar)     Kuat     Sedang     Kurang

Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh kayu atau abu gaharu untuk keperluan pemeriksaan dilakukan secara acak, dengan jumlah contoh uji seperti tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Gaharu Contoh Uji
No.     Jumlah Populasi     Jumlah Contoh Uji
1.
2.
3.     <100 kg
100 – 1.000 kg
> 1.000 kg     15 gr
100 gr
200 gr

Cara Uji Prinsip : Pengujian dilakukan secara kasat mata (visual) dengan mengutamakan kesan warna dan kesan bau (aroma) apabila dibakar.

Peralatan yang digunakan meliputi meteran, pisau, bara api, kaca pembesar (loupe) ukuran pembesaran > 10 (sepuluh) kali, dan timbangan.

Syarat pengujian

Kayu gaharu yang akan diuji harus dikelompokkan menurut sortimen yang sama. Khusus untuk abu gaharu dikelompokkan menurut warna yang sama.

Pengujian dilaksanakan ditempat yang terang (dengan pencahayaan yang cukup), sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu atau abu gaharu.

Pelaksanaan pengujian

Penetapan jenis kayu

Penetapan jenis kayu gaharu dapat dilaksanakan dengan memeriksa ciri umum kayu gaharu.

Penetapan ukuran

Penetapan ukuran panjang, lebar dan tebal kayu gaharu hanya berlaku untuk jenis gubal gaharu.

Penetapan berat

Penetapan berat dilakukan dengan cara penimbangan, menggunakan satuan kilogram (kg).

Penetapan mutu

Penetapan mutu kayu gaharu adalah dengan penilaian terhadap ukuran, warna, bentuk, keadaan serat, bobot kayu, dan aroma dari kayu gaharu yang diuji. Sedangkan untuk abu gaharu dengan cara menilai warna dan aroma.

    Penilaian terhadap ukuran kayu gaharu, adalah dengan cara mengukur panjang, lebar dan tebal, sesuai dengan syarat mutu pada Tabel 2.
    Penilaian terhadap warna kayu dan abu gaharu adalah dengan menilai ketuaan warna, lebih tua warna kayu, menandakan kandungan damar semakin tinggi.
    Penilaian terhadap kandungan damar wangi dan aromanya adalah dengan cara memotong sebagian kecil dari kayu gaharu atau mengambil sejumput abu gaharu, kemudian membakarnya. Kandungan damar wangi yang tinggi dapat dilihat dari hasil pembakaran, yaitu kayu atau abu gaharu tersebut meleleh dan mengeluarkan aroma yang wangi dan kuat.
    Penilaian terhadap serat kayu gaharu, adalah menilai kerapatan dan kepadatan serat kayu. Serat kayu yang rapat, padat, halus dan licin, bermutu lebih tinggi dari pada serat yang jarang dan kasar.

Penetapan mutu akhir

Penetapan mutu akhir didasarkan pada mutu terendah menurut salah satu persyaratan mutu berdasarkan karakteristik kayu gaharu.

Syarat Lulus Uji

Kayu gaharu atau abu gaharu yang telah diuji atau diperiksa, dinyatakan lulus uji apabila memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

Syarat Penandaan

Pada kemasan kayu atau abu gaharu yang telah selesai dilakukan pengujian harus diterakan:
- Nomor kemasan
- Berat kemasan
- Sortimen
- Mutu
- Nomor SNI
- Tanda Pengenal Perusahaan (TPP)

Sumber Berita :

http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/SNI/gaharu.htm

Rabu, 25 Juni 2014

Cara Mengurus Kartu ATM yang Hilang bank bca+mandiri+bri+bni+bukopin+cmib niaga+danamon+bank mega

atm bankatm bank
Di jaman serba canggih dan cepat ini semua hal memang dituntut serba praktis. Mulai dari makanan cepat saji sampai pembelian secara online, bahkan saat ini transaksi antar bank pun bisa dilakukan dimana saja, anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengantri, cukup dengan menyalakan internet saja anda sudah dapat melakukan transaksi perbankan. Nah, transaksi perbankan lainnya yang cukup vital bagi semua orang adalah tarik tunai mengunakan kartu ATM (Anjungan Tunai Mandiri) yang mempermudah anda untuk menarik tunai dari tabungan tanpa perlu repot-repot mengantri di bank.
Namun apa jadinya jika anda kehilangan kartu ATM, bisa karena tertelan ataupun karena kita teledor dan kehilangan kartu yang sangat berguna itu. Nah, kalau itu terjadi pada anda, janganlah panik dahulu, berikut ini ada beberapa hal yang dapat anda lakukan bila anda kehilangan kartu ATM anda:
  • Yang pertama, bila anda kehilangan kartu ATM segera hubungi customer service di tempat anda membuka rekening. Hal ini harus dilakukan untuk memblokir ATM anda agar tidak disalah gunakan oleh siapapun. Di bawah ini ada nomer call center yang dapat anda hubungi setiap saat selama 24 jam untuk melaporkan kehilangan dan pemblokiran rekening:
    BCA           : 500888
    BRI            : 14017 atau 021 – 57987400
    BII             : 69811
    BNI            : 021 – 5789 9999 atau 500046
    Bukopin    : 14005
    CMIB Niaga: 14041
    Danamon : 021 – 3435 8888
    Mandiri : 14000
    Bank Mega: 021 – 7917 5555
  • Selanjutnya, yang perlu anda lakukan adalah mengurus surat keterangan kehilangan di kantor polisi terdekat secara gratis. Surat keterangan kehilangan ini akan diperlukan untuk mengurus pembutan kartu ATM anda yang baru, jangan lupa juga untuk membawa Kartu Tanda Pengenal (KTP) dan buku tabungan anda saat mengurus di bank.
  • Saat mengurus kartu ATM baru di bank biasanya anda akan mendapat pertanyaan mengenai klarifikasi, seperti transaksi terakhir, saldo terakhir dan lokasi kantor pembukaan rekening. Oiya, biasanya di beberapa bank tertentu, anda harus membayar biaya administrasi pembuatan kartu ATM sebesar Rp. 20.000,00.
  • sumber :  http://carapedia.com/mengurus_kartu_atm_hilang_info2863.html

Rabu, 11 Juni 2014

CARA PENANGANAN BURUNG MALAS BUNYI

Salah satu hal yang menjengkelkan bagi pecinta burung adalah burung tidak mau bunyi. Mungkin beberapa tips ini bisa memberikan obat buat anda yang lagi bingung mencari jawaban permasalahan tersebut.

1. Pastikan burung anda dalam keadaan sehat. Hal itu dapat dilihat dari tingkah laku dan kotoran burung tersebut. Burung Cucak Rawa yang sehat berperilaku agak liar dan tidak malas. Sedangkan kotoran burung yang sehat yaitu tidak encer /mencret dan berwarna sesuai makanannya. Bila diberi makan pelet hijau maka kotoran harus hijau bukan putih.
2. Jemur burung mulai jam 7-9 pagi setiap hari supaya burung tidak kutuan dan bisa bergerak lincah. Sediakan air yang cukup untuk mandi atau mandikan dulu baru dijemur.
3. Pastikan setiap hari burung memakan extra fooding berupa jangkrik atau kroto. Tapi saya sarankan kasih jangkrik pagi 4 sore 4 biji untuk menghangatkan badan. Pemberian extra fooding yang berlebihan membuat burung sangat birahi dan bulunya menjadi kusam.
4. Carikan pasangan baik jantan maupaun betina untuk merangsang berkicau (saling bersahutan) tetapi jangan yang betul betul jadi (umur diatas 3 th) karena secara mental burung kita pasti kalah dan jadi macet.
5. Tambahkan mineral pada air minum dan ganti setiap hari.

Detail Perbaikan Performa Dapat Diuraikan Secara Lebih Intens Seperti Ini :

Kebanggan Memiliki Cucak Rawa tidak terbatas atau berhenti saat kita bisa membelinya saja, namun rasa bangga ini harus disertai dengan kemauan untuk merawatnya dengan baik agar Cucak Rawa yang kita miliki mempunyai suara yang patut dibanggakan. Masa rawatan kurang dari 3 tahun masih memungkinkan bagi kita untuk bisa membenahinya (walaupun tidak semuanya bisa kita benahi). Lebih dari 3 tahun, maka kemungkinan memperbaiki kualitas suaranya akan relatif kecil.

Berikut langkah-langkah konkret yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kualitas suara Cucak Rawa

1. Benahi terlebih dahulu kondisi fisiknya
Salah satu penyebab kurang baiknya suara Cucak Rawa adalah faktor buruknya kondisi fisik burung itu sendiri. Oleh karenanya, perbaikan fisik ini menempati prioritas utama yang harus sesegera mungkin diperhatikan dan diupayakan. Perbaikan kondisi fisik ini dapat dilakukan melalui cara memberikan makanan alami/makanan hidup/EF lebih banyak dari biasanya. Makanan buatan/pelet/voer walaupun sudah baik, bilamana memungkinkan kita oplos lagi dengan madu, telur lalu dijemur sampai kering.
Mandi sesering mungkin yang mempunyai tujuan untuk meredakan stress, memperbaiki penampilan (bulu) serta membuat kicaunnya lebih rajin dan lebih bening.

2. Pengembunan
Adalah menempatkan Cucak Rawa di luar rumah. Biasanya dilakukan menjelang fajar/matahari terbit. Namun bilamana masih kurang rajin, bisa dilakukan sejak sore hari dalam kondisi dikerodong hingga besok paginya menjelang fajar kerodongnya dibuka agar bisa melihat matahari terbit.
Hal ini juga dapat dilakukan pada Cucak Rawa anakan, bakalan, maupun yang telah rajin berkicau agar lebih rajin berkicau serta membuat suaranya lebih bening.

3. pertemukan dengan lawan jenisnya/memasangkan
bertujuan untuk merangsang Cucak Rawa agar lebih rajin berkicau hingga pada muaranya akan berkicau dengan lantang. Hal ini didasari bahwa di alam bebasnya, Cucak Rawa berkicau bersahut-sahutan.

Bila mempertemukan dengan lawan jenisnya jelas sudah artiannya, yaitu mempertemukan jantan dengan betina dan sebaliknya. Namun bila memasangkan, bisa berarti mempertemukan jantan dengan jantan (tapi tidak bisa disatukan dalam 1 sangkar) dan bukan betina dengan betina. Hal ini didasarkan pengalaman, Karena ada banyak penggemar yang tidak mendapatkan kemajuan suara apapun walaupun berkali-kali mencoba mendekatkan sangkar bahkan sejak masih bakalan antara betina dengan betina. Sedangkan antara jantan dengan jantan dapat dipasangkan suaranya dikarenakan mereka saling menjaga teritorialnya. 

Cara ini memiliki kelabihan dan kekurangan
Kelebihannya adalah burung akan rajin berkicau, kadang tanpa mengenal waktu, bahkan bila disatukan dalam satu kandang, maka akan cenderung berjodoh. Namun, ada kelemahannya yakni burung akan malas berkicau bila pasangannya terlepas, mati ataupun tidak dipertemukan.
Sulitnya lagi, manakala kita mau mencarikan pasangannya yang baru, kita akan terkendala untuk menemukan Cucak Rawa baru yang kualitasnya kurang lebihnya sama.

Ciri suara CUCAK RAWA yang baik untuk dipasangkan
Karakter yang dimiliki CUCAK RAWA berbeda 1 dengan yang lainnya. Ada juga CUCAK RAWA yang rajin berkicau walau sendirian. Namun ini jarang kita jumpai karena pada dasarnya burung ini adalah burung koloni, tetapi ada juga yang suka berkicau bilamana terpancing dengan CUCAK RAWA atau burung pendamping lainnya.
Ciri-ciri burung yang mudah dipasangkan adalah yang memiliki suara yang mudah memancing burung sejenisnya untuk berkicau. Suara yang dikicaukan cenderung lembut/tidak terlalu keras dan ada kesan ditahan-tahan. Akan tetai bila ada Cucak Rawa lain yang menyambut suaranya, maka Cucak Rawa tersebut akan lebih mengeraskan suara dan kecepatannya.

4. dekatkan dengan sumber air
Pada habitat aslinya, CUCAK RAWA selalu berada disekitaran tempat yang dekat dengan sumber air. Air selain menjadi pemenuh kebutuhan hidup Cucak Rawa juga berfungsi sebagai tempat mandi, mencari makanan dan berkumpul maupun bercengkrama pada saat musim kawin tiba. Pada saat kita pelihara/menjadi klangenan, disarnkan kita menempatkan sangkarnya dekat dengan sumber air maupun suara air yang mengalir. Bisa dekat kolam, empang, akuarium, ataupun kamar mandi.. tapi yang jelas tidak dekat dengan dispenser lho hehehehehehe.. sorry dikit oot biar gak tegang terus.

5. dekatkan dengan burung-burung yang bersuara baik
burung-burung yang dimaksud adalah burung-burung yang memiliki kicauan yang secara irama hampir mirip dan menyerupai Cucak Rawa agar lebih rajin berkicau. Sebenarnya, Memacu Cucak Rawa untuk berkicau adalah dengan memelihara lebih dari 1 ekor, namun bilamana kurang memungkinkan, kita bisa memelihara beberapa burung tersebut dibawah ini sebagai bandul untuk memancing minatnya berkicau.

GAMBAR BURUNG SRINTHEL
1) Srintel (greater racket-tailed drongo/dicrucus paradiseus)
Suara burung srintel ini tampak mirip dengan suara burung Cucak Rawa jantan dewasa.

GAMBAR BURUNG BLACKTHOAT
2) Kenari afrika (Black Throat) 
Burung ini memiliki kicauan yang baik dan cepat, kecepatan variasinya nyaris tanpa celah maupun jarak. Diantara variasinya, ada kicauannya yang hampir mirip Cucak Rawa. Kelabihannya lagi, burung ini bisa berkicau tiap 5 menit sekali yang tidak mampu dilakukan oleh burung-burung pendamping Cucak Rawa yang lainnya.

GAMBAR BURUNG ROBIN
3) burung robin
Yang dipilih adalah yang jantan, kemampuan burung ini cukup baik dalam berkicau, terutama faktor kerajinan dan kecepatan nadanya. Terlebih lagi burung ini sangat mudah terpancing bersuara bila memndengar kicauan burung lainnya.

GAMBAR BURUNG PANCAWARNA
4) Burung Pancawarna
Sama dengan keterangan burung robin, karena tipikal suaranya kurang lebihnya sama.

GAMBAR BURUNG TRENGGANIS
5)burung trengganis
Memiliki kecepatan suara serta alunan suara yang kurang lebihnya seperti robin, namun memiliki ketajaman suara yang lebih baik dari robin.

GAMBAR BURUNG CUCAK THAILAND
6) Cucak Thailand (Chlorophis aurifrons)
Juga sering disebut sebagai cucak cungkwok, ketajaman suaranya lebih keras dari burung trucukan yang bersuara ropel

GAMBAR BURUNG TRUCUKAN
7)burung burung trocok/trucukan/jogjog/jokjok/celukluk/merbah
Akhir-akhir ini, burung trocok/trucukan/jogjog/jokjok/celukluk/merbah ini banyak dipelihara karena suaranya relatif bertipe sama dengan Cucak Rawa, yakni roppel/rovel namun volume suaranya jauh lebih kecil dan lebih lunak. Burung jenis ini dapat memberi kontribusi suara yang cukup baik bagi Cucak Rawa. Oleh karenanya, burung ini lebih banyak dipilih sebagai pendamping Cucak Rawa

Walau kadang terkesan monoton, Sebenarnya kemampuan berkicau burung-burung dari keluarga besar cucak ini ini tidak terlalu buruk, terlebih bila dipelihara secara berpasangan (disarankan jantan-betina) atau minimal lebih dari satu. Hal ini juga berlaku terhadap burung Cucak Rawa yang dipasangkan Seperti uraian diatas.

KALKULASI BIAYA BETERNAK BURUNG CUCAKRAWA

Untuk menjadi seorang peternak atau penangkar burung Cucak Rawa memang tidak mudah, butuh ketekunan dan semangat juang yang tinggi. Tetapi bila berhasil keuntungan jutaan rupiah sudah menanti. Disini akan kami beri gambaran secara ringkas kalkulasi biaya dan estimasi hasil. Hasil kalkulasi ini berdasarkan harga burung Cucak Rawa sekarang. 

Anakan Cucak Rawa dijual bila sudah bisa makan sendiri. Sedangkan indukan sudah berumur 2 th sehingga sudah betul betul siap produksi (jebol kandang) dengan klarifikasi kwalitas standart bukan istimewa atau ropel.

Kalkulasi biaya beternak burung Cucak Rawa selama 1 tahun :

Pembuatan kandang 3x2x3 meter Rp 2.000.000,00
Pembelian Induk siap diternak Rp 10.000.000,00
Pakan tiap bulan @ 50.000,00 Rp 600.000,00
Lain-lain Rp 500.000,00
Total............................................. .................Rp 13.100.000,00

Estimasi hasil selama 1 tahun bila dibiarkan alami (diasuh induk) :
Induk menghasilkan anak 3 bulan sekali @ sepasang Rp 3.500.000,00
4 x 3.500.000,- Rp 14.000.000,00
Modal sudah kembali + laba ................................... RP 900.000,00

Estimasi hasil selama 1 tahun bila dirawat sendiri (penangkar) :
Induk menghasilkan anak 1 bulan sekali @ sepasang Rp 3.500.000,0
12 x3.500.000,- Rp 42.000.000,00
Dikurangi upah pegawai@ 300.000,- Rp 3.600.000,00
Modal sudah kembali + laba ..................................Rp 25.300.000,00

Semua itu gambaran betapa besar usaha sampingan kita perbulan dengan hanya mempunyai satu kandang penangkaran.Tetapi semua tidak semudah yang kita bayangkan perlu ketekunan dan kemauan untuk terus belajar.

ANAKAN CR YANG BARU DIPASANG RING
Memasang ring Cucak Rawa dan menentukan jenis kelaminnya pada saat masih piyik.
Ring Cucak Rawa biasanya dipasang berdasarkan jenis kelamin jantan Ring sebelah kanan dan betina ringnya dipasangkan disebelah kiri. Namun tak jarang pula para penangkar memasangkan ring hanya sebagai penanda saja. Jadi bilaman akita mendapatkan Cucakrawa yang sudah dewasa, kita perlu mengecek ulang jenis kelaminnya berdasarkan ciri-ciri yang telah saya uraikan diatas, terlebih bila burung tersebut kita daatkan di pasaran dan terjual secara terpisah ataupun tidak membeli sepasang mulai kecil dan kita besarkan bersama-sama.

Biasanya para penangkar yang berpengalaman akan memasang ring kepada anakannya yang belum genap berusia 14 hari, karena selain sulit memasangkan ring ini bbila usianya telah lebih dari 14 hari, kesulitan lainnya adalah penentuan jenis kelaminnya. Para penangkar profesional memastikan untuk memasang ring berdasarkan jenis kelaminnya. Penentuan jenis kelamin saat kecil ini tergolong cukup mudah yang didasarkan pada beberapa hal, diantaranya adalah :
1. melihat garis tengah di kepala
jantan garis tengah dikepala cenderung jelas (karena dewasanya rambut/bulu di kepala ini akan terbelah 2 bila jantan), sedangkan betina tanpa garis kepala atau garisnya tidak jelas
2. melihat jenis rambut/bulunya
bila jantan, maka cenderung lebih njegrak/berdiri, sedangkan betina rambutnya tidur/klimis.
3. berdasarkan besar badannya
jantan cenderung lebih besar terlebih dahulu karena biasanya piyikan jantan cenderung lebih aktif saat disuapi oleh induknya. Sedangkan betina adalah yang badannya cenderung lebih kecil.

MELATIH CUCAK RAWA BERKICAU.

Cucak Rawa bersuara baik, berkicau dengan variasi suara yang banyak selalu menjadi dambaan setiap penangkar. Pelatihan yang dilakukan dengan cara menggunakan burung pemandu, yaitu burung Cucak Rawa yang sudah pintar bernyanyi dan berkicau dengan suara kicauan yang penuh, terutama untuk Cucak Rawa bakalan. Keduanya sama-sama di tempatkan di tempat yang tinggi, Cucak Rawa pemandu ada di depan sedangkan Cucak Rawa bakalan ada di belakangnya. Lakukan cara ini berulang-ulang dan teratur sampai Cucak Rawa bakalan mampu mengikutinya atau menirukan dari nyanyian dan kicauan Cucak Rawa pemandu. 

ALAT MASTER ELEKTRONIKA

Cara lain adalah memperdengarkan atau memaster dengan peralatan elektronika, bisa berupa digital maupun analog/kaset bunyi kicauan Cucak Rawa yang menang lomba atau suara master burung Cucak Rawa Rovel. Jangan membuat suara kaset/rekaman lebih keras dari suara burung Cucak Rawa bakalan karena Cucak Rawa bakalan akan diam dan berhenti berbunyi karena tidak mampu mengikuti suara tersebut, lebih baik suara kicauan Cucak Rawa kaset lebih pelan. Jika burung Cucak Rawa bakalan ini sudah dapat mengikuti nyanyian dengan baik dan makin rajin berkicau, pelatihan dapat dilanjutkan dengan menggantungkan sangkar burung ini di tempat yang lebih tinggi. Lakukan secara rutin setiap pagi hari selama 3 atau 4 kali seminggu dari jam 07:00 - 09:00; dan dapat dilanjutkan pada sore hari jam 16:00 - 17:00.

sebaiknya menggantungkan burung Cucak Rawa ini dilakukan di pohon yang tinggi, 
selain teduh juga akan menciptakan suasana yang alami, 
sehingga burung merasa hidup di habitatnya.


LATAR BELAKANG PENANGKARAN CUCAK RAWA

Saat ini beberapa klub burung kicauan di Indonesia mulai merasakan susahnya mencari bakalan Cucak Rawa yang mempunyai suara berkualitas. Padahal dengan melakukan penangkaran, kesulitan itu akan teratasi. Selain itu Cucak Rawa juga lebih mudah untuk dibentuk suaranya sesuai keinginan pemiliknya. Berdasarkan survei Burung Indonesia dan The Nielsen, sebanyak 58,5% dari jumlah burung kicauan adalah tangkapan alam. Dan setiap tahun jumlah tersebut akan terus meningkat. Tak pelak lama kelamaan burung yang ada di alam ini bakal terancam keberadaannya. Pada akhirnya, hobi memelihara burung kicauan inipun tidak bertahan lama. Pastinya, hal ini tidak diinginkan para penggemar burung kicauan yang memelihara untuk sekadar hobi ataupun disertakan dalam lomba.

Tidak Banyak Penangkar
Salah satu cara agar hobi ini tetap bisa berlanjut, maka penangkaran harus dilakukan, tak terkecuali burung Cucak Rawa (Pynonotus zeylanicus atau straw-headed bulbul). “Dengan penangkaran, Cucak Rawa yang ada di alam tidak akan terkuras habis,” Cucak Rawa tergolong burung yang keberadaannya di alam tinggal sedikit. Memang tidak banyak yang mau melakukan penangkaran burung-burung untuk lomba karena ada anggapan menangkarkan Cucak Rawa sulit dan merepotkan. Memang awalnya sulit, tapi kalau kita selalu belajar, kendala itu akan bisa kita hadapi. Dengan melakukan penangkaran tidak saja memberikan dampak pada penambahan stok Cucak Rawa juga memberikan nilai ekonomis.Penangkaran Cucak Rawa ini sangat menjanjikan untuk menjadi lahan bisnis.Disamping itu para penangkar akan memberi peluang usaha kepada pencari jangkrik, penjual pakan, dan penjual sangkarnya.

Memberi Nilai Ekonomis
Sulitnya hobiis mencari Cucak Rawa di pasaran menjadi peluang bisnis bagi penyedia Cucak Rawa bakalan. Burung bakalan lebih banyak dipilih hobiis karena lebih mudah dibentuk suaranya. “Keuntungan lain adalah burung lebih akrab dengan manusia atau tidak liar. Cucak Rawa hasil penangkaran akan menghasilkan suara kicauan yang lebih indah. Burung juga lebih mudah dilatih sehingga suaranya bisa disesuaikan dengan keinginan pemiliknya. Bahkan saat disertakan lomba, burung hasil penangkaran tidak gampang stres menghadapi lingkungan yang baru.

Sebagai perbandingan, harga burung yang pada 1978 cuma Rp25.000 per pasang, kini melambung sampai Rp 4 juta—Rp 5 juta. Sedangkan untuk piyik Cucak Rawa Rp 4 juta perpasang. Melalui teknik pembiakan yang bagus,setiap induk bisa menghasilkan sepasang piyik setiap bulannya.

Akhirnya...., selamat mencetak burung Cucak Rowo Ropel berkualitas..!

DAFTAR INTERVIEW
* Om Irvan Sadewa / CEO Smart Mastering
* Om Fauzan ZHD
* Om Sauqi Nizar / Jasmine
* Serta beberapa Hobbiest dan Penangkar Non Member KM

DAFTAR PUSTAKA
* Smart Mastering.com 
* Omkicau.com
* Cucakrawa.com
* Damanhuri. “Beberapa Aspek Ekologie Burung Pemakan Serangga di Areal tanaman Jeunjina.” Dalam: Skripsi Sarjana Kehutanan IPB, tahun 1992, Cibunghulang Bogor.
* Emi Sumiarsih Yovita Hety Indriani, Melatih, Memelihara dan Menangkar Burung Ocehan, Penebar Swadaya Jakarta Cetakan I tahun 1994.
* Eka Poultry Industrial Interprise, Dalam: Daftar Produk Makanan Ternak, Obat Hewan dan Mineral, Semarang.
* Frans Sudiro dkk. Aneka Ayam Hias dan Piaraan, Penerbit Kanisius Yogyakarta Cetakan II tahun 1993.
* Hasanuddin Liti, “Membuat Surga Burung,”Dalam: Intisari, Agustus 1990.
* Kedaulatan Rakyat, 7 Nopember 1994 Halaman 11.
* Nugroho DRH, Budidaya Burung Cucakrawa, Eka Offset, Semarang Cetakan I, tahun 1986.
* Prawirodilogo Dewi M, “Potensi Burung dalam Pengendalian Populasi Serangga Hama”, Dalam: * Media Konservasi, September 1990.
* Roche, Vitamin dan Coratene untuk Hewan, Jakarta.
* Rasyat Muhammad, Bahan Makanan Unggas di Indonesia, Kanisius Yogyakarta, tahun 1990.
* Surwono B. “Ulat Hongkong Sebaiknya Diternak atau Dibasmi Habis”, Dalam : Trubus, Oktober 1986.
* Sumaryono H dkk, “Produksi Pisang di Indonesia”, Dalam: Puslitbang Holtikultura, Jakarta tahun 1989.
* Sudrajad, Cucakrowo, Penebar Swadaya tahun 1994.
* “Cucak Rawa Berbiak Tujuh Kali Setahun”, Dalam: Trubus, 1 Februari 1994, Nopember 291 Tahun XXV hlm. 40-41.
* Tim Penulis PS, Cacing Tanah, Penebar Swadaya Jakarta tahun 1991.
* Widyaningsih Soemadi, Abdul Muthalib, Pakan Burung, Penebar Swadaya, Jakarta Cetakan I Tahun 1995.
* Drs. Sri Panuju Karso, Penangkaran burung cucakrawa, Kanisius Yogyakarta 1996
* Rusli Turut, Sukses melatih Cucak Rawa berkicau, Penebar Swadaya Jakarta Cetakan I Tahun 1998
* Drs. Sudrajat, MM, Memilih bakalan, melatih ke arena kontes, dan menangkar si “roker “ edisi revisi, Penebar Swadaya 2005.
* Tabloid Hobi “Burung” Jawa Pos Group
* Rusli Turut, Agar Cucakrawa Rajin Berkicau, Penebar Swadaya Jakarta Cetakan I Tahun 2010 

NB : Tulisan Akan Diupdate Secara Berkala Bila mana Ada Referensi baru Yang Masuk

Salam Kicau Mania…
From Roll Mania Plus To Rovel Mania
SUMBER : http://tipspetani.blogspot.com/2011/10/kupas-tuntas-burung-cucak-rawa-straw_18.html

cara rawat burung cucak rowo

Penggemar Cucak Rawa tidak hanya di Indonesia saja, di sebagian asia (Malaysia dan Singapura) penggemar burung jenis inipun cukup banyak. Sebenarnya, bukanlah suatu perkara mudah untuk bisa menikmati suara Cucakrawa yang benar-benar indah. Kendala dan tantangannya cukup banyak, terlebih bilamana kita berdomisili di kota besar. Pada kenyataannya, apapun jenis burung yang kita miliki, kita selalu dihadapkan pada kendala yang pada muaranya menuntut kesabaran, ketelatenan untuk memeliharanya secara baik. Harapan saya selaku penulis, melalui pemahaman karakter dasar (sifat alami) dan perawatan yang baik dan benar maka akan lebih mudah bagi kita untuk merawat burung Cucak Rawa ini.


CUCAK RAWA – STRAW HEADED BULBUL - PYCNONOTUS ZEYLANICUS
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : P. zeylanicu

Nama binomial : Pycnonotus zeylanicus

Suatu anugerah tersendiri bagi kita bahwa saat ini telah banyak Cucak Rawa hasil penangkaran di pasaran sehingga meminimalisir kesulitan pemeliharaan Cucak Rawa ini. Namun demikian dari manapun burung kita berasal (hasil alam ataupun tangkaran) memiliki tingkat kesulitannya masing-masing. Besar harapan saya, melalui tulisan yang telah saya buat ini, para penggemar Cucak Rawa mendapatkan informasi yang tepat guna pemeliharaan dan perawatan burung ini secara baik dan benar. Di sisi lainnya, semoga tulisan ini mampu memacu para penggemar yang pada awalnya hanya sekedar hobby mendengarkan kicauannya untuk turut melestarikan burung ini melalui upaya membudayakan #STOP MEMELIHARA BURUNG CUCAK RAWA TANGKAPAN DARI ALAM# syukur-syukur bila kemudian mau membudidayakan/menangkarkan burung jenis ini karena selain sebagai salah satu upaya untuk mendukung pelestarian alam, menangkar Cucak Rawa memiliki Prospek yang cerah kedepannya.

Tulisan ini berawal dari pengalaman pribadi, interview, buku, web maupun pengamatan. Untuk lebih menyempurnakan isinya, saya selaku penulis mengharapkan kritik serta saran dari para pakar, ahli maupun penggemar yang lebih berpengalaman dalam memelihara dan merawat cucakrawa. Kritik dan saran bisa dikirim via PM, Posting di Thread ini, SMS Maupun Telephone, yang nantinya kritik/saran tersebut akan saya masukkan/sisipkan/tuangkan kedalam tulisan ini (update). Terima Kasih.

Gambaran dan Penjelasan.
Cucak Rawa dikenal umum sebagai cucakrawa, cangkurawah (Sunda), dan barau-barau (Melayu). Dalam bahasa Inggris disebut Straw-headed Bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789). Cucak Rawa tergolong sebagai burung yang berukuran sedang, panjang tubuh totalnya (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 cm.

Jantan dan betina berwarna serupa, bulu mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga atau kuning jerami pucat, bulu strip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam. Bulupunggung berwarna coklat zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat zaitun. Bulu dagu dan tenggorokan berwarna putih atau semu putih, bulu leher dan dada berwarna abu-abu bercoret putih. Bulu perut berwarna abu-abu, dan bulu pantat berwarna kuning. Iris mata berwarna kemerahan, paruh berwarna hitam, dan warna kaki coklat gelap. Disetiap asal usulnya ada perbedaan warna mulai dari sumatra badan besar, warna kepala kuning kecoklatan. Sebaliknya yang berasal dari kalimatan hanya berwarna kuning saja. Burung Cucak Rawa kerap kali bermisai halus, beberapa pula dengan warna hitam di kepala, jambul yang dapat digerak-gerakkan, atau janggut putih.

Burung Cucak Rawa atau Cucak Rowo merupakan salah satu anggota suku merbah. Merbah atau disebut juga cucak-cucakan (familia Pycnonotidae) merupakan suku burung pengicau dari Afrika dan Asia tropis. Burung-burung ini kebanyakan memiliki suara yang merdu dan nyanyian yang beraneka ragam, kerap kali hutan menjadi ribut oleh suaranya terutama di pagi dan petang hari. Dalam bahasa Inggris, burung-burung ini dikenal sebagai Bulbuls. 

Merbah aslinya dalam bahasa Melayu merujuk kepada beberapa jenis burung pengicau yang berbulu suram di semak belukar, termasuk pula jenis-jenis burung pelanduk, tepus, bentet dan lain-lain. Di sini, untuk kepentingan standarisasi penamaan seperti yang digunakan LIPI, merbah digunakan terbatas untuk menyebut burung-burung dari keluarga Pycnonotidae. Selain disebut merbah, burung-burung dari suku ini memiliki beberapa sebutan umum yang lain seperti cucak (Jawa), tempuruk, empuruk. tempulu’, empulu’, pampulu, empuloh (aneka bahasa Melayu di Sumatera dan Kalimantan), dan lain-lain.

 PETA PENYEBARAN

Kebiasaan dan Penyebaran
Seperti namanya, Cucak Rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai, ataupun di tepi hutan. Cucak Rawa sering bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas. Burung ini senang menjelajah semak belukar dan hutan yang setengah terbuka, mereka memetik aneka buah kecil-kecil dan memburu serangga dan sebagian lagi lebih senang tinggal di atas pepohonan. Suaranya lebih berat dan lebih keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan jernih, jelas, berirama baku yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-sahutan. Di alam bebas, burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan yang lunak seperti buah dari jenis-jenis beringin. Burung ini sering didapati berpasangan atau berkelompok, burung-burung ini terkadang bercampur dengan jenis yang lain. Ramai bersuara nyaring saling memanggil.

CUCAKRAWA DAN SARANGNYA SAAT BERADA DI ALAM

Cucak Rawa membuat sarang di atas pohon atau perdu, berbentuk cawan dari rumput, tangkai daun, atau serpihan daun, bercampur dengan serat-serat yang lain. Telur 2-3 butir. Cucak Rawa menyebar di dataran rendah dan perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan, dan Jawa di bagian barat. Di Jawa Barat terdapat sampai ketinggian 800 m dpl., namun kini sudah sangat jarang akibat perburuan. 

Burung Cucak Rawa hidup di hutan belantara terutama di daerah rawa atau pada muara sungai kecil yang dangkal dan berair tenang, karena burung ini gemar mandi dan berjemur sinar matahari di waktu pagi sambil berkicau riang diatas dahan dan ranting yang menjorok di atas sungai. Mereka hidup secara begerombol atau berkelompok terutama pada senja hari di menjelang matahari tenggelam. Pada pagi hari mereka akan mandi bersama dengan berkicau riang. Setelah puas, mereka akan terbang secara berpasangan untuk mencari makan.

Pada saat musim kawin tiba, yaitu menjelang musim penghujan sekitar bulan Juli sampai dengan bulan September, pasangan dewasa akan mulai membuat sarang secara bersama-sama. Untuk menghindari gangguan dari musuh alami atau manusia, burung ini biasanya membuat sarang pada pucuk ranting yang tinggi atau pada ranting yang kering. Sarang biasanya dibuat dari ranting-ranting kecil dan rumput-rumput kering, yang dibentuk menyerupai mangkok. Setelah sarang selesai dibuat, tiba saatnya burung betina akan bertelur antara 2 sampai 4 butir, tetapi biasanya hanya 2 telur saja. Selama kurang lebih 2 minggu, telur-telur ini akan dierami oleh induknya secara bergantian. Setelah menetas, secara bergantian pula, induknya akan menyuapi anak-anaknya. Pada saat umur 3 bulan, anak Cucak Rawa mulai diajak keluar sarang untuk belajar terbang agar dapat mencari makan sendiri. Telur yang berhasil menetas biasanya terdiri atas jantan dan betina, yang selanjutnya akan menjadi pasangan induk baru. Tetapi tidak jarang terjadi, pasangan bukan dari satu tetasan atau satu induk, tetapi ditemukan setelah mereka dewasa.

Musuh alami burung Cucak Rawa adalah ular dan binatang hutan lainnya. Dewasa ini, musuh Cucak Rawa yang paling berbahaya adalah manusia. Karena nilai jualnya tinggi, berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan cucakrawa, baik dengan cara dijaring, dipikat, bahkan dengan cara dipancing. Sasarannyapun bervariasi, mulai dari Cucak Rawa anakan, Cucak Rawa muda-hutan, sampai Cucak Rawa dewasa. Bahkan telurnyapun sering diambil untuk ditetaskan. Tindakan ini mengakibatkan populasi Cucak Rawa di habitat aslinya menurun secara drastis, karena semata-mata untuk mengejar keuntungan dan penyaluran hobi tanpa memperhitungkan segi-segi negatifnya. Bila hal ini tidak segera mendapatkan perhatian, maka dapat dipastikan dalam waktu dekat jumlah Cucak Rawa akan semakin menipis bahkan mungkin punah.

RAGAM JENIS MERBAH/CUCAK

Di Indonesia terdapat sekitar 27 jenis, terutama terkonsentrasi penyebarannya di Indonesia bagian barat. Hanya dua spesies yang menyebar jauh hingga ke Sulawesi Selatan, salah satunya juga didapati di Lombok. Namun keduanya diduga menyebar karena dibawa manusia (feral, burung lepasan yang kemudian berbiak). Akan tetapi anehnya ada satu jenis anggota suku ini yang menyebar terbatas (endemik) di pulau-pulau sekitar Sulawesi dan Maluku, yakni Brinji emas (Alophoixus (Hypsipetes) affinis). Bahkan karena hidup di wilayah kepulauan yang terisolir satu sama lain selama jutaan tahun, spesies ini telah berkembang menjadi sembilan subspesies yang berbeda. Beberapa contoh anggota suku merbah ini selain cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) adalah Cucak kuning (P. melanicterus), Cucak kutilang (P. aurigaster), Cucak gunung (P bimaculatus), Merbah cerukcuk (P. goiavier), Merbah belukar (P. plumosus) dan Empuloh janggut (Alophoixus bres).

Konservasi
Cucak Rawa Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun '80an.

Burung-burung yang kini diperdagangkan kebanyakan berasal dari Sumatra dan Kalimantan. Saat ini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di Jambi, di sepanjang Batang Bungo)pun populasinya terus menyusut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi Cucak Rawa ke dalam status rentan. Demikian pula IUCN menyatakan bahwa burung ini berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN. Jika tidak ada langkah penyelamatan yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan burung ini hanya akan tinggal kenangan dan hanya tinggal disebut-sebut dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.

Klang-klung-kliuk… klang–klung–kliuk” Kicauan burung Cucak Rawa mengalun merdu. Gema suaranya yang terdengar hingga jarak 300-an meter memecahkan keheningan di pagi hari yang sejuk. Lelah setelah pulang kerjapun bisa hilang saat mendengar kicau burung di rumah. Bagi pencinta Cucak Rawa memelihara burung ini dan menikmati kicauannya dapat memberi ketenteraman batin. Apalagi, burung ini konon kabarnya menjadi klangenan para raja-raja di Jawa dan sampai saat ini masih dianggap bisa menaikkan gengsi bagi pemiliknya.

Para penggemar fanatik Cucak Rawa biasanya mencari Cucak Rawa yang mepunyai kicauan roppel, yaitu kicauan yang panjang-bergulung, nadanya bervariasi, seperti ocehan dua-tiga burung yang digabung menjadi satu. Tetapi, suara semi roppel (agak roppel) dan engkel (hanya ”klang-kling-klung”) saja juga sudah cukup disenangi bagi sebagian kalangan.

Tingkatan Kualitas Suara Cucak Rawa.
Perlu diingat, tolok ukur tiap penggemar Cucak Rawa dalam memandang kualitas sangatlah berbeda. Bahkan para juri kontes cucakrawa pun memiliki pandangan yang berbeda pula dalam mengukur kualitas suara Cucak Rawa

Bila kita jeli, tiap Cucak Rawa menyenandungkan kicauan yang berbeda. Baik dari segi tempo, irama dll. Para juri kontes punya andil yang besar dalam menentukan kualitas suara Cucak Rawa yang kemudian menyebar melalui para penggemar dari mulut ke mulut untuk kemudian pula akhirnya menjadi style atau trend suara Cucak Rawa.
Berikut tingkatan suara Cucak Rawa :

a. Gedongan
Adalah kualitas yang menempati grade terendah. Disebut gedongan atau ngingklung (berasal dari kata ngelingkung/lingkungan) karena sudah tidak seperti umumnya Cucak Rawa yang harus memiliki suara alam/hutan/murni. Jadi terkesan seperti kicauan yang umum/sering kita jumpai. Biasanya Cucak Rawa gedongan ini hanya sebagai pajangan saja (sebagai penanda status sosial) sehingga perawatannya kurang baik dan kurang terperhatikan. sedangkan suaranya sudah sangat terkontaminasi lingkungan sekitarnya. Mulai dari menirukan suara burung jenis lain, ataupun suara-suara yang sering terdengar di lingkungannya. Kicauannya lambat dan kurang jernih serta jarang terdengar kicauannya. Biasanya burung gedongan ini adalah burung betina yang kurang terperhatikan rawatannya.

b. Engkel
Disebut juga ngengkel, secara kualitas lebih baik dari gedongan karena masih tetap memiliki suara khas Cucak Rawa, namun suaranya kurang tebal, mengambang atau kurang memiliki tekanan suara dalam, lambat temponya. Peningkatan kualitas jenis suara ini hanya bisa sampai tahap engkel panjang. Biasanya suara ini lebih banyak dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal kalimantan yang salah perawatan.

c. Engkel panjang/engkel ngelagu
Sebenarnya kualitasnya sudah tergolong sukup baik. Cucak Rawa ini rajin berkicau, namun seringkali hanya menonjolkan variasi-variasi panjangnya saja dan jarang berkicau dengan irama yang cepat. Biasanya dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal medan, sumsel dan jambi yang salah perawatan.

d. Semi Roppel/Semi Rovel
Kecepatan suaranya lebih sering terdengar, namun masih terdapat celah/selah atau jarak antar variasinya masih ada lubang. Selah pada lubang tersebut ada kemungkinan terisi suara burung Cucak Rawa yang lain. Sehingga mengesankan berpasangan.
Cucak Rawa asal sumsel, jambi dan aceh yang perawatannya baik dapat mencapai kualitas ini

e. double slah (dari asal kata celah) (istilah/trend baru)
Istilah ini kurang populer dan dapat dikatakan baru. Tingkatan suara ini tergolong baik, speednya dibawakan lebih sering akan tetapi masih terdapat celah yang memungkinkan suara Cucak Rawa lain mengikutinya.
Biasanya, suara ini dimiliki Cucakrawa jantan asal lampung, sumsel dan jambi. Juga banyak dimiliki Cucak Rawa betina sal medan namun dlam tempo yang sedikit lambat.

f. Roppel/rovel/ngropel
Istilah roppel/rovel/ngropel istilah asalnya belum jelas, mungkin bisa diambil dari istilah rope/tali atau roll yang berarti bergulung. Suara jenis ini memang bercirikan suara yang panjang dan bergulung-gulung seakan tidak memiliki jarak, tidak ada celah/slah diantara tiap untaian iramanya serta terdengar bervolume besar dan keras.
Suara ini banyak dimiliki oleh Cucak Rawa betina asal medan dan Cucak Rawa jantan asal lampung.

Cucak Rawa betina roppel umumnya lebih berkualitas bila dibandingkan dengan jantan. Hal ini disebabkan Cucak Rawa betina akan meropelkan secara murni sementara jantan walaupun ropel, namun masih mau mengicaukan suara jenis lain sehingga nadanya terdengar kurang murni.
Adapun kelemahan Cucak Rawa betina kurang rajin berkicau bila dibandingkan dengan yang jantan. Terlebih bilamana yang jantan ini terpancing oleh suara burung pendampingnya, Cucak Rawa lain ataupun dalam kondisi birahi.

Membeli Cucak Rawa, khususnya yang masih bakalan perlu extra hati-hati, terlebih bagi seorang penggemar pemula.
Secara umum memilih burung adalah pada prinsipnya adalah sama, apakah anakan itu berasal dari muda hutan maupun dari hasil breeding, sebab dipasaran keduanya selalu ada. Keduanya memiliki keuntungdan dan kerugian tersendiri, biasanya kalo dari muda hutan relatif lebih sulit dijinakkan, akan tetapi terkadang memiliki suara yang asli bawaan dari lingkungan di habitatnya, sedangkan kalo dari hasil breeding biasanya lebih mudah jinak akan tetapi terkadang tidak memiliki suara khas yang ada bila kita tidak melakukan pemasteran yang baik. Tetapi sebaiknya pemilihan bakalan yang baik adalah bakalan yang di dapat dari hutan yang memang masih liar dengan harapan akan mendapatkan kualitas suara yang bagus serta memiliki kecenderungan yang roppel, tentu saja hal tersebut haruslah di barengi dengan perawatan yang baik, sabar serta telaten.

Macam-Macam bakalan.
Yang tersedia di pasaran terbagi 2 golongan besar, yaitu tangkapan liar dan hasil penangkaran. Perbedannya terletak pada :

1. Cucak Rawa Tangkapan Liar
Merupakan tangkapan dari alam bebas, dibagi dalam 3 golongan :

ANAKAN CUCAK RAWA]
a. Cucak Rawa anakan
umumnya manja dan makannya masih disuapi. Kalau melihat orang biasanya menggetarkan sayapnya serta mebuka mulut minta disuapi.

Ada anggapan bahwa anakan tangkapan liar ini lebih baik dibandingkan hasil penangkaran. Pendapat ini tidak mutlak benar. Kualitas suara kelak akan lebih dipengaruhi oleh prawatan yang baik (asupan gizi dan Pemasteran)

b. Cucak Rawa Muda Hutan
Cucak Rawa muda/remaja dari hasil tangkapan liar disebut sebagai Cucak Rawa muda hutan.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
1) warna kepala baian atas keputih-putihan
2) paruh berwarna ke abu-abuan
3) mata berwarna hitam keabu-abuan *dewasa mulai usia 7 bulan mulai berwarna merah atau kemerah-merahan*
4) kaki warna hitam keabu-abuan

c. Cucak Rawa Dewasa
tergolong sukar dijinakkan, liar dan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya. Secara umum bulu Cucak Rawa dewasa terlihat kasar dan cenderung lebih cerah.
Kebanyakan amanakala dipelihara akan banyak masalah hal ini lebih disebabkan karena cara perawatan yang kurang tepat serta dari karakter burung itu sendiri. Tidak jarang pula kondisi fisiknya rusak, terutama bulu ekor patah, tumbuh tidak sempurna, dan bahkan tidak jarang pula yang bulu ekornya sulit tumbuh kembali. *lazimnya disebut sebagai kasus tabrak ekor*

CUCAK RAWA JINAK

2. Cucak Rawa Tangkaran
Tetap dibagi dalam 3 fase diatas, namun Cucak Rawa hasil tangkaran lebih jinak dan cenderung lebih mudah dibentuk karakternya. Hal ini tidaklah mengherankan karena Cucak Rawa hasil tangkaran ini sudah biasa hidup berdampingan dengan manusia.

Mencirikan bakalan Cucak Rawa yang baik
1. teliti kesehatannya
Hal ini sangat penting mengingat burung tangkapan alam didatangkan dari jauh (luar Jawa)
Ciri-ciri yang sehat :
1) burung aktif bergerak
2) makan dengan lahap
3) tidak ada luka/bekas luka di badannya, terutama mata, paruh, kaki dan pada bagian bawah sayap (pangkal paha, Pangkal Sayap) serta punggung.
4) Sayap mengepit rapat
5) Tidak ngeruji/menabrakkan kepala ke jeruji sangkar

Ciri-ciri yang kurang sehat
Kebalikan dari burung yang sehat serta :
1) tidak mau bertengger di tangkringan
2) bulu burung mengembang

2. kemampuan berkicau
Kemampuan burung untuk berkicau tidaklah sama. Berdasarkan bentuk paruhnya dan kokokrannya, kita dapat mengukur kualitas suaranya. Namun hal ini tidak mutlak bilamana tidak disertai dengan perawatan yang baik.
Karena ada pula bakalan yang secara sisi ciri-ciri kurang baik, namun dengan adanya perawatan yg baik dapat diandalkan kicauannya.

a. mengukur dari kokrookan
kokrokan adalah ciri khas Cucak Rawa. Setiap melompat, bergerak atau menghindari sesuatu, dia akan menyuarakan kokrokan ini. kokrokan yang besar, keras dan rajin adalah ciri-ciri bakalan yang baik.

b. bentuk paruh
paruh pada setiapkicauan dapat menjadi tolok ukur kerajinan dan ketajaman suaranya. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa
1) paruh panjang, tidak terlalu tebal memiliki ketajaman suara yang baik dan rajin berkicau
2) paruh panjang dan agak tebal memiliki suara keras dan berat namun kurang lepas dan terkesan tertahan
3) paruh pendek dan agak tebal biasanya kurang rajin berkicau tetapi suaranya tebal
4) paruh pendek tipis kurang rajin berkicau dan tipis suaranya 

cara yang benar membawa Cucak Rawa
alat yang paling baik adalah besek atau kardus yang sudah dilubangi. sebelum dikemas, 2 atau 3 hari sebelum perjalanan sebaiknya diberikan obat anti stress yang banyak tersedia di pasaran. Jauhkan dari mesin mobil maupun AC. 1 kotak/besek adalah untuk 1 burung.
Setelah sampai tujuan, masukkan sangkar dan gantungkan sangkar di tempat teduh serta jauh dari gangguan, ataupun juga bisa dengan meletakkan sangkarnya diatas rerumputan. Bilamana memungkinkan, segera berikan makanan alami agar kondisinya segera pulih kembali.

Asal muasal Cucak Rawa memang selalu menjadi polemik, dalam artian bahwa orang cenderung mengatakan Cucak Rawa Medan adalah bagus, tetapi kita tidak seharusnya berkiblat pada hal tersebut. Sebab pada kenyataannya bukan asal-muasal yang berpengaruh tetapi memang dasar suara yang dimilikinya bagus atau tidak, maka seharusnya dengan dasar suara inilah kita seharusnya bepedoman untuk menentukan bahwa Cucak Rawa itu berkualitas atau tidaknya. Secara umum tidak ada perbedaan volume, mental dan jenis suara yang didasarkan oleh asal daerah/habitat. Cucak Rawa Sumatera dan Kalimantan ada yang bermental bagus volume dahsyat, ada yang bersuara tipis, ada yang ropel dan ada yang bersuara biasa saja. Secara fisik, Cucak Rawa daerah sumatera relatif lebih besar ketimbang dari pulau lain. Meski demikian, secara umum bodi Cucak Rawa di Kalimantan yang masuk wilayah Malaysia, bertubuh bongsor seperti Cucak Rawa Sumatera.

Sebagai sedikit ilustrasi maka ciri fisik yang bagus adalah :
1. Bentuk kepala agak bulat dan besar, dahi menonjol.
2. Paruh, panjang, tebal dan kuat.
3. Lubang hidung tidak lebar, terlihat kecil karena tertutup atau terlindung bulu hidung.
4. Leher panjang dan pangkal leher agak mengembang.
5. Dada bidang,punggung agak bongkok.
6. Tulang paha kiri dan kanan agak merapat.
7. Jari kaki kuat dan panjang, cengkraman sempurna.
8. Badan berukuran besar dan panjang.
9. Bulu sayap panjang, bulu dada terlihat lembut dan tampak mengkilap.
10. Bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin runcing dan mengecil.

Catatan
Ilustrasi di atas di dapat dari proses pembandingan antara Cucak Rawa yang bagus dan Cucak Rawa biasa, jadi bila kita tidak pernah melihat Cucak Rawa yang bagus, tentulah sangat sulit bagi kita untuk menerapkan hal tersebut.

Tinjauan Secara Umum Jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah Asal/penyebarannya

Suara kicauan Cucak Rawa yang berkualitas memiliki beberapa kriteria, salah satu syarat tersebut terletak pada kemurnian suaranya. Ibarat benda seni, keorisinilannyalah yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan, Cucak Rawa memiliki kemampuan untuk menirukan suara-suara tertentu, termasuk kicauan burung yang lainnya. Oleh karenanya, jangan memelihara burung yang suaranya bisa ditirukan oleh Cucak Rawa. Perawatan Cucak Rawa yang baik dapat memperpanjang usianya namun seiring usia Cucak Rawa yang bertambah (diatas 10 tahun) maka secara berangsur-angsur pula daya tahan tubuh serta kicauannya akan menurun kualitasnya. Namun jangan kuatir, hal tersebut diatas dapat dihambat dengan pemberian makanan yang variatif serta perawatan yang baik.

Selama ini, Cucak Rawa yang berasal dari medan lebih populer dibandingkan dengan Cucak Rawa yang berasal dari daerah lain. Hal ini disebabkan karena sejak dahulu Cucak Rawa asal medan ini yang selalu membanjiri pasaran.dalam banyak hal, Cucak Rawa asal medan dapat dikatakan lebih baik, namun kecepatan suaranya masih kalah bila dibanding dengan Cucak Rawa asal daerah lain, terutama yang berasal dari lampung dan sumatera selatan. Hal ini masih belum begitu dipahami oleh kebanyakan para penggemar Cucak Rawa.

Bila ditinjau dari segi alam, maka, Iklim, kesuburan tanah, ketinggian dari permukaan laut serta vegetasi di negara kita sangat beraneka ragam. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menyebabkan perbedaan ukuran fisik, warna bulu maupun kualitas suara Cucak Rawa. demikian halnya, selain karakter bawaan dari burung, pola perawatan turut berperan dalam menentukan kulitas Cucak Rawa Ini Kelak. Ada satu catatan, makanan alami yang tiap hari dikonsumsi oleh Cucak Rawa dapat berefek pula terhadap kualitas suaranya.

Mengukur kualitas suara kicauan bukanlah suatu perkara mudah, karena ukuran/kriterianya akan berbeda pada tiaporang/kembali ke selera masing-masing. Sebagai salah satu contoh, murai batu asal medan lebih mengandalkan volume dan variasi dalam berkicau. Sedangkan Murai Batu Asal Lampung Lebih Mengandalkan speed atau kecepatan serta gayanya yang atraktif. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa, ada yang bagus di volume, variasi, speed/kecepatannya dll.

barikut jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah Asalnya : 

1. Cucak Rawa Medan
Ketenaran Cucakrawa daerah ini tidak hanya dari suaranya, tetpi dari ukuran tubuhnya pula. Daerah ini memiliki Hutan berawa-rawa yang luas dan tidak terlalu jauh dari pantai sehingga udaranya lumayan panas. Jadi pohon yang tumbuh disekitar tempat ini tidaklah terlalu tinggi.

a. Ciri-ciri
ukuran tubuhnya besar sehingga bila dipegang terasa padat dan agak keras. Walaupun baru ditangkap dari alam bebas, warna bulunya cenderung seperti burung yang telah lama dipelihara, yaitu hijau keabu-abuan sedikit kecoklatan dan tampak bersih.

b. kualitas suara
rata-rata memiliki suara kicauan yang baik, bervariasi serta mepunyai volume suara tang cukup besar. Namun kelemahannya adalah kurang didukung lengkingan suara atau jeritan, sehinga suaranya terkesan berat namun kurang tebal. Bila diamati, kicauannya cenderung nggambang/mengambang. Selain itu, kicauannya kurang bisa dibawakan secara cepat.

2. Cucak Rawa Aceh
Cucak Rawa asal aceh ini banyak dikenal sebagai Cucak Rawa asal medan. Tetapi, para penggemar yang senior dapat mebedakan antara Cucak Rawa Medan dengan Cucak Rawa Aceh.

a. Ciri-Ciri
Cucak Rawa asal daerah ini, ukuran tubuhnya sebesar Cucak Rawa medan namun perbedaannya terletak pada bulunya, yakni warna hijaunya lebih menonjol dari asal medan.

b. kualitas suara
kualitas suaranya tidak jauh berbeda dengan Cucak Rawa asal medan. Hal ini disebabkan karena daerah langkat dan aceh hanya dipisahkan oleh sungai Besitang.

3. Cucak Rawa lampung
Kondisi alam daerah lampung umumnya berbukit dengan hutan-hutannya yang tergolong berpohon tinggi. Hutannya pun tergolong hutan terbuka dalam bentangan yang luas. Walaupun termasuk dtaran tinggi, daerah ini tergolong berudara cukup panas.

a. ciri-ciri
Cucak Rawa asal lampung ini memiliki warna bulu yang hampir tidak jauh berbeda dengan daerah medan. Tetapi ukuran badannya sedikit berbeda. Cucak Rawa asal lampung memiliki badan yang agak pendek walaupun besar badannya hampir sama dengan Cucak Rawa medan. Namun demikian, Cucak Rawa asal daerah ini memiliki fisik yang kekar, berdada bidang serta tulang sayap yang lebih kokoh bila dibandingkan dengan Cucak Rawa Medan. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor alam/lingkungan sekitarnya.

b. kualitas suara
suara nya tidak sekeras asal medan, namun kicauannya lebih tajam dengan sedikit variasi yang lebih sedikit dibanding asal medan. namun Cucak Rawa dari daerah ini mampu membawakan nyanyiannya dalam speed yang baik dan cepat.

4. Cucak Rawa Sumsel, Jambi dan Riau daratan
Daerah ini tergolong berhutan lebat dan berawa-rawa luas.

a. ciri-ciri
hampir sama seperti asal lampung, namun perbedaannya terletak pada bagian dadanya yang kurang bidang.

b. kualitas suara
hampir sama dengan lampung hanya saja dengan volume lebih kecil sedikit bila dibandingkan lampung.

5. Cucak Rawa Kalimantan
Pada saat ini, yang banyak membanjiri pasaran adalah Cucak Rawa yang berasal dari daerah ini.

a. ciri-ciri
warnanya kurang hijau bila dibandingkan Cucak Rawa asal sumatera demikian pula ukuran badannya. Ukurab badannya tidaklah sebesar Cucak Rawa Sumatera.

b. Kualitas Suara
Cucak Rawa asal kalimantan ini tidaklah sebaik Cucak Rawa asal Sumatera. Kebanyakan tempo kicauannya sedikit lambat serta kurang keras dan kurang tebal. Kebanyakan, para penggemar Cucak Rawa menyatakan bahwa Cucak Rawa kalimantan ini bersuara tipis dan kurang tajam.

Yang Tidak Kalah Penting Pada Perawatan Suara Burung Ini Adalah Pada "Menjaga kemurnian suaranya"
Para penggemar fanatik CUCAK RAWA rata-rata memiliki keinginan yang sama, yakni memiliki kicauan Cucak Rawa yang suaranya tidak terkontaminasi oleh suara yang lainnya.
Dengan kata lain, Cucak Rawa yang memiliki citarasa yang baik adalah Cucak Rawa yang memiliki orisinalitas suara/kemurnian suaranya terjaga dengan baik.
Salah satu enyebab suara Cucak Rawa kurang berkualitas lebih dipengaruhi perawatan serta perlakuan yang kurang baik. Walau tidak sepenuhnya benar, dan tidak sepenuhnya pula bisa berhasil, Cucak Rawa yang memiliki suara kurang baik masih dapat diperbaiki.

Pada burung-burung berkicau jenis yang lain, suara variasi dari hasil memaster/manyadur suara dari burung-burung yang lainlah yang menjadi andalan. Bahkan untuk menaikkan kualitas suaranya, mereka dimaster dengan menggunakan suara-suara yang tajam (mbeset) yang bertujuan untuk mengungguli burung lain sejenisnya manakala dikonteskan. Ambilah satu contoh Murai batu, variasi suaranya lebih dari 10macam dan itupun masih bisa dimaster lagi dengan suara burung lain agar suaranya menjadi lebih dahsyat.

Hal tersebut diatas sangat bertolak belakang dengan Cucak Rawa, karena Pada dasarnya, suara kicauan Cucak Rawa yang baik adalah suara murni Cucak Rawa itu sendiri yang jelas-jelas kurang memiliki variasi, serta vokalnyapun kurang jelas (seperti berkumur-kumur)
Bilaman akita perhatikan, suara Cucak Rawa bila diistilahkan sebagai suatu kosakata, suara Cucak Rawa hanya terdiri dari suara tlang-tang-tling-tlung-tung dan hanya memiliki kisaran 5 variasi saja. 

Terkontaminasinya suara cucakrawa dengan suara lain maupun kicauan burung lain yang ditirunya dapat menyebabkan kurangnya minat calon pembeli yang benar-benar mengerti akan Cucak Rawa yang secara otomatis pula akan menjatuhkan kharismanya sekaligus nilai jualnya. Langkah antisipatifnya adalah dengan menjauhkan/menghindarkannya dari kicauan maupun suara-suara yang kurang baik. Untuk kita pahami bersama, Cucak Rawa tergolong pandai walaupun tidak secerdas burung yang lainnya. Kan tetapi, bila terlalu sering mendengarkan suara tertentu, maka Cucak Rawa dapat menyuarakannya ulang dengan baik sesuai bunyi aslinya. Adaun suara yang harus dihindari adalah suara yang bertype volume besar, berat, namun disuarakan dengan lembut/mengalun. Seperti suara poksai, perkutut, murai batu, ayam, ****** serta beberapa bunyi seperti terompet, balon dan klakson mobil.

Memelihara Cucak Rawa tampaknya jauh lebih mudah, selain kita tidak membutuhkan masteran burung lain (karena hal tersebut memang tidak diperbolehkan) namun pada kenyataannya tidaklah semudah itu untuk membentuk dan menemukan ataupun memiliki Cucak Rawa yang suaranya berkualitas. Hal ini disebabkan karena syarat-syarat suara Cucak Rawa yang berkualitas selain tidak terkontaminasi oleh suara yang lain, suara Cucak Rawa yang berkualitas adalah bilamana seekor burung Cucak Rawa dapat melantunkan suaranya secara baik, kemudian dapat mengulanginya dalam tempo yang tinggi/cepat dan terus berulang, serta menyuarakannya dengan lantang, keras dan lepas seperti manakala dia berada di alam bebas.

Kesimpulan yang bisa kita tarik dari tulisan diatas bahwa untuk memiliki Cucak Rawa yang berkualitas maka *mempertahankan kemurnian suara Cucak Rawa adalah suatu keharusan*. Kemurnian suara ini bertujuan agar kita sebagai para penggemar suara Cucak Rawa setiap kali mendengarkan suara kicauannya, karena gema suaranya, seakan kita merasa ditengah-tengah hutan rimba, terkadang pula, kicauan Cucak Rawa yang bergulung-gulung bisa diibaratkan seperti deru suara aliran air yang deras. Patut diakui, bahwa dengan mendengarkan kicauan suara Cucak Rawa memang dapat memberikan kesejukan tersendiri di dalam hati para pendengarnya.

CIRI JANTAN DAN BETINA

Cucak Rawa termasuk burung monomorfik di mana tidak ada perbedaan ciri fisik yang terlihat dari luar yang membedakan antara burung jantan dan burung betina. Namun demikian, ada beberapa patokan yang bisa digunakan untuk menentukan jenis kelamin burung Cucak Rawa oleh para penangkar.

Ciri fisik

Jantan 
Kepala bulat, dengan bulu berwarna lebih tua, tampak ada semacam belahan bulu. Bulu rahang lebih putih dan tampak bersih cerah. Bulupunggung dan sayap lebih abu-abu, garis-garis hitam putih lebih nyata. Ekor lebih panjang dan menyatu paruh tampak lebih kokoh kuat dan tebal serta agak melengkung. Garis hitam di bawah mata tampak lebih jelas.

Betina
Kepala lebih datar, dengan bulu berwarna lebih ringan, dan tidak ada belahan bulu. Bulu rahang lebih kotor, tampak putih keabu-abuan. Garis-garis hitam putih kurang jelas. Ekor lebih pendek dan sedikit agak mengembang. Paruh lebih pipih dan cenderung tampak lebih cantik. Garis hitam di bawah mata dengan warna lebih ringan.

Tingkah Laku dan Gerakan

Dari tingkah laku dan gerakannya, burung Cucak Rawa dapat diketahui sekaligus dibedakan antara jantan dan betinanya. Terutama bila Cucak Rawa telah jinak dan gerakannya telah menunjukkan kebebasan tanpa ada rasa takut.

Jantan
Gerakannya lebih agresif, sering melompat, seakan-akan menantang dan terlihat berani. Bila melihat lawan jenisnya seakan-akan merayu dan melakukan gerakan atraktif, sedang bila dengan jenis yang sama, seakan-akan ingin menyerang. Banyak gerakan kaki dan tubuh yang seakan-akan hendak mengangkat ke atas dan ekornya mengarah ke bawah. Kepala menunjukkan gerakan melongok ke atas dengan gerakan yang nampak berani dan menantang disertai dengan siulan keras bernada memanggil.

Betina
Gerakan lebih lamban dan tampak halus. Bila melihat lawan jenisnya akan menggerak-gerakkan sayap yang sedikit agak dikembangkan paruh terbuka dan lidah digerak-gerakkan seperti anak Cucak Rawa yang minta disuapi induknya. Sambil mendekat menyuarakan suara yang lembut, sambil merendahkan badan serta ekornya agak terangkat keatas. kepala sering merunduk atau merendah ke depan merendah sejajar dengan punggungnya.

Suara 

Dari suaranya, burung Cucak Rawa dapat dibedakan jenis kelaminnya, walaupun untuk itu perlu dibutuhkan waktu yang relatif lama.

Jantan
Lebih sering menyampaikan nada panggil tinggi, keras dan melengking. Banyak variasi nada dan irama yang sering diperdengarkan. Bila berkicau bersama atau berpasangan akan memimpin irama lagunya. Secara garis besar suaranya *Klang Kling Klung* saja

Betina
Suara terdengar besar dan dalam, seakan akan memberi jawaban kicauan burung jantan. Variasi suara lebih monoton dan seolah olah hanya mengikuti saja. Perbandingan ini akan nampak jelas lagi bila dua burung, jantan dan betina, sedang berkicau bersahut-sahutan saling didekatkan. Namun ada juga burung betina yang dapat bersuara doble atau ropel, sehingga dalam ini sulit untuk memilih atau menentukan antara jantan dan betina. Secara garis besar suaranya *Klang Kling Klung* diakhiri dengan *Kliuk*

Cucak Rawa adalah burung kicauan termahal di Indonesia/burung kicauan kelas atas???
Sengaja saya berikan 3 tanda tanya dalam judul paragraf ini diatas. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menegaskan pertanyaan ulang dari apa yang sudah tenar mengenai burung ini pada saat ini.

Walaupun secara tampilan, Cucak Rawa tidaklah semenarik burung beo, burung kepodang, burung murai, kacer ataupun burung jenis lain yang memiliki warna yang indah. Bahkan dibandingkan dengan satu kerabatnya yakni burung kutilang, warna Cucak Rawa belumlah sebanding keindahannya. Akan tetapi, walaupun sosoknya kurang menarik, Cucakrawa memiliki suara yang cukup tinggi nilai ekonomisnya, harganya terus naik demikian halnya dengan kharismanya sebagai kicauan unggulan tidak diragukan lagi.

Tingginya harga Cucakrawa bakalan, maupun yang sudah jadi menjadi pertimbangan tersendiri bagi para penggemar kicauan, terutama bagi penggemar pemula untuk memilikinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Cucakrawa memiliki kelas tersendiri dan seakan terkesan sebagai burung kelas atas. Terlebih sampai dengan saat ini para penggemarnya hampir sebagian besarnya didominasi oleh kalangan pengusaha maupun para penggemar yang penghasilannya cukup baik. Citra Cucak Rawa yang baik inilah yang membuat burung ini sulit didapati di alam bebas, bahkan di pasaran sekalipun.

Namun bila diamati tidak demikian halnya adanya. Cucak Rawa walaupun memiliki harga yang relatif tinggi ternyata murah untuk dipelihara bila dibandingkan dengan memelihara burung berkicau jenis yang lainnya. Makanan kesehariannya adalah pisang/buah-buahan dan diselingi dengan voor. Makanan tambahannya bisa berupa jangkrik 5 ekor pagi 5 ekor sore, dan kroto (tidak wajib). Porsi EF tersebut tidaklah sebanyak yang kita butuhkan manakala memelihara jenis burung yang lainnya. Bisa dikatakan, memelihara Cucak Rawa sesimple memelihara trucukan atau kutilang hanya karena faktor mahalnya harga bakalan burung ini, maka kita tidak mau bereksperimen. Andaikata mau bereksperimenpun dengan cara yang sangat hati-hati.
Kalau diistilahkan, membeli burung Cucak Rawa seperti membeli motor 4 tak. Harga di awal saja yang tinggi, setelah itu dalam kesehariannya irit bensin, tanpa perlu membeli olie samping sebagai pelengkap EF hariannya seperti halnya bilamana kita membeli motor 2 tak.

Termasuk suatu hal yang kurang tepat pula bila menyebut bahwa Cucak Rawa adalah burung termahal. Sebab tidak sedikit pula burung jenis yang lainnya yang bandrolnya memasuki 7 digit, bahkan bisa 8 digit bilamana berprestasi.
Sedikit kesimpulan yang bisa kita tarik adalah
CUCAK RAWA harga awalnya saja yang tinggi, namun untuk perawatannya bisa dibilang murah meriah.


PERLENGKAPAN MEMELIHARA

Tempat
Cucak Rawa bisa dipelihara dengan sangkar kotak dengan ukuran panjang-lebar 45-60 cm dengan tinggi 60-70 cm. Sementara tenggeran atau pangkringan bisa dibuat dari kayu asam dengan diameter 1,5 cm-2,5 Cm. walau sekarang banyak tangkringan jadi yang tersedia di pasaran, namun lebih baiknya gunakan kayu asam untuk tangkringan, kecuali burung tersebut sebelumnya sudah terbiasa dengan tangkringan jenis yang lainnya. Ada beberapa kasus juga, Cucak Rawa berhenti berkicau/macet sementara saat menyesuaikan dengan tangkringannya yang baru.

*Tingkatkan kualitas sangkar*
Tidak semua sangkar dipasaran berkualitas baik. Bisa saja jerujinya kasar. Hal ini dapat menyebabkan burung menjadi luka terutama bagi Cucak Rawa hasil tangkapan alam non anakan. Tujuan perbaikan kualitas sangkar ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mencegah luka ada pangkal paruh dan bagian kaki serta bulu ekor. Untuk melakukan peningkatan kualitas sangkar bisa dilakukan pengecatan. Warna yang baik adalah warna cokelat muda ataupun warna yang kalem.
Saran : belilah/sediakan sangkar terlebih dahulu sebelum membeli burung karena biasanya walau kondisinya telah halus, namun bau catnya masih menyengat. Cucilah sangkarnya sekalipun baru untuk menghilangkan bau, kotoran dan debu.

Cucakrawa yang dipindahkan sangkarnya, dipegang dan dibawa untuk melakukan perjalanan jauh akan mengalami stress walaupun hanya dalam skala ringan sekalipun.
Ciri cirinya sbb :
1) gelisah
2) nafsu makan berkurang
3) bulu kepala agak mengembang
4) bergerak naik turun ke dasar sangkar secara berulang-ulang
5) kurang rajin berkicau


Pakan
Sama dengan burung lain pada umumnya, Cucak Rawa memerlukan menu pakan yang variatif sehingga kecukupan nutrisi, vitamin dan mineralnya. Pakan yang bagus, selain lengkap nutrisinya seperti protein, karbohidrat, juga lengkap vitaminnya seperti vitamin A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3. Selain itu, perlu pula mengandung zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari vitamin B) dan Ca-D. Di samping vitamin, perlu juga kecukupan mineral. Mineral dibutuhkan dalam pembentukan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Yang termasuk mineral yang diperlukan burung Cucak Rawa adalah Calcium, Phosphor, Iron, Manganase, Iodium, Cuprum, Zinccum, Magnesium, Sodium Chlorin dan Kalium.

Voer 
Sebaiknya pilih yang berkadar protein sedang yaitu: 12%-18%, belum tentu Voer yang berharga mahal akan cocok dengan sistem metabolisme setiap burung Cucak Rowo. Voer diberikan sebagai pelengkap kebutuhan nutrisinya. Selalu ganti dengan Voer yang baru setiap dua hari sekali.

Buah Segar
Burung ini sangat menyukai buah Pepaya, Pisang Kepok Putih, Apel, Pir, Tomat dan beberapa buah lainnya. Sebaiknya perbanyak pemberian buah Pepaya, karena buah Pepaya mengandung vitamin C yang tinggi sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Disamping itu, buah Pepaya sangat mudah dicerna dan sangat cocok dengan sistem metabolisme rata-rata burung pemakan buah.

EF (Extra Fooding)
Pakan tambahan yang sangat baik yaitu: Jangkrik, Orong-orong, Kroto, Ulat Hongkong, Ulat Bambu, Kelabang, Belalang dan lainnya. Pemberian EF harus selalu disesuaikan dengan karakter pada masing-masing burung dan juga harus mengetahui dengan pasti dampak klausal dari pemberiannya EF tersebut.

PERAWATAN HARIAN

Perawatan harian untuk burung Cucak Rawa relatif sama dengan burung berkicau jenis lainnya, kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan konsisten. Berikut ini Pola Perawatan Harian dan Stelan Harian untuk burung Cucak Rawa :

1. Jam 07.00 burung diangin-anginkan di teras. Jam 07.30 burung dimandikan (karamba mandi atau semprot, tergantung pada kebiasaan masing-masing burung).
2. Bersihkan kandang harian. Ganti atau tambahkan Voer, Air Minum dan buah segar.
3. Berikan Jangkrik 5 ekor pada cepuk EF. Jangan pernah memberikan Jangkrik secara langsung pada burung.
4. Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam/hari mulai pukul 08.00-10.00. Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
5. Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit, lalu sangkar dikerodong.
6. Siang hari sampai sore (jam 10.00-15.00) burung dapat di Master dengan suara master atau burung aseli cucakrowo.
7. Jam 15.30 burung diangin-anginkan kembali diteras, boleh dimandikan bila perlu.
8. Berikan Jangkrik 3 ekor pada cepuk EF.
9. Jam 18.00 burung kembali dikerodong dan di perdengarkan suara master selama masa istirahat sampai pagi harinya.

PENTING
1. Kroto segar diberikan 1 sendok teh maksimal 2x seminggu. Contoh setiap hari Senin pagi dan hari Kamis pagi.
2. Buah segar diberikan rutin setiap hari, dengan format: Hari Senin sampai hari Kamis. 
3. Buah Pepaya, hari Jum’at dan hari Sabtu berikan Apel atau Pisang atau buah lainnya.
4. Berikan multivitamin yang dicampur pada air minum seminggu sekali saja.
5. Berikan buah pisang yang yang telah diolesi madu setiap hari Sabtu.

Penanganan jika Cucak Rawa overbirahi
1. Pangkas porsi jangkrik menjadi 2 pagi dan 2 sore.
2. Bisa diberikan 2 ekor ulat bambu dalam 3 hari berturut-turut.
3. Frekuensi mandi dibuat lebih sering, misalnya pagi-siang dan sore.
4. Lamanya penjemuran dikurangi menjadi 30 menit/hari saja.

Penanganan Apabila Burung Cucak Rawa Kondisinya Drop
1. Tingkatkan porsi pemberian jangkrik menjadi 8 pagi dan 4 sore
2. Tingkatkan porsi pemberian kroto menjadi 3x seminggu
3. Mandi dibuat 2 hari sekali saja
4. Burung segera diisolasi, jangan melihat dan mendengar burung Cucak Rawa lain dahulu
5. Lamanya penjemuran ditambah menjadi 2-3 jam/hari

PERAWATAN CUCAK RAWA UNTUK LOMBA

Perawatan lomba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perawatan harian. Tujuan perawatan pada tahap ini yaitu mempersiapkan burung agar mempunyai tingkat birahi yang diinginkan dan memiliki stamina yang stabil. Kunci keberhasilan perawatan lomba yaitu mengenal baik karakter dasar masing-masing burung.

1. H-3 sebelum lomba, jangkrik bisa dinaikkan menjadi 8 ekor pagi dan 4 ekor sore.
2. H-2 sebelum lomba, burung sebaiknya dijemur maksimal 30 menit saja.
3. 1 Jam sebelum di gantang lomba, berikan jangkrik 3 ekor dan ulat hongkong 10-20 ekor.

Apabila burung akan turun lomba kembali, berikan Jangkrik 1 ekor lagi.

PENTING
1. Jangan memandikan burung pada saat di lapangan, karena dapat membuat birahi burung tersebut menjadi sangat tidak stabil.
2. Berikan kesempatan pada burung untuk beradaptasi sebentar pada suasana lapangan, agar burung tidak kaget.

PERAWATAN DAN STELAN BURUNG CUCAK RAWA PASCA LOMBA

Perawatan pasca lomba sebenarnya berfungsi memulihkan stamina dan mengembalikan kondisi fisik burung.

1. Porsi EF dikembalikan ke stelan harian.
2. Berikan multivitamin pada air minum pada H+1 setelah Lomba.
3. Sampai H+3 setelah lomba, penjemuran maksimal 30 menit saja.

PERAWATAN CUCAK RAWA MABUNG

Untuk burung cucakrowo, sangat jarang terjadi mabung total dan biasanya hanya nyulam atau ganti bulu secara bergantian. Namun jika terjadi burung mengalami masa nyulam dengan banyak bulu yang berjatuhan, maka perlu dilakukan treatmen mabung. Seperti apakah treatmen mabung itu? Masa mabung (moulting) merupakan masa yang sangat menuntut perhatian penghobi burung. Bulu yang hilang dan digantikan selama masa mabung atau meranggas ini menyerap 25% dari total protein yang ada di dalam tubuh burung. Inilah mengapa selama masa mabung perlu ditambahkan juga protein sebesar seperempat total protein dalam tubuh burung. Bulu-bulu dan selongsong bulu terdiri atas lebih dari 90% protein, khususnya protein yang disebut keratins. Protein bulu berbeda dengan protein pada tubuh dan telur serta memerlukan jumlah proporsional yang berbeda atas asam amino (pembangun sel atau blok protein). Burung harus mengonsumsi makanan dengan kandungan asam amino jenis ini kemudian menyerap dan disimpan sebagai protein (keratin) khusus bagi keperluan pertumbuhan bulu. Proses ini sangat penting bagi burung dan tubuh burung harus bekerja ekstra untuk mendapatkan gizi yang cukup untuk membentuk bulu secara sempurna.

Ketika burung mabung, mereka juga memerlukan energi yang besar untuk memproduksi bulu baru. Keperluan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, menyebabkan burung harus mengonsumsi lebih banyak makanan selama meranggas untuk dapat mempertahankan pertumbuhan bulu baru. Untuk diketahui saja, energi yang diperlukan burung selama masa mabung sebesar dua setengah kali lebih banyak ketimbang burung yang sedang memproduksi telur (lihat misalnya penjelasan pada “Moulting in Bird” di situs vetafarm.com yang menjadi referensi utama untuk tulisan mengenai masalah mabung ini).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada masa mabung tidak bisa sepenuhnya dipahami, karena sangat kompleks. Umur burung, musim saat mabung, cuaca harian, kadar hormon dan siklus perkembangbiakan, semua menjadi faktor penentu bagi keberhasilan atau kegagalan burung melewati masa mabung. Hal yang paling utama untuk diingat adalah bahwa pada saat burung mabung, Anda harus memberikan suplai pakan yang cukup sehingga mereka bisa mengembangkan bulu-bulu sesempurna mungkin. Untuk menyediakan protein yang diperlukan untuk peningkatan produksi bulu, Anda harus meningkatkan asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin. Protein seperti itu bisa ditemukan di dalam daging hewan. Daging dapat diberikan kepada kebanyakan burung yang sedang mabung dalam jumlah kecil plus pemberian suplemen makanan yang baik. Suplemen multivitamin dan multimineral yang baik seharusnya mengandung berbagai vitamin dan mineral serta asam amino untuk memungkinkan tumbuhnya bulu secara normal.

Meskipun pada umumnya mabung berjalan normal, ada beberapa hal yang sering mengganggu masa mabung burung, khususnya tumbuhnya bulu yang tidak merata atau bahkan ada bulu yang tidak rontok (sekadar nyulam).

Waktu Maksimal ganti bulu adalah antara 6-7 minggu. Bila melebihi batasan waktu tsb, pasti ada yang salah dalam perawatan maupun gangguan yang diterima burung terlalu banyak. Seperti burung jenis yang lainnya, pertumbuhan bulu memerlukan asupan gizi yang lebih dibandingkan pada saat perawatan hariannya. Bila ada Cucak Rawa, berarti porsi jangkriknya yang lebih banyak.

Pemberian makanan porsi extra ini, selain sebagai asupan untuk pertumbuhan bulu, juga mempunyai tujuan untuk menjaga kondisinya agar tetap stabil serta setelah pergantian bulu ini kulitas suaranya menjadi lebih baik. Umumnya, setelah ganti bulu, maka kualitas mental dan kualitas suara burung akan menjadi lebih baik.


Penggangu Proses Mabung
1. Penyakit - Penyakit yang disebabkan virus circovirus (Beak and Feather Disease) dan virus polyoma adalah penyakit paling umum yang menyebabkan burung kesulitan memproduksi bulu. Psittacosis kronis, gangguan parasit dan infeksi bakteri pada usus dapat pula menyebabkan bulu burung sulit tumbuh.
2. Gizi buruk – Sebagaimana digambarkan di atas, persyaratan untuk berlangsungnya produksi bulu secara normal memang sangat banyak, dan karenanya makanan yang kurang gizi bisa 
3. menyebabkan tumbuhnya bulu yang tidak berkualitas (mudah patah, mudah kusam, melintir/ keriting dan sebagainya).
4. Kimiawi – penggunaan bahan kimiawi sering menyebabkan bulu tumbuh tidak sempurna atau bahkan merusak bulu. Salah satu contohnya adalah zat pembasmi cacing pada merpati yang dikenal sebagai Mebendazole. Bahan kimia ini akan menyebabkan bulu burung melintir jika diberikan semasa burung mabung.
5. Stres – Hal ini terjadi terutama untuk burung yang disuapi/loloh dengan tangan manusia. Tangan manusia menyebabkan bulu baru tidak bisa berkembang sempurna dan sebagainya.

Apa yang perlu Anda lakukan agar burung dapat memiliki bulu baru sebaik mungkin?
Pertama, menyingkirkan segala cacing, kutu, mikroba pengganggu dan parasit lainnya.
Kedua, pastikan tidak satupun dari burung Anda menjadi pembawa virus bibit penyakit, misalnya Polyoma.
Ketiga, berikan gizi yang cukup selama burung meranggas/mabung dengan pakan yang bagus. Hanya saja perlu diingat bahwa pakan yang bagus bukan berarti pakan yang banyak, sebab terlalu banyak pakan yang hanya mengandung karbohidrat misalnya, hanya akan membuat burung kekurangan gizi meski secara fisik terlihat gemuk.

Jika Anda telah melakukan semua hal di atas dan masih mengalami masalah dengan kualitas bulu Anda perlu berbicara dengan dokter hewan khusus burung.

BURUNG CR DALAM KANDANG TANGKARAN

PENANGKARAN CUCAK RAWA

Sebelum penangkaran Cucak Rawa dimulai, terlebih dahulu perlu dilakukan seleksi atau pemilihan terhadap burung-burung ini, terutama apabila jumlah yang dimiliki cukup banyak. Tetapi apabila burung yang ada jumlahnya terbatas, maka seleksi semacam tidak perlu dilakukan. Seleksi ini dimaksudkan agar memperoleh pasangan calon induk yang memenuhi syarat, yang diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang bermutu dan memuaskan.

Calon untuk Induk Penangkaran

Burung yang disiapkan untuk keperluan penangkaran harus memiliki semua kriteria 
sebagai calon induk. Kriteria tersebut antara lain:

1. Mutu dan kualitas burung harus baik; memiliki mental yang bagus; suara kicaunya bagus, nadanya bagus, volumenya bagus, iramanya bagus, jarak jangkaunya jauh, dan bersih atau kristal.
2. Fisik sempurna, dalam arti tidak cacat.
3. Sehat, dalam arti tidak sakit-sakitan.
4. Baik pejantan maupun betinanya sudah siap kawin.
5. Mau dan dapat ditangkarkan dalam arti mampu kawin secara normal
6. Dari keturunan yang baik dan mempunyai keturunan yang baik pula (tidak cacat, rajin, dan sayang mengasuh anaknya)

Kunci keberhasilan penangkaran
Keberhasilan penangkaran sangat ditentukan oleh sangkar atau kandang yang digunakan cocok atau tidak. Sangkar atau kandang penangkaran adalah sangkar atau kandang yang diperuntukkan sebagai tempat menangkarkan atau mengembangbiakkan pasangan burung Cucak Rawa yang telah siap dan memenuhi kriteria untuk dijodohkan. Oleh sebab itu, harus dibedakan antara sangkar untuk pemeliharaan atau kurungan dengan sangkar untuk penangkaran.sangkar untuk penangkaran lebih tepat disebut kandang. Selain ukuran yang jauh lebih luas, kandang juga memerlukan berbagai peralatan yang dapat mendukung serta membantu usaha penangkaran.

Agar sesuai dengan habitat dan kehidupan aslinya di alam bebas, atau setidak tidaknya mendekati, maka kandang penangkaran ini harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:

Lokasinya cocok dan strategis.
- Cocok: artinya banyak faktor pendukung yang memperlancar usaha penangkaran, antara lain cukup mudah mendapat air dan makanan; tersedia listrik sebagai pemanas dan penerangan, lingkungan tidak terlalu dekat dengan keramaian yang mengganggu, kecuali kicau burung. Selain itu, ada tempat untuk membuang sampah atau kotoran, serta jauh dari binatang yang dapat mengganggu suasana penangkaran.

- Strategis: lokasi penangkaran mudah dikenal dan dijangkau para penggemar, dekat dengan jalan serta transportasinya mudah. Kalau mungkin tidak berada dalam kota dan lebih baik lagi bila berlatar belakang pegunungan yang masih menyerupai hutan. Hal ini akan sangat mendukung keindahan suasana penangkaran. Karena, selain hasil yang akan diharapkan, kombinasi antara alam yang indah dan kicauan burung yang akan memberikan kenikmatan tersendiri. Tersedianya tenaga, bahan, dan sarana penunjang lainnya perlu pula dipertimbangkan, karena hal ini akan membawa kemudahan serta mendukung perkembangan penangkaran.

Konstruksi bangunan memenuhi syarat dan bentuk memadai.
Kandang penangkaran yang baik dan cocok adalah kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bahan kerangka dari kayu yang kuat, tidak mudah lapuk, dan tahan lama .
2. Lantai dasar terbuat dari batu kali, batu apung, kerikil pasir dan tanah atau lumpur. Komposisi ini menyerupai kehidupan asli di hutan sehingga memenuhi kebutuhan dan sarana merawat diri bagi burung. Misalnya batu apung untuk mengasah paruh, pasir sebagai tempat mandi debu dan lain sebagainya.
3. Kolam atau rawa buatan dibuat dari semen dan batu alam yang dibentuk sealami mungkin agar tampak luas sehingga burung akan merasa senang, betah dan merasa gembira Dengan kandang yang ideal, yaitu panjang 3m, lebar 2m dan tinggi 3m yang umumnya dilengkapi dengan pohon perdu serta tempat mandi yang cukup membuat burung Cucak Rawa merasa nyaman.

Berikut ini saya sajikan gambaran kasar kandang penangkaran. Model kandang penangkaran ini bisa digunakan untuk kandang berbagai macam burung, tinggal disesuaikan ukurannya. Tetapi sesungguhnya kandang penangkaran tidak ada yang ideal sebab semuanya diawali dengan kondisi yang ada saja. Bisa jadi Andapunya bekas kamar mandi, kamar kost-kostan dsb yang bisa disulap jadi kandang penangkaran. Yang penting, sirkulasi udara cukup dan syukur-syukur bila mendapat sinar matahari pagi.

CUCAK RAWA DALAM KANDANG PENANGKARAN BEKAS KOST2AN

Panjang x lebar x tinggi: 90x90x180
Bahan

Batas samping kanan-kiri dan belakang = dinding/ tembok atau papan yang tahan lama dsb.
Atas = bagian yang tertutup bisa langsung di atasnya adalah genting dengan semua bagian kandang sudah tertutup kawat strimin.
Tangkringan = kayu asem, kayu jati serutan dll yang penting keras, dengan diameter sekitar 2 – 3 cm.
Papan tempat pakan (F) kayu yang kuat.
Rangka dari Kayu atau bahan yang tahan lama

CR MENGERAM DALAM SARANG PENANGKARAN

Sarangwadah sarang alternatif yang juga disukai cucar rowo (CR) yang terbuat dari kelapa tua yang dibelah jadi dua dan diambil dagungnya dan tempurungnya, seperti di bawah ini:

Pemilihan pasangan

Keberhasilan penangkaran burung Cucak Rawa sangat ditentukan oleh pasangan baru yang akan ditangkarkan sebagai calon induk. Untuk menentukan induk yang baik, faktor-faktor berikut ini harus diperhatikan, yakni:

Mutu atau Kualitas
Burung yang akan ditangkarkan sebaiknya telah benar-benar diseleksi kualitasnya, yang meliputi mutu suara atau kicau, mental dan jiwanya, keutuhan fisik serta daerah asal (peringkat teratas saat ini adalah Cucak Rawa yang berasal dari Sumatera).

Umur Burung
Umur burung yang akan ditangkarkan sangat menentukan kualitas piyik atau anakan yang dihasilkan. Anak atau piyik dari induk yang terlalu muda selain kondisi fisiknya lemah, juga kicau atau suaranya akan kurang keras atau bantas. Kemungkinan lain adalah induk muda ini kurang atau belum mampu merawat anaknya dengan baik, sehingga kemungkinan mati di saat kecil sangatlah besar. Sebaliknya, induk yang umurnya terlalu tua selain sudah kurang produktif, telur yang dierami kemungkinan tidak dapat menetas. Kalaupun dapat menetas anaknya kurang sehat atau bahkan mati,

Umur yang baik bagi penangkaran burung Cucak Rawa adalah 2 tahun bagi pejantan dan 1,5 tahun bagi betina, sebab pada umur tersebut Cucak Rawa telah mencapai dewasa kelamin. Apabila induk burung yang ditangkarkan berasal dari satu keturunan (dari induk yang sama), penangkaran dapat dimulai pada umur 1,5-2 tahun.

Asal-usul Pasangan
Satu induk yang sama, yakni dari satu tetasan yang pada umumnya terdiri atas jantan dan betina.Keuntungan pasangan dari induk yang sama ini adalah lebih mudah menjodohkannya 
serta mudah pula menentukan jantan dan betinanya, karena mereka telah berpasangan sejak menetas. Kelemahannya adalah, keturunannya tidak mungkin menghasilkan kombinasi suara lain karena berasal dari satu darah atau satu garis keturunan.

Jenis Kelamin
Sering terjadi, karena ketidaktahuan penangkar, burung yang dijodohkan adalah pasangan yang terdiri atas jantan semua atau betina semua. Hal ini sering dialami oleh penangkar pemula. Walaupun burung yang dijodohkan adalah betina semua, dapat bertelur. Hal ini mungkin terjadi bila gizi yang diperlukan oleh burung tercukupi. Penentuan jenis kelamin sangat menentukan keberhasilan penangkaran, sebab bila sampai salah, penangkaran akan mengalami kegagalan. Untuk menentukan jenis kelamin ini telah duraikan di atas secara rinci.

Kecocokan Pasangan
Burung yang telah ditentukan jenis kelaminnya belum menjamin pasangan ini dapat akur atau jodoh dan dapat menghasilkan telur atau keturunan. Burung jantan dan betina yang disatukan dalam sangkar belum pasti cocok, mereka dapat saling menyerang, dan mungkin pula si jantan kalah oleh betinanya. Dalam hal semacam ini, pasangan burung ini harus segera dipisahkan agar tidak mengalami kerusakan bahkan dapat mengakibatkan matinya salah satu burung.

Kesehatan
Burung yang disiapkan untuk induk, hendaknya betul-betul telah diseleksi kesehatannya, baik kesehatan fisik maupun mentalnya lebih-lebih pada burung yang cacat. Burung yang kurang sehat atau tidak fit tidak mungkin menghasilkan anakan yang yang baik seperti yang diharapkan.bila burung yang dijodohkan ini sakit, akibatnya akan lebih fatal. Oleh karena itu, burung yang dijodohkan harus selalu dijaga kesehatannya melalui perawatan, pemberian makan yang baik serta kebersihan kandangnya. Selain umur prodiktifnya panjang, kesehatan burung juga akan menghasilkan keturunan yang baik dan memuaskan


CARA MENJODOHKAN
Bila calon induk yang akan ditangkarkan telah dipilih serta telah memenuhi syarat tersebut di atas, tiba saatnya untuk memasukkannya ke dalam kandang penangkaran. Menjodohkan atau 
memasukkan burung ke dalam kandangpun ada tekniknya tersendiri, yakni sebagai berikut:

1. Masukkan burung jantan ke dalam kandang penangkaran terlebih dahulu, hingga benar- benar tampak tenang dan tidak lagi gelisah, syukur sudah mau berkicau
2. Dekatkan atau tempelkan sangkar/kurungan yang berisi burung betina pada kandang penangkaran yang sudah berisi burung jantan calon pasangannya, pada salah satu dinding kandang dan amati terus. Bila keduanya telah mulai tertarik dan mendekat serta menunjukkan isyarat gerak yang cocok, barulah mulai dengan tahap berikutnya yaitu memasukkan burung betina ke dalam kandang penangkaran
3. Masukkan Cucak Rawa betina dalam kandang penangkaran secara hati-hati, agar si jantan tidak terkejut dan menyebabkan ketakutan serta menghambat adaptasi keduanya. Waktu yang tepat untuk memasukkan burung betina adalah sore hari menjelang tidur, dengan maksud agar keduanya dapat segera tenang dan tidak saling menyerang. Ikuti dan awasi terus perkembangannya agar dapat dipastikan bahwa keduanya akur dan tidak saling menyerang. Apabila dalam beberapa hari sudah mulai tampak akur dan selalu rukun, dapat diharapkan pasangan ini akan segera menghasilkan keturunan

1. Berikan cukup makanan baik makanan buatan, buah-buahan maupun makanan ekstra berupa serangga, belalang atau jangkrik. Air minum dan kolam rawa atau kolam buatan agar selalu dijaga kebersihannya serta mengganti airnya.
2. Pada waktu memberikan makanan ekstra, berupa belalang atau jangkrik, usahakan agar dibantu dengan tangan atau lidi, agar terjalin kontak langsung dengan pemilik. Kontak secara langsung dengan burung perlu latihan atau pendekatan sedikit demi sedikit dan penuh kesabaran. Kontak langsung ini sangat diperlukan, agar terjalin hubungan kasih saying. Bila kontak langsung sering dilakukan, maka setiap kali kita datang ke lokasi kandang, burung akan menyambut gembira dan penuh harap untuk mendapatkan hadiah makanan kesayangan
3. Setelah beberapa waktu akan tampak jelas adanya kehidupan yang rukun, penuh kegembiraan yang diselingi dengan canda dan saling berkejaran riang namun tidak menyerang
4. Secara naluriah, seperti ketika masih di hutan, biasanya pasangan burung ini akan membuat sarang dan mulai bertelur menjelang musim penghujan, yaitu sekitar bulan Juli-Agustus. Apabila pasangan ini sama-sama tampak mengumpulkan rumput kering atau bahan lain dan mulai menyusun sarang, segera berilah tambahan daun cemara, rumput kering ataupun serabut kelapa agar burung mudah mencari bahan sarang
5. Setelah segalanya dirasa siap, maka si betina akan segera bertelur antara 2 sampai 3 butir. Tetapi ada kalanya burung akan bertelur sampai 4 butir. Tetapi pada umumnya Cucak Rawa hanya bertelur 2 butir saja. Telur yang semula berwarna putih ini lama-lama menjadi agak kekuningan dan kemudian akan muncul bintik-bintik coklat muda kekuning-kuningan. Pengeramannya biasanya dilakukan secara bergantian. Pada hari ke empat belas, biasanya telur akan segera menetas. Anak Cucak Rawa akan diasuh oleh kedua induknya secara bergantian.

KENDALA UTAMA PENANGKARAN

Penjodohan
Dalam penjodohan burung untuk penangkaran, kesulitan utama adalah menyamakan masa birahi burung. Sebab, apabila burung tidak sama masa birahinya, maka penjodohan sulit dilakukan. Untuk itu, Anda perlu memberikan asupan pakan yang bisa memunculkan birahi burung, baik untuk jantan ataupun betina. Dalam kaitan ini, disarankan Anda menggunakan multivitamin dan multi mineral yang dilengkapi dengan suplemen lengkap dan seimbang disertai bahan aktif yang bermanfaat untuk kebutuhan utama asupan makan burung indukan. Sebagai salah satu contohnya adalah Bird Mature. 

Macet produksi
Banyak sekali kasus burung macet produksi. Meskipun indukan jantan dan betina terlihat sehat, namun ternyata keduanya tidak juga melakukan perkawinan. Atau kalau melakukan perkawinan tidak terjadi pembuahan. Tanda tidak ada pembuahan adalah telur yang kosong sampai masa pengeraman berakhir. Sebenarnya, macet produksi dalam kasus di atas adalah karena datangnya masa birahi burung pasca telur menetas tidak berbarengan. Dengan demikian, dalam kasus ini juga disarankan menggunakan BirdMature sehingga muncul birahi jantan dan betina pada saat yang bersamaan. Fungsi utama BirdMature memang meningkatkan fertilitas dan menormalkan fungsi reproduksi burung. Namun dia juga memiliki fungsi lain, yakni meningkatkan daya tahan tubuh piyikan (burung-burung muda), menormalkan sistem kekebalan tubuh piyikan serta menyempurnakan pertumbuhan bulu burung. Banyak burung piyikan mati disebabkan dia kekurangan asupan yang seharusnya tersimpan secara normal ketika dia masih dalam bentuk telur. Dengan pemberian BirdMature, risiko kematian anakan piyikan burung bisa ditekan.

PERAWATAN PASCA TELUR MENETAS

Apabila telah diketahui kapan kira-kira telur akan menetas, persiapkan segala sesuatnya dengan cermat, telaten dan penuh perhatian. Dalam dua atau tiga hari menjelang telur menetas hendaknya telah disediakan kroto atau serangga lain yang lembut dan lunak agar sewaktu-waktu menetas induk langsung dapat memberi makan anak-anaknya sesuai kehendaknya.

Di dalam sangkar induk tidak bisa secara bebas mencarikan makan untuk anaknya, maka kebutuhan pakan untuk anak burung harus selalu diperhatikan dari hari ke hari. Karena kebutuhan makannya tidak selalu sama dari hari ke hari sejak umur 1 hingga 15 hari, anak akan mulai belajar keluar sarang terutama saat bulunya sudah mulai lengkap. Induk burung akan memilih dan memberikan jenis pakan yang sesuai cocok dengan anaknya, sesuai dengan umur dan besar anaknya. Pada tahap menyuapi ini pemberian pakan ekstra berupa serangga, tidak boleh terlambat, agar pertumbuhan anak burung tidak terlambat, dan mungkin akan mengalami kegagalan. Setelah anak Cucak Rawa mulai keluar dari sarang, jumlah jatah pakan perlu ditambah. Pada tahap ini, anak burung akan selalu minta disuapi dan kelihatannya selalu lapar dan ingin makan.

Usahakan untuk tidak terlalu cepat memisahkan anak burung dari induknya, tunggu sampai kira-kira berumur satu atau dua bulan. Saat yang paling tepat untuk memisahkan anak dari induknya adalah bila ada tanda-tanda bahwa induk berusaha menjauh, bila anak mendekat untuk minta disuapi dan seolah-olah akan mematuknya. Setelah tanda-tanda tersebut di atas terlihat, segera ambil dan pisahkan dengan hati-hati, agar induknya tidak terkejut dan stress. Apabila terkejut, apalagi stress, dapat mengakibatkan induk burung tidak mau bertelur dalam waktu yang cukup lama. Di malam hari burung Cucak Rawa mempunyai kebiasaan tidur lelap dengan memasukkan dan mendekap kepalanya di bawah bulu sayapnya, sehingga apabila cukup hati-hati anaknya dapat di tangkap tanpa sepengetahuan induknya.

Anak Cucak Rawa yang telah dipisahkan, dikumpulkan menjadi satu dalam sangkar pemeliharaan. apabila kelak akan dijadikan calon induk, anak-anak burung ini tidak perlu dipisah-pisahkan agar dapat tetap rukun. Selain itu, dalam membentuk pasangan yang baru, dan menentukan jantan dan betinanya tidak mengalami kesulitan lagi. Tetapi bila dimaksudkan untuk keperluan lain, misalnya calon yang akan diikutkan lomba atau sekedar untuk di dengar suaranya, setelah anak burung mulai belajar berkicau dapat segera dipisahkan dari yang lain, agar cepat dan rajin berkicau. Cari master untuk melatihnya, seperti kaset, menggunakan burung yang sudah jadi dan baik atau menggunakan burung sejenis trucukan.

Merawat dan melatih cucakrowo
Setelah cukup umur, burung muda hasil penangkaran, dikumpulkan dalam sangkar terpisah dari induknya. Dilihat dari berbagai segi, burung Cucak Rawa hasil penangkaran lebih baik kualitasnya dan memiliki kelebihan dibandingkan Cucak Rawa hasil tangkapan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:

Kelebihan Cucak Rawa hasil penangkaran
1. Lebih jinak dan mudah beradaptasi, karena lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga.
2. Belum pernah tahu dan merasakan kehidupan di hutan sehingga tak ada rasa tertekan atau ingin hidup bebas.
3. Bentuk fisiknya bagus karena pemilihan induknya secara selektif.
4. Corak suara telah dapat diketahui berdasarkan induk yang menurunkan.
5. Kesehatannya terjamin karena terawat sejak telur menetas.
6. Seleksi ketat dan penangkaran yang terkontrol akan menghasilkan keturunan yang semakin hari semakin dapat ditingkatkan kualitasnya.

Kelemahan Cucak Rawa hasil penangkaran
Walaupun Cucak Rawa hasil penangkaran memiliki kelebihan, tetapi peternak perlu menguasai cara dan teknik melatih, agar burung cepat dan rajin berkicau dengan baik. Sebab, kelemahan burung hasil penangkaran adalah pada lagunya yang kadang kemasukan “suara setan” atau suara lain yang tidak kita inginkan misalnya suara ayam, perkutut dan suara hewan lainnya.

Dalam melatih Cucak Rawa muda perlu dipersiapkan langkah sebagai berikut:

1. Usahakan sangkar yang dipakai bukan sangkar mentahan (belum di cat), agar kepala dan bulu tidak rusak, akibat menabrak jeruji sangkar.
2. Usahakan agar Cucak Rawa muda selalu mendengarkan lagu dan irama kicau dari Cucak Rawa yang sudah jadi, lebih bagus lagi bila pernah menjadi juara. Untuk lebih mudahnya, gunakan kaset rekaman burung Cucak Rawa juara.
3. Dapat pula digunakan master dari jenis burung trucukan. Karena burung ini memiliki banyak persamaan, baik bentuk maupun irama/nada kicaunya, hanya suaranya lebih kecil. Kelebihan trucukan ini adalah banyak yang memiliki lagu ganda yang kini banyak digemari dan menang dalam lomba atau pameran.
4. Agar Cucak Rawa muda tidak takut, jangan didekatkan dengan burung yang telah jadi dan berkicau keras-keras. Bila perlu biarkan burung muda ini mendengarkan kicauannya saja, tanpa melihat burungnya. Setelah beberapa waktu dan kelihatan bahwa burung muda ini sudah agak pandai serta kuat mentalnya, boleh didekatkan dengan burung yang sudah bagus, agar terbiasa dan berani berkicau bersama bersahut-sahutan seperti saat berada dalam arena pameran. Tanpa latihan yang baik, burung burung yang sudah rajin dan kicaunya baguspun belum berani unjuk suara di arena.

Burung cucak rawa yang sedang bersemangat kicau sering tidak mengenal lelah dan selalu ingin berkicau, apalagi bila melihat atau mendengar suara burung lain. Keadaan ini jangan dibiarkan saja atau bahkan dibanggakan, karena terlalu bersemangatnya berkicau, burung dapat mengalami kerusakan pita suara atau duburnya. Untuk mencegahnya, sekali waktu, burung perlu diistirahatkan dengan jalan ditutup dengan kain atau ditempatkan dalam ruangan yang agak tertutup.

Satu minggu satu kali burung disemprot dengan air menggunakan semprotan atau disediakan air di bak plastic dalam kurungan agar burung dapat mandi terutama di pagi atau siang hari. Dapat pula dilakukan dengan memindahkan burung ke sangkar lain yang telah dilengkapi dengan bak plastic kecil. Caranya, rapatkan kedua pintu sangkar, kemudian giring dan arahkan agar burung pindah dengan sendirinya tanpa mengalami gangguan yang berarti.

Pakan dan minum yang diberikan secara teratur, serta sangkar yang dijaga kebersihannya, sangat menentukan kesehatan burung. Apalagi bila dilakukan dengan cara yang halus yang disertai kasih sayang, akan menimbulkan ikatan batin antara burung dan pemiliknya. Bila pasangan piyik Cucak Rawa muda ingin dijadikan indukan baru sebaiknya pasangan ini tidak dipisah sampai saatnya nanti kedua burung menjadi dewasa dan siap dimasukkan dalam sangkar penangkaran tanpa harus melalui seleksi jenis kelamin untuk dijodohkan. Pasangan ini biasanya pasti jantan dan betina, sehingga akan langsung akur dan menjadi induk baru. Dari antara sekian kali hasil penetasan, ada juga yang mungkin jantan semua atau betina semua, namun ini jarang terjadi. Bila hal ini terjadi, segera ganti dengan burung atau pasangan lain yang cocok. Burung juga mempunyai perasaan, dalam arti mereka dapat merasakan kalau mereka disayang, disanjung, atau bahkan dimarahi. Oleh karena itu, dukungan dari anggota keluarga untuk dapat memahami, ikut senang dan menerima kehadiran burung-burung tersebut di rumah sangat diperlukan. Hal ini akan terasa bila suatu saat kita harus berpergian dan pulang terlambat, atau tidak pulang sama sekali, perawatan burung dapat dibantu dan diselesaikan oleh keluarga tanpa mengalami perubahan apalagi sampai terlantar.

Tanpa latihan yang baik, burung burung yang sudah rajin dan kicaunya baguspun belum berani unjuk suara di arena.

PROBLEM UTAMA CUCAK RAWA

1. Kurang fighting spirit alias kurang semangat tempur biasanya karena burung masih muda, burung kurang fit, kegemukan. Atasi dengan pemberian asupan yang seimbang gizi, vitamin dan mineralnya selama 3 hari sebelum turun lomba. Jika kegemukan, perbanyak mandi.

2. Memperdengarkan “suara mati” atau suara burung lain seperti ayam, perkutut dan lain-lain. Atasi dengan pemasteran intensif suara burung cucakrowo. Bisa menggunakan kaset bisa menggunakan cd. Burung jangan dijadikan jinak. Biarkan sedikit liar. Cucak Rawa jinak memerlukan stimulan digoda atau disiuli agar bunyi. Cucak Rawa semi liar, suaranya cenderung keras dan rajin bunyi.

3. Mabung nyulam terus-menerus, penyebabnya kebanyakan lemak dan protein tetapi kekurangan vitamin dan mineral. Kurangi dulu penjemuran dari porsi biasanya.

4. Nyekukruk tak bergairah. Bisa disebabkan oleh gangguan parasit, baik cacing maupun kutu. 

WACANA DAN OPINI YANG BERKEMBANG SERTA FAKTA
YANG ADA MENGENAI JENIS-JENIS SUARA BURUNG CUCAK ROWO

Burung Cucak Rowo atau Burung Cucak Rawa adalah salah satu jenis burung berkicau terbaik di Indonesia, burung ini sangat banyak digemari oleh kicaumania dan bernilai ekonomis sangat tinggi. Salah satu yang menjadikan harga nilai jual burung Cucak Rowo tersebut menjadi tinggi adalah jenis suaranya dan lagu-lagu yang di-nyanyikannya. Banyak wacana dan opini keliru yang berkembang mengenai jenis-jenis suara burung Cucak Rowo ini, tetapi tidak satupun dapat dibuktikan secara ilmiah. Terutama untuk suara ropel pada burung Cucak Rowo.

Hal tersebut diatas bisa dibuktikan dengan fakta-fakta yang kita jumpai di keseharian kita sebagai berikut :

- Anakan dari hasil breeding pasangan burung Cucak Rowo yang bersuara Ropel, belum tentu akan bersuara Ropel seperti kedua indukannya.
- Dari indukan yang ”engkel” atau lebih dikenal dengan bersuara tunggal, belum tentu juga akan menghasilkan anakan burung Cucak Rowo yang bersuara engkel. Hal ini sudah sering dan banyak terjadi.

Fakta ini membuktikan bahwa Suara Ropel yang dihasilkan oleh burung Cucak Rowo adalah dampak dari proses pemasteran selama burung tersebut tumbuh besar. Kedua indukan ropel akan mewarisi suara ropel kepada anak-anaknya apabila pada saat anakan tersebut menetas dan tumbuh besar, selalu mendengar suara ropel dari kedua indukannya tersebut. Inilah pentingnya proses pemasteran bagi burung Cucak Rowo. Burung Cucak Rowo memiliki tingkat IQ yang standar, berbeda dengan burung-burung berkicau dari keluarga Turdidae yang memang dikenal lebih cerdas. Tetapi dengan metode dan tahapan-tahapan pemasteran yang tepat, proses pemasteran burung Cucak Rowo sangat mudah dilakukan. Perlu diingat, proses memaster sama dengan proses DOKTRIN. Sering di dengarkan, maka akan direkam dan ditirukan. 

Mungkin akan timbul pertanyaan, bagaimana, kapan dan pada usia berapa burung Cucak Rowo harus kita master? Hampir semua burung berkicau dapat di master dengan suara yang kita inginkan, tetapi apabila proses memaster dari usia dini dan usia muda, maka akan memperoleh hasil yang lebih optimal. Karena memori burung pada usia dini masih kosong, sehingga sangatlah mudah untuk men-doktrinnya. Akan tetapi kita juga dapat memaster dan merubah suara dari burung yang telah berumur dewasa, tetapi dengan metode dan tahapan-tahapan yang benar. Masalah waktu bukanlah suatu kendala untuk suatu keberhasilan. Akhirnya, inilah fakta yang membuat semua wacana dan opini keliru yang berkembang tentang asal usul suara ropel dapat ditepis dengan sangat mudah. Bagaimana? Apakah anda tertarik untuk membuktikannya?

Sesuai dengan prinsipnya : Pemasteran = Proses Doktrin


YANG HARUS SELALU DIPERHATIKAN PADA SAAT MEMASTER BURUNG

Di dalam proses pengisian suara master atau memaster burung berkicau, tidak selamanya harus menunggu burung-burung anda dalam kondisi rontok bulu/ngurak atau moulting, tetapi juga dapat dilakukan pada burung-burung dalam kondisi normal bahkan dalam kondisi Top Form sekalipun.

Yang terpenting dalam proses memaster burung, harus diperhatikan yaitu: 

1. Dilakukan pada saat burung istirahat (siang hari setelah mandi-jemur dan pada malam hari).
2. Kandang burung atau sangkar burung sebaiknya dikerodong (harus), sehingga burung-burung yang akan di master menjadi tenang dan memposisikannya atau membuatnya dalam keadaan istirahat. Sehingga burung lebih berkonsentrasi dalam mendengarkan materi suara-suara Master yang diperdengarkan.
3. Volume materi suara master yang diperdengarkan sebaiknya jangan terlalu besar, kecil saja tetapi jelas terdengar dan hanya boleh memaster satu persatu materi suara master atau materi suara isian. Jangan memperdengarkan lebih dari satu suara isian pada waktu yang bersamaan, karena akan membuat burung tersebut menjadi bingung dalam merekam suara master. Sebaiknya setelah isian yang satu berhasil direkam atau ditiru oleh burung berkicau anda, barulah kemudian dimaster dengan isian yang lainnya.
4. Materi suara master akan bisa direkam dan ditirukan oleh burung anda dalam waktu kurang lebih 2 minggu, bahkan bisa lebih cepat lagi tergantung pada kecerdasan masing-masing burung. 

Waktu terbaik memperdengarkan materi Suara Master adalah:
- Siang hari setelah mandi jemur (Posisi burung istirahat)
- Malam hari (Jam 22.00 – 05.00)

Untuk menjadikan burung Cucak Rowo milik anda memiliki suara ropelan yang baik, bisa memakan waktu hampir 3 bulan, perhatikan tahapan-tahapan yang telah ada pada panduan diatas.


PENYAKIT DAN CARA PENGOBATANNYA

Bulu Rontok
Seperti pada jenis unggas lain, setiap satu tahun sekali, Cucak Rawa akan mengalami pergantian bulu dan biasanya terjadi sesudah musim kawin. Di dalam kandang penangkaran, perkawinan diupayakan lebih dari satu kali dalam setahunnya. Dalam keadaan seperti ini biasanya bulu-bulu burung akan lepas dengan sendirinya, tetapi kemudian akan tumbuh bulu baru sebagai penggantinya. Pergantian bulu ini tidak perlu dicegah, karena merupakan proses alami yang harus terjadi dan untuk perbaikan masa yang akan datang. Biasanya semakin bertambah usia, bulu burung akan tampak semakin indah dan sempurna.

Kerontokan bulu juga dapat terjadi karena dicabuti oleh burung lain atau oleh burung itu sendiri. Bila hal ini terjadi, pertama-tama harus dicari penyebabnya, apakah karena kutu, caplak atau sejenis jamur yang mengganggunya. Bila penyebabnya adalah kutu, caplak atau sejenis jamur, berikan semprotan obat pembasminya yang berkadar rendah langsung pada bulunya dengan menggunakan sprayer. Lakukan dengan hati-hati, karena semprotan ini dapat menyebabkan burung ini mabuk.

Selain karena kutu-kutu tersebut, sering terjadi burung-burung mencabuti bulunya sendiri atau bulu temannya. Untuk mencegah hal ini terjadi, berikan obat anti kanibal yang dicampurkan ke dalam pakan atau air minumnya.

TELUR YG DIBUANG OLEH INDUKAN
Induk Cucak Rawa Membuang Anak Atau Telurnya

1. Induk burung Cucak Rawa tidak merasa nyaman dengan lingkungan dan merasa terancam. Hal itu bisa disebabkan Cucak Rawa memang tergolong burung yang sensitive, umumnya kandang burung Cucak Rawa dibuat dari tembok yang tertutup. Suara bising, gaduh serta bau yang menyengat merupakan salah satu faktor yang membuat burung cucak rawa tidak merasa nyaman. Ganguan binatang baik tikus,kucing maupun A*J*N* juga merupakan faktor yang dapat membuat burung Cucak Rawa merasa terancam. Pemecahan masalah ini yaitu meminimalkan ganguan lingkungan tersebut. Jauhkan kandang dari keramain orang maupun kendaraan bemotor dan juga jauhkan kandang dari ancaman binatang peliharaan maupun binatang liar .

2. Induk burung Cucak Rawa tidak merasa nyaman sehingga membuang serabut dan menata kembali bahan pembuat sarang. Dalam proses membuang dan menata kembali serabut tadi telur ikut jatuh. Pemecahan masalah ini yaitu dengan membuat sarang lebih dari satu sehingga induk Cucak Rawa bisa memilih sendiri posisi dan kenyamanan sarang yang kita buat. Dan juga beri tambahan serabut halus untuk ditambahkan sendiri oleh induk Cucak Rawa agar induk merasa nyaman.

3. Induk burung Cucak Rawa birahi lagi. Hal itu dapat terjadi bila pemberian extra fooding yang berlebihan. Ukuran yang normal untuk induk yang sedang produksi perkandang yaitu 40 ekor jangkrik maksimal, sedangkan bila sudah mengeram maksimal 10 ekor dan bila telur menetas maximal 60 ekor. Hal tersebut banyak diamini oleh para penangkar burung cucakrawa.

4. Induk yang memang nakal. bila itu terjadi jual aja induknya atau cari babuan buat mengerami. bisa babuan kutilang atau trucukan. kutilang lebih cocok dibuat babuan, karena sifatnya yang telaten dan cepat beradaptasi dengan lingkungan

Berak Darah
Burung tampak lesu, bulu kusut, sayap ke bawah, mata tertutup, mencret, tinjanya encer, dan bila telah parah sering berwarna kemerahan karena darah, tidak mau bertengger dan akan duduk di lantai sangkar. Bila ini terjadi, maka Jauhkan burung sehat dari burung yang sakit, agar tidak tertular melalui kotoran, dan bersihkan sangkar dari kotoran yang menumpuk dan sisa pakan yang basi. Jaga kesehatan burung agar jangan sampai terganggu pencernaannya, karena penyakit ini menyerang usus higga menyebabkan peradangan, luka dan mengeluarkan darah.

Pengobatan:
Bila menghadapi keadaan seperti ini segera pisahkan burung ini dan masukkan ke dalam sangkar karantina. Kurangi porsi makannya agar ada kesempatan untuk menyembuhkan usus yang terluka, dan berikan makan yang halus. Berikan minum Coxilin atau Sulfaquinoxilin dan tambahkan vitamin ke dalamnya. Dapat juga dengan memberikan kapsul Terafit, yang harus dimasukkan ke dalam mulutnya.

Gangguan Pencernaan
Seperti pada gejala berak darah, ditambah dengan gerakan berjingkat-jingkat sewaktu buang kotoran. Ada tiga kemungkinan pada gangguan pencernaan ini, mungkin berak darah, berak kapur atau susah buang kotoran. Bila ini terjadi, Hindarkan pakan yang dapat mengganggu dan merusak pencernaan, karena burung ini memang memiliki system pencernaan yang kurang baik. Jagalah kebersihan kandang, berikan cukup air minum dan sekali waktu berikan papaya untuk melancarkan pencenaan. Hindarkan makanan yang dapat merusak pencernaan burung, misalnya kaki serangga, sayap serangga atau biji buah yang keras misalnya biji buah jambu batu atau pisang batu.

Pengobatan:
Bila burung terkena penyakit berak darah atau berak kapur, lakukan seperti yang diuraikan di atas. Tetapi bila burung mengalami susah berak, biasanya ada kotoran yang tertahan sampai beberapa hari, dan burung akan nampak menderita karena sakit.
Masukkan air sabun ke dalam duburnya melalui spuit (alat suntik) yang sudah diambil jarumnya. Air sabun akan memudahkan dan melancarkan saat burung akan buang kotoran atau berak. Berikan makan papaya agar membantu pencernaan serta taburkan batuan kecil dan kerikil batu apung.

Radang Mata
Mata membengkak dan mengandung air, mungkin dapat menyebabkan matanya melekat sehingga sukar dibuka. Sehingga kurang bergairah dan tampak bingung bila didekati. Bila ini terjadi, Usahakan agar tidak banyak angin yang masuk ke dalam kandang. Asap yang masuk ke dalam kandang juga dapat menjadi penyebab, atau masuknya benda asing ke mata, seperti pasir, serbuk atau debu.

Pengobatan:
Periksalah keadaan mata, bila bengkak atau infeksi berikan salep mata. Tetapi bila tidak, cukup cuci dengan obat pencuci mata atau obat tetes mata. Usahakan agar burung tidak mendapatkan banyak sinar matahari yang menyilaukan atau adanya pantulan benda seperti kaca, seng yang baru, warna putih tembok atau warna lain yang merangsang. Warna benda dan cat sekeliling kandang penangkaran akan berpengaruh terhadap kesejukan dan kenyamanan, sehingga membuat kerasan bagi penghuninya.

sisik pada kaki 
pada semua burung, kaki yang bersisik adalah proses yang wajar. akan tetapi, keadaan ini seringkali diartikan sebagai tanda bahwa burung tersebut sudah tua atau terkadang malahan dianggap sebagai biang kekurang menarikan burung tersebut. Hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. 

a. penyebab
sisik pada kaki Cucak Rawa umumnya kan timbul setelah usianya tua. Namun, bila baru dipelihara 3-4 tahun ada beberapa kemungkinan yang menyebabkannya.
1) burung terlalu liar dan banyak bergerak
2) sangkar yang digunakan kurang memadai
3) jarang dimandikan atau memandikannya kurang baik
4) ada gangguan berupa parasit sebagai akibat kebersihan yang kurang terjaga.

Dari beberapa kemungkinan tsb diatas, faktor ke 1 dan 4 adalah faktor yang paling umum kita jumpai.

b. pencegahan dan pengobatan
timbulnya sisik ini tidak dapat dicegah, tapi hanya diminimalisir atau diperlambat melalui cara-cara :
1) tidak memaksanya untuk cepat jinak
2) burung dewasa yang liar letakkanlah ditempat yang agak tinggi.
3) Pergunakan sangkar yang lumayan besar 
4) Sering dimandikan dengan cara yang baik
5) Sesering mungkin menjemurnya
6) Selalu menjaga kebersihan sangkarnya
7) Mengoleskan hand body tiap kwartal

Pengobatan yang dilakukan untuk menghilangkan sisik tidak hanya cukupsekali maupun dua kali. Pengobatan yang baik dilakukan secara kontinyu/berulang-ulang.
Hambatan pengobatan ini terjadi pada saat menangkapnya *terutama bagi yang belum jinak tentunya* efek dari ditangkap itu sendiri adalah burung dapat menjadi takut, enggan berkicau serta bulunya dapat rusak.
Untuk memudahkan penangkapan adalah saat burung usai mandi.

Setelah ditangkap, sisik yang ada dapat diolesi minyak goreng yang hangat, pasta gigi atau bahkan balsem serta hand body lotion. Saat mengoleskannya, usahakan sambil diurut-urut. Ulangilah tiap hari, setelah hari ke-4, bersihkan daerah kaki tersebut dengan air hangat *ingat…!!! Lakukan dengan hati-hati dan tanpa harus memaksa melepaskannya*.
sumber : http://tipspetani.blogspot.com/2011/10/kupas-tuntas-burung-cucak-rawa-straw.html