Penggemar Cucak Rawa tidak hanya di Indonesia saja, di sebagian asia
(Malaysia dan Singapura) penggemar burung jenis inipun cukup banyak.
Sebenarnya, bukanlah suatu perkara mudah untuk bisa menikmati suara
Cucakrawa yang benar-benar indah. Kendala dan tantangannya cukup banyak,
terlebih bilamana kita berdomisili di kota besar. Pada kenyataannya,
apapun jenis burung yang kita miliki, kita selalu dihadapkan pada
kendala yang pada muaranya menuntut kesabaran, ketelatenan untuk
memeliharanya secara baik. Harapan saya selaku penulis, melalui
pemahaman karakter dasar (sifat alami) dan perawatan yang baik dan benar
maka akan lebih mudah bagi kita untuk merawat burung Cucak Rawa ini.
CUCAK RAWA – STRAW HEADED BULBUL - PYCNONOTUS ZEYLANICUS
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : P. zeylanicu
Nama binomial : Pycnonotus zeylanicus
Suatu anugerah tersendiri bagi kita bahwa saat ini telah banyak Cucak Rawa hasil penangkaran
di pasaran sehingga meminimalisir kesulitan pemeliharaan Cucak Rawa
ini. Namun demikian dari manapun burung kita berasal (hasil alam ataupun
tangkaran) memiliki tingkat kesulitannya masing-masing. Besar harapan
saya, melalui tulisan yang telah saya buat ini, para penggemar Cucak
Rawa mendapatkan informasi yang tepat guna pemeliharaan dan perawatan
burung ini secara baik dan benar. Di sisi lainnya, semoga tulisan ini
mampu memacu para penggemar yang pada awalnya hanya sekedar hobby
mendengarkan kicauannya untuk turut melestarikan burung ini melalui
upaya membudayakan #STOP MEMELIHARA BURUNG CUCAK RAWA TANGKAPAN DARI
ALAM# syukur-syukur bila kemudian mau membudidayakan/menangkarkan burung
jenis ini karena selain sebagai salah satu upaya untuk mendukung
pelestarian alam, menangkar Cucak Rawa memiliki Prospek yang cerah
kedepannya.
Tulisan ini berawal dari pengalaman pribadi, interview, buku, web
maupun pengamatan. Untuk lebih menyempurnakan isinya, saya selaku
penulis mengharapkan kritik serta saran dari para pakar, ahli maupun
penggemar yang lebih berpengalaman dalam memelihara dan merawat
cucakrawa. Kritik dan saran bisa dikirim via PM, Posting di Thread ini,
SMS Maupun Telephone, yang nantinya kritik/saran tersebut akan saya masukkan/sisipkan/tuangkan kedalam tulisan ini (update). Terima Kasih.
Gambaran dan Penjelasan.
Cucak Rawa dikenal umum sebagai cucakrawa, cangkurawah (Sunda), dan barau-barau (Melayu). Dalam bahasa Inggris disebut Straw-headed
Bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat. Nama
ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789). Cucak Rawa
tergolong sebagai burung yang berukuran sedang, panjang tubuh totalnya
(diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 cm.
Jantan
dan betina berwarna serupa, bulu mahkota (sisi atas kepala) dan penutup
telinga berwarna jingga atau kuning jerami pucat, bulu strip malar di
sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam. Bulupunggung
berwarna coklat zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor kehijauan
atau hijau coklat zaitun. Bulu dagu dan tenggorokan berwarna putih atau
semu putih, bulu leher dan dada berwarna abu-abu bercoret putih. Bulu
perut berwarna abu-abu, dan bulu pantat berwarna kuning. Iris mata
berwarna kemerahan, paruh berwarna hitam, dan warna kaki coklat gelap.
Disetiap asal usulnya ada perbedaan warna mulai dari sumatra badan
besar, warna kepala kuning kecoklatan. Sebaliknya yang berasal dari
kalimatan hanya berwarna kuning saja. Burung Cucak Rawa kerap kali
bermisai halus, beberapa pula dengan warna hitam di kepala, jambul yang
dapat digerak-gerakkan, atau janggut putih.
Burung Cucak Rawa atau Cucak Rowo merupakan salah satu anggota suku merbah.
Merbah atau disebut juga cucak-cucakan (familia Pycnonotidae) merupakan
suku burung pengicau dari Afrika dan Asia tropis. Burung-burung ini
kebanyakan memiliki suara yang merdu dan nyanyian yang beraneka ragam,
kerap kali hutan menjadi ribut oleh suaranya terutama di pagi dan petang
hari. Dalam bahasa Inggris, burung-burung ini dikenal sebagai Bulbuls.
Merbah aslinya dalam bahasa Melayu
merujuk kepada beberapa jenis burung pengicau yang berbulu suram di
semak belukar, termasuk pula jenis-jenis burung pelanduk, tepus, bentet
dan lain-lain. Di sini, untuk kepentingan standarisasi penamaan seperti
yang digunakan LIPI, merbah digunakan terbatas untuk menyebut
burung-burung dari keluarga Pycnonotidae. Selain disebut merbah,
burung-burung dari suku ini memiliki beberapa sebutan umum yang lain
seperti cucak (Jawa), tempuruk, empuruk. tempulu’, empulu’, pampulu,
empuloh (aneka bahasa Melayu di Sumatera dan Kalimantan), dan lain-lain.
PETA PENYEBARAN
Kebiasaan dan Penyebaran
Seperti
namanya, Cucak Rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di
sekitar sungai, ataupun di tepi hutan. Cucak Rawa sering bersembunyi di
balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas. Burung ini senang
menjelajah semak belukar dan hutan yang setengah terbuka, mereka
memetik aneka buah kecil-kecil dan memburu serangga dan sebagian lagi
lebih senang tinggal di atas pepohonan. Suaranya lebih berat dan lebih
keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan jernih, jelas, berirama baku
yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-sahutan. Di alam bebas,
burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan
yang lunak seperti buah dari jenis-jenis beringin. Burung ini sering
didapati berpasangan atau berkelompok, burung-burung ini terkadang
bercampur dengan jenis yang lain. Ramai bersuara nyaring saling
memanggil.
CUCAKRAWA DAN SARANGNYA SAAT BERADA DI ALAM
Cucak
Rawa membuat sarang di atas pohon atau perdu, berbentuk cawan dari
rumput, tangkai daun, atau serpihan daun, bercampur dengan serat-serat
yang lain. Telur 2-3 butir. Cucak Rawa menyebar di dataran rendah dan
perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan,
dan Jawa di bagian barat. Di Jawa Barat terdapat sampai ketinggian 800 m dpl., namun kini sudah sangat jarang akibat perburuan.
Burung
Cucak Rawa hidup di hutan belantara terutama di daerah rawa atau pada
muara sungai kecil yang dangkal dan berair tenang, karena burung ini
gemar mandi dan berjemur sinar matahari di waktu pagi sambil berkicau
riang diatas dahan dan ranting yang menjorok di atas sungai. Mereka
hidup secara begerombol atau berkelompok terutama pada senja hari di
menjelang matahari tenggelam. Pada pagi hari mereka akan mandi bersama
dengan berkicau riang. Setelah puas, mereka akan terbang secara
berpasangan untuk mencari makan.
Pada saat musim kawin tiba, yaitu menjelang musim penghujan sekitar bulan Juli
sampai dengan bulan September, pasangan dewasa akan mulai membuat
sarang secara bersama-sama. Untuk menghindari gangguan dari musuh alami
atau manusia, burung ini biasanya membuat sarang pada pucuk ranting yang
tinggi atau pada ranting yang kering. Sarang biasanya dibuat dari
ranting-ranting kecil dan rumput-rumput kering, yang dibentuk menyerupai
mangkok. Setelah sarang selesai dibuat, tiba saatnya burung betina akan
bertelur antara 2 sampai 4 butir, tetapi biasanya hanya 2 telur saja.
Selama kurang lebih 2 minggu, telur-telur ini akan dierami oleh induknya
secara bergantian. Setelah menetas, secara bergantian pula, induknya
akan menyuapi anak-anaknya. Pada saat umur 3 bulan, anak Cucak Rawa
mulai diajak keluar sarang untuk belajar terbang agar dapat mencari
makan sendiri. Telur yang berhasil menetas biasanya terdiri atas jantan
dan betina, yang selanjutnya akan menjadi pasangan induk baru. Tetapi
tidak jarang terjadi, pasangan bukan dari satu tetasan atau satu induk,
tetapi ditemukan setelah mereka dewasa.
Musuh
alami burung Cucak Rawa adalah ular dan binatang hutan lainnya. Dewasa
ini, musuh Cucak Rawa yang paling berbahaya adalah manusia. Karena nilai
jualnya tinggi, berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan cucakrawa,
baik dengan cara dijaring, dipikat, bahkan dengan cara dipancing.
Sasarannyapun bervariasi, mulai dari Cucak Rawa anakan, Cucak Rawa
muda-hutan, sampai Cucak Rawa dewasa. Bahkan telurnyapun sering diambil
untuk ditetaskan. Tindakan ini mengakibatkan populasi Cucak Rawa di
habitat aslinya menurun secara drastis, karena semata-mata untuk
mengejar keuntungan dan penyaluran hobi tanpa memperhitungkan segi-segi
negatifnya. Bila hal ini tidak segera mendapatkan perhatian, maka dapat
dipastikan dalam waktu dekat jumlah Cucak Rawa akan semakin menipis
bahkan mungkin punah.
RAGAM JENIS MERBAH/CUCAK
Di
Indonesia terdapat sekitar 27 jenis, terutama terkonsentrasi
penyebarannya di Indonesia bagian barat. Hanya dua spesies yang menyebar
jauh hingga ke Sulawesi Selatan, salah satunya juga didapati di Lombok.
Namun keduanya diduga menyebar karena dibawa manusia (feral, burung
lepasan yang kemudian berbiak). Akan tetapi anehnya ada satu jenis
anggota suku ini yang menyebar terbatas (endemik) di pulau-pulau sekitar
Sulawesi dan Maluku, yakni Brinji emas (Alophoixus (Hypsipetes)
affinis). Bahkan karena hidup di wilayah kepulauan yang terisolir satu
sama lain selama jutaan tahun, spesies ini telah berkembang menjadi
sembilan subspesies yang berbeda. Beberapa contoh anggota suku merbah
ini selain cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) adalah Cucak kuning (P.
melanicterus), Cucak kutilang (P. aurigaster), Cucak gunung (P
bimaculatus), Merbah cerukcuk (P. goiavier), Merbah belukar (P.
plumosus) dan Empuloh janggut (Alophoixus bres).
Konservasi
Cucak
Rawa Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai
burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini
sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak
tahun '80an.
Burung-burung
yang kini diperdagangkan kebanyakan berasal dari Sumatra dan
Kalimantan. Saat ini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di Jambi,
di sepanjang Batang Bungo)pun populasinya terus menyusut. Collar dkk.
(1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi Cucak Rawa ke
dalam status rentan. Demikian pula IUCN menyatakan bahwa burung ini
berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status konservasi yang lebih
rinci dapat dilihat pada situs IUCN. Jika tidak ada langkah penyelamatan
yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan
burung ini hanya akan tinggal kenangan dan hanya tinggal disebut-sebut
dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.
Klang-klung-kliuk… klang–klung–kliuk” Kicauan burung
Cucak Rawa mengalun merdu. Gema suaranya yang terdengar hingga jarak
300-an meter memecahkan keheningan di pagi hari yang sejuk. Lelah
setelah pulang kerjapun bisa hilang saat mendengar kicau burung di
rumah. Bagi pencinta Cucak Rawa memelihara burung ini dan menikmati
kicauannya dapat memberi ketenteraman batin. Apalagi, burung ini konon
kabarnya menjadi klangenan para raja-raja di Jawa dan sampai saat ini
masih dianggap bisa menaikkan gengsi bagi pemiliknya.
Para
penggemar fanatik Cucak Rawa biasanya mencari Cucak Rawa yang mepunyai
kicauan roppel, yaitu kicauan yang panjang-bergulung, nadanya
bervariasi, seperti ocehan dua-tiga burung yang digabung menjadi satu.
Tetapi, suara semi roppel (agak roppel) dan engkel (hanya
”klang-kling-klung”) saja juga sudah cukup disenangi bagi sebagian
kalangan.
Tingkatan Kualitas Suara Cucak Rawa.
Perlu
diingat, tolok ukur tiap penggemar Cucak Rawa dalam memandang kualitas
sangatlah berbeda. Bahkan para juri kontes cucakrawa pun memiliki
pandangan yang berbeda pula dalam mengukur kualitas suara Cucak Rawa
Bila
kita jeli, tiap Cucak Rawa menyenandungkan kicauan yang berbeda. Baik
dari segi tempo, irama dll. Para juri kontes punya andil yang besar
dalam menentukan kualitas suara Cucak Rawa yang kemudian menyebar
melalui para penggemar dari mulut ke mulut untuk kemudian pula akhirnya
menjadi style atau trend suara Cucak Rawa.
Berikut tingkatan suara Cucak Rawa :
a. Gedongan
Adalah
kualitas yang menempati grade terendah. Disebut gedongan atau
ngingklung (berasal dari kata ngelingkung/lingkungan) karena sudah tidak
seperti umumnya Cucak Rawa yang harus memiliki suara alam/hutan/murni.
Jadi terkesan seperti kicauan yang umum/sering kita jumpai. Biasanya
Cucak Rawa gedongan ini hanya sebagai pajangan saja (sebagai penanda
status sosial) sehingga perawatannya kurang baik dan kurang
terperhatikan. sedangkan suaranya sudah sangat terkontaminasi lingkungan
sekitarnya. Mulai dari menirukan suara burung jenis lain, ataupun
suara-suara yang sering terdengar di lingkungannya. Kicauannya lambat
dan kurang jernih serta jarang terdengar kicauannya. Biasanya burung
gedongan ini adalah burung betina yang kurang terperhatikan rawatannya.
b. Engkel
Disebut
juga ngengkel, secara kualitas lebih baik dari gedongan karena masih
tetap memiliki suara khas Cucak Rawa, namun suaranya kurang tebal,
mengambang atau kurang memiliki tekanan suara dalam, lambat temponya.
Peningkatan kualitas jenis suara ini hanya bisa sampai tahap engkel
panjang. Biasanya suara ini lebih banyak dimiliki oleh Cucak Rawa jantan
asal kalimantan yang salah perawatan.
c. Engkel panjang/engkel ngelagu
Sebenarnya kualitasnya sudah tergolong sukup baik. Cucak Rawa
ini rajin berkicau, namun seringkali hanya menonjolkan variasi-variasi
panjangnya saja dan jarang berkicau dengan irama yang cepat. Biasanya
dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal medan, sumsel dan jambi yang salah
perawatan.
d. Semi Roppel/Semi Rovel
Kecepatan
suaranya lebih sering terdengar, namun masih terdapat celah/selah atau
jarak antar variasinya masih ada lubang. Selah pada lubang tersebut ada
kemungkinan terisi suara burung Cucak Rawa yang lain. Sehingga
mengesankan berpasangan.
Cucak Rawa asal sumsel, jambi dan aceh yang perawatannya baik dapat mencapai kualitas ini
e. double slah (dari asal kata celah) (istilah/trend baru)
Istilah
ini kurang populer dan dapat dikatakan baru. Tingkatan suara ini
tergolong baik, speednya dibawakan lebih sering akan tetapi masih
terdapat celah yang memungkinkan suara Cucak Rawa lain mengikutinya.
Biasanya,
suara ini dimiliki Cucakrawa jantan asal lampung, sumsel dan jambi.
Juga banyak dimiliki Cucak Rawa betina sal medan namun dlam tempo yang
sedikit lambat.
f. Roppel/rovel/ngropel
Istilah
roppel/rovel/ngropel istilah asalnya belum jelas, mungkin bisa diambil
dari istilah rope/tali atau roll yang berarti bergulung. Suara jenis ini
memang bercirikan suara yang panjang dan bergulung-gulung seakan tidak
memiliki jarak, tidak ada celah/slah diantara tiap untaian iramanya
serta terdengar bervolume besar dan keras.
Suara ini banyak dimiliki oleh Cucak Rawa betina asal medan dan Cucak Rawa jantan asal lampung.
Cucak
Rawa betina roppel umumnya lebih berkualitas bila dibandingkan dengan
jantan. Hal ini disebabkan Cucak Rawa betina akan meropelkan secara
murni sementara jantan walaupun ropel, namun masih mau mengicaukan suara
jenis lain sehingga nadanya terdengar kurang murni.
Adapun
kelemahan Cucak Rawa betina kurang rajin berkicau bila dibandingkan
dengan yang jantan. Terlebih bilamana yang jantan ini terpancing oleh
suara burung pendampingnya, Cucak Rawa lain ataupun dalam kondisi
birahi.
Membeli Cucak Rawa, khususnya yang masih bakalan perlu extra hati-hati, terlebih bagi seorang penggemar pemula.
Secara
umum memilih burung adalah pada prinsipnya adalah sama, apakah anakan
itu berasal dari muda hutan maupun dari hasil breeding, sebab dipasaran
keduanya selalu ada. Keduanya memiliki keuntungdan dan kerugian
tersendiri, biasanya kalo dari muda hutan relatif lebih sulit
dijinakkan, akan tetapi terkadang memiliki suara yang asli bawaan dari
lingkungan di habitatnya, sedangkan kalo dari hasil breeding biasanya
lebih mudah jinak akan tetapi terkadang tidak memiliki suara khas yang
ada bila kita tidak melakukan pemasteran yang baik. Tetapi sebaiknya
pemilihan bakalan yang baik adalah bakalan yang di dapat dari hutan yang
memang masih liar dengan harapan akan mendapatkan kualitas suara yang
bagus serta memiliki kecenderungan yang roppel, tentu saja hal tersebut
haruslah di barengi dengan perawatan yang baik, sabar serta telaten.
Macam-Macam bakalan.
Yang tersedia di pasaran terbagi 2 golongan besar, yaitu tangkapan liar dan hasil penangkaran. Perbedannya terletak pada :
1. Cucak Rawa Tangkapan Liar
Merupakan tangkapan dari alam bebas, dibagi dalam 3 golongan :
ANAKAN CUCAK RAWA]
a. Cucak Rawa anakan
umumnya manja dan makannya masih disuapi. Kalau melihat orang biasanya menggetarkan sayapnya serta mebuka mulut minta disuapi.
Ada anggapan bahwa anakan tangkapan liar
ini lebih baik dibandingkan hasil penangkaran. Pendapat ini tidak
mutlak benar. Kualitas suara kelak akan lebih dipengaruhi oleh prawatan
yang baik (asupan gizi dan Pemasteran)
b. Cucak Rawa Muda Hutan
Cucak Rawa muda/remaja dari hasil tangkapan liar disebut sebagai Cucak Rawa muda hutan.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
1) warna kepala baian atas keputih-putihan
2) paruh berwarna ke abu-abuan
3) mata berwarna hitam keabu-abuan *dewasa mulai usia 7 bulan mulai berwarna merah atau kemerah-merahan*
4) kaki warna hitam keabu-abuan
c. Cucak Rawa Dewasa
tergolong
sukar dijinakkan, liar dan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Secara umum bulu Cucak Rawa dewasa terlihat kasar dan cenderung lebih
cerah.
Kebanyakan
amanakala dipelihara akan banyak masalah hal ini lebih disebabkan
karena cara perawatan yang kurang tepat serta dari karakter burung itu
sendiri. Tidak jarang pula kondisi fisiknya rusak, terutama bulu ekor
patah, tumbuh tidak sempurna, dan bahkan tidak jarang pula yang bulu
ekornya sulit tumbuh kembali. *lazimnya disebut sebagai kasus tabrak
ekor*
CUCAK RAWA JINAK
2. Cucak Rawa Tangkaran
Tetap
dibagi dalam 3 fase diatas, namun Cucak Rawa hasil tangkaran lebih
jinak dan cenderung lebih mudah dibentuk karakternya. Hal ini tidaklah
mengherankan karena Cucak Rawa hasil tangkaran ini sudah biasa hidup
berdampingan dengan manusia.
Mencirikan bakalan Cucak Rawa yang baik
1. teliti kesehatannya
Hal ini sangat penting mengingat burung tangkapan alam didatangkan dari jauh (luar Jawa)
Ciri-ciri yang sehat :
1) burung aktif bergerak
2) makan dengan lahap
3)
tidak ada luka/bekas luka di badannya, terutama mata, paruh, kaki dan
pada bagian bawah sayap (pangkal paha, Pangkal Sayap) serta punggung.
4) Sayap mengepit rapat
5) Tidak ngeruji/menabrakkan kepala ke jeruji sangkar
Ciri-ciri yang kurang sehat
Kebalikan dari burung yang sehat serta :
1) tidak mau bertengger di tangkringan
2) bulu burung mengembang
2. kemampuan berkicau
Kemampuan
burung untuk berkicau tidaklah sama. Berdasarkan bentuk paruhnya dan
kokokrannya, kita dapat mengukur kualitas suaranya. Namun hal ini tidak
mutlak bilamana tidak disertai dengan perawatan yang baik.
Karena
ada pula bakalan yang secara sisi ciri-ciri kurang baik, namun dengan
adanya perawatan yg baik dapat diandalkan kicauannya.
a. mengukur dari kokrookan
kokrokan
adalah ciri khas Cucak Rawa. Setiap melompat, bergerak atau menghindari
sesuatu, dia akan menyuarakan kokrokan ini. kokrokan yang besar, keras
dan rajin adalah ciri-ciri bakalan yang baik.
b. bentuk paruh
paruh pada setiapkicauan dapat menjadi tolok ukur kerajinan dan ketajaman suaranya. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa
1) paruh panjang, tidak terlalu tebal memiliki ketajaman suara yang baik dan rajin berkicau
2) paruh panjang dan agak tebal memiliki suara keras dan berat namun kurang lepas dan terkesan tertahan
3) paruh pendek dan agak tebal biasanya kurang rajin berkicau tetapi suaranya tebal
4) paruh pendek tipis kurang rajin berkicau dan tipis suaranya
cara yang benar membawa Cucak Rawa
alat
yang paling baik adalah besek atau kardus yang sudah dilubangi. sebelum
dikemas, 2 atau 3 hari sebelum perjalanan sebaiknya diberikan obat anti
stress yang banyak tersedia di pasaran. Jauhkan dari mesin mobil maupun
AC. 1 kotak/besek adalah untuk 1 burung.
Setelah
sampai tujuan, masukkan sangkar dan gantungkan sangkar di tempat teduh
serta jauh dari gangguan, ataupun juga bisa dengan meletakkan sangkarnya
diatas rerumputan. Bilamana memungkinkan, segera berikan makanan alami
agar kondisinya segera pulih kembali.
Asal
muasal Cucak Rawa memang selalu menjadi polemik, dalam artian bahwa
orang cenderung mengatakan Cucak Rawa Medan adalah bagus, tetapi kita
tidak seharusnya berkiblat pada hal tersebut. Sebab pada kenyataannya
bukan asal-muasal yang berpengaruh tetapi memang dasar suara yang
dimilikinya bagus atau tidak, maka seharusnya dengan dasar suara inilah
kita seharusnya bepedoman untuk menentukan bahwa Cucak Rawa itu
berkualitas atau tidaknya. Secara umum tidak ada perbedaan volume,
mental dan jenis suara yang didasarkan oleh asal daerah/habitat. Cucak
Rawa Sumatera dan Kalimantan ada yang bermental bagus volume dahsyat,
ada yang bersuara tipis, ada yang ropel dan ada yang bersuara biasa
saja. Secara fisik, Cucak Rawa daerah sumatera relatif lebih besar
ketimbang dari pulau lain. Meski demikian, secara umum bodi Cucak Rawa
di Kalimantan yang masuk wilayah Malaysia, bertubuh bongsor seperti
Cucak Rawa Sumatera.
Sebagai sedikit ilustrasi maka ciri fisik yang bagus adalah :
1. Bentuk kepala agak bulat dan besar, dahi menonjol.
2. Paruh, panjang, tebal dan kuat.
3. Lubang hidung tidak lebar, terlihat kecil karena tertutup atau terlindung bulu hidung.
4. Leher panjang dan pangkal leher agak mengembang.
5. Dada bidang,punggung agak bongkok.
6. Tulang paha kiri dan kanan agak merapat.
7. Jari kaki kuat dan panjang, cengkraman sempurna.
8. Badan berukuran besar dan panjang.
9. Bulu sayap panjang, bulu dada terlihat lembut dan tampak mengkilap.
10. Bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin runcing dan mengecil.
Catatan :
Ilustrasi
di atas di dapat dari proses pembandingan antara Cucak Rawa yang bagus
dan Cucak Rawa biasa, jadi bila kita tidak pernah melihat Cucak Rawa
yang bagus, tentulah sangat sulit bagi kita untuk menerapkan hal
tersebut.
Suara kicauan
Cucak Rawa yang berkualitas memiliki beberapa kriteria, salah satu
syarat tersebut terletak pada kemurnian suaranya. Ibarat benda seni,
keorisinilannyalah yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hal yang perlu
diperhatikan, Cucak Rawa memiliki kemampuan untuk menirukan suara-suara
tertentu, termasuk kicauan burung yang lainnya. Oleh karenanya, jangan
memelihara burung yang suaranya bisa ditirukan oleh Cucak Rawa.
Perawatan Cucak Rawa yang baik dapat memperpanjang usianya namun seiring
usia Cucak Rawa yang bertambah (diatas 10 tahun) maka secara
berangsur-angsur pula daya tahan tubuh serta kicauannya akan menurun
kualitasnya. Namun jangan kuatir, hal tersebut diatas dapat dihambat
dengan pemberian makanan yang variatif serta perawatan yang baik.
Selama
ini, Cucak Rawa yang berasal dari medan lebih populer dibandingkan
dengan Cucak Rawa yang berasal dari daerah lain. Hal ini disebabkan
karena sejak dahulu Cucak Rawa asal medan ini yang selalu membanjiri
pasaran.dalam banyak hal, Cucak Rawa asal medan dapat dikatakan lebih
baik, namun kecepatan suaranya masih kalah bila dibanding dengan Cucak
Rawa asal daerah lain, terutama yang berasal dari lampung dan sumatera
selatan. Hal ini masih belum begitu dipahami oleh kebanyakan para
penggemar Cucak Rawa.
Bila
ditinjau dari segi alam, maka, Iklim, kesuburan tanah, ketinggian dari
permukaan laut serta vegetasi di negara kita sangat beraneka ragam.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menyebabkan perbedaan ukuran
fisik, warna bulu maupun kualitas suara Cucak Rawa. demikian halnya,
selain karakter bawaan dari burung, pola perawatan turut berperan dalam
menentukan kulitas Cucak Rawa Ini Kelak. Ada satu catatan, makanan alami
yang tiap hari dikonsumsi oleh Cucak Rawa dapat berefek pula terhadap
kualitas suaranya.
Mengukur kualitas suara kicauan
bukanlah suatu perkara mudah, karena ukuran/kriterianya akan berbeda
pada tiaporang/kembali ke selera masing-masing. Sebagai salah satu
contoh, murai batu asal medan lebih mengandalkan volume dan variasi
dalam berkicau. Sedangkan Murai Batu Asal Lampung Lebih Mengandalkan
speed atau kecepatan serta gayanya yang atraktif. Demikian halnya pula
dengan Cucak Rawa, ada yang bagus di volume, variasi, speed/kecepatannya
dll.
barikut jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah Asalnya :
1. Cucak Rawa Medan
Ketenaran
Cucakrawa daerah ini tidak hanya dari suaranya, tetpi dari ukuran
tubuhnya pula. Daerah ini memiliki Hutan berawa-rawa yang luas dan tidak
terlalu jauh dari pantai sehingga udaranya lumayan panas. Jadi pohon
yang tumbuh disekitar tempat ini tidaklah terlalu tinggi.
a. Ciri-ciri
ukuran
tubuhnya besar sehingga bila dipegang terasa padat dan agak keras.
Walaupun baru ditangkap dari alam bebas, warna bulunya cenderung seperti
burung yang telah lama dipelihara, yaitu hijau keabu-abuan sedikit
kecoklatan dan tampak bersih.
b. kualitas suara
rata-rata
memiliki suara kicauan yang baik, bervariasi serta mepunyai volume
suara tang cukup besar. Namun kelemahannya adalah kurang didukung
lengkingan suara atau jeritan, sehinga suaranya terkesan berat namun
kurang tebal. Bila diamati, kicauannya cenderung nggambang/mengambang.
Selain itu, kicauannya kurang bisa dibawakan secara cepat.
2. Cucak Rawa Aceh
Cucak
Rawa asal aceh ini banyak dikenal sebagai Cucak Rawa asal medan.
Tetapi, para penggemar yang senior dapat mebedakan antara Cucak Rawa
Medan dengan Cucak Rawa Aceh.
a. Ciri-Ciri
Cucak
Rawa asal daerah ini, ukuran tubuhnya sebesar Cucak Rawa medan namun
perbedaannya terletak pada bulunya, yakni warna hijaunya lebih menonjol
dari asal medan.
b. kualitas suara
kualitas
suaranya tidak jauh berbeda dengan Cucak Rawa asal medan. Hal ini
disebabkan karena daerah langkat dan aceh hanya dipisahkan oleh sungai
Besitang.
3. Cucak Rawa lampung
Kondisi
alam daerah lampung umumnya berbukit dengan hutan-hutannya yang
tergolong berpohon tinggi. Hutannya pun tergolong hutan terbuka dalam
bentangan yang luas. Walaupun termasuk dtaran tinggi, daerah ini
tergolong berudara cukup panas.
a. ciri-ciri
Cucak
Rawa asal lampung ini memiliki warna bulu yang hampir tidak jauh
berbeda dengan daerah medan. Tetapi ukuran badannya sedikit berbeda. Cucak Rawa asal lampung
memiliki badan yang agak pendek walaupun besar badannya hampir sama
dengan Cucak Rawa medan. Namun demikian, Cucak Rawa asal daerah ini
memiliki fisik yang kekar, berdada bidang serta tulang sayap yang lebih
kokoh bila dibandingkan dengan Cucak Rawa Medan. Hal ini lebih
disebabkan oleh faktor alam/lingkungan sekitarnya.
b. kualitas suara
suara
nya tidak sekeras asal medan, namun kicauannya lebih tajam dengan
sedikit variasi yang lebih sedikit dibanding asal medan. namun Cucak
Rawa dari daerah ini mampu membawakan nyanyiannya dalam speed yang baik
dan cepat.
4. Cucak Rawa Sumsel, Jambi dan Riau daratan
Daerah ini tergolong berhutan lebat dan berawa-rawa luas.
a. ciri-ciri
hampir sama seperti asal lampung, namun perbedaannya terletak pada bagian dadanya yang kurang bidang.
b. kualitas suara
hampir sama dengan lampung hanya saja dengan volume lebih kecil sedikit bila dibandingkan lampung.
5. Cucak Rawa Kalimantan
Pada saat ini, yang banyak membanjiri pasaran adalah Cucak Rawa yang berasal dari daerah ini.
a. ciri-ciri
warnanya
kurang hijau bila dibandingkan Cucak Rawa asal sumatera demikian pula
ukuran badannya. Ukurab badannya tidaklah sebesar Cucak Rawa Sumatera.
b. Kualitas Suara
Cucak
Rawa asal kalimantan ini tidaklah sebaik Cucak Rawa asal Sumatera.
Kebanyakan tempo kicauannya sedikit lambat serta kurang keras dan kurang
tebal. Kebanyakan, para penggemar Cucak Rawa menyatakan bahwa Cucak
Rawa kalimantan ini bersuara tipis dan kurang tajam.
Yang Tidak Kalah Penting Pada Perawatan Suara Burung Ini Adalah Pada "Menjaga kemurnian suaranya"
Para
penggemar fanatik CUCAK RAWA rata-rata memiliki keinginan yang sama,
yakni memiliki kicauan Cucak Rawa yang suaranya tidak terkontaminasi
oleh suara yang lainnya.
Dengan
kata lain, Cucak Rawa yang memiliki citarasa yang baik adalah Cucak
Rawa yang memiliki orisinalitas suara/kemurnian suaranya terjaga dengan
baik.
Salah
satu enyebab suara Cucak Rawa kurang berkualitas lebih dipengaruhi
perawatan serta perlakuan yang kurang baik. Walau tidak sepenuhnya
benar, dan tidak sepenuhnya pula bisa berhasil, Cucak Rawa yang memiliki
suara kurang baik masih dapat diperbaiki.
Pada
burung-burung berkicau jenis yang lain, suara variasi dari hasil
memaster/manyadur suara dari burung-burung yang lainlah yang menjadi
andalan. Bahkan untuk menaikkan kualitas suaranya, mereka dimaster
dengan menggunakan suara-suara yang tajam (mbeset) yang bertujuan untuk
mengungguli burung lain sejenisnya manakala dikonteskan. Ambilah satu
contoh Murai batu, variasi suaranya lebih dari 10macam dan itupun masih
bisa dimaster lagi dengan suara burung lain agar suaranya menjadi lebih
dahsyat.
Hal tersebut diatas sangat bertolak belakang dengan Cucak Rawa,
karena Pada dasarnya, suara kicauan Cucak Rawa yang baik adalah suara
murni Cucak Rawa itu sendiri yang jelas-jelas kurang memiliki variasi,
serta vokalnyapun kurang jelas (seperti berkumur-kumur)
Bilaman
akita perhatikan, suara Cucak Rawa bila diistilahkan sebagai suatu
kosakata, suara Cucak Rawa hanya terdiri dari suara
tlang-tang-tling-tlung-tung dan hanya memiliki kisaran 5 variasi saja.
Terkontaminasinya
suara cucakrawa dengan suara lain maupun kicauan burung lain yang
ditirunya dapat menyebabkan kurangnya minat calon pembeli yang
benar-benar mengerti akan Cucak Rawa yang secara otomatis pula akan
menjatuhkan kharismanya sekaligus nilai jualnya. Langkah antisipatifnya
adalah dengan menjauhkan/menghindarkannya dari kicauan maupun
suara-suara yang kurang baik. Untuk kita pahami bersama, Cucak Rawa
tergolong pandai walaupun tidak secerdas burung yang lainnya. Kan
tetapi, bila terlalu sering mendengarkan suara tertentu, maka Cucak Rawa
dapat menyuarakannya ulang dengan baik sesuai bunyi aslinya. Adaun
suara yang harus dihindari adalah suara yang bertype volume besar,
berat, namun disuarakan dengan lembut/mengalun. Seperti suara poksai,
perkutut, murai batu, ayam, ****** serta beberapa bunyi seperti
terompet, balon dan klakson mobil.
Memelihara
Cucak Rawa tampaknya jauh lebih mudah, selain kita tidak membutuhkan
masteran burung lain (karena hal tersebut memang tidak diperbolehkan)
namun pada kenyataannya tidaklah semudah itu untuk membentuk dan
menemukan ataupun memiliki Cucak Rawa yang suaranya berkualitas. Hal ini
disebabkan karena syarat-syarat suara Cucak Rawa yang berkualitas
selain tidak terkontaminasi oleh suara yang lain, suara Cucak Rawa yang
berkualitas adalah bilamana seekor burung Cucak Rawa dapat melantunkan
suaranya secara baik, kemudian dapat mengulanginya dalam tempo yang
tinggi/cepat dan terus berulang, serta menyuarakannya dengan lantang,
keras dan lepas seperti manakala dia berada di alam bebas.
Kesimpulan yang bisa kita tarik dari tulisan diatas bahwa untuk memiliki Cucak Rawa
yang berkualitas maka *mempertahankan kemurnian suara Cucak Rawa adalah
suatu keharusan*. Kemurnian suara ini bertujuan agar kita sebagai para
penggemar suara Cucak Rawa setiap kali mendengarkan suara kicauannya,
karena gema suaranya, seakan kita merasa ditengah-tengah hutan rimba,
terkadang pula, kicauan Cucak Rawa yang bergulung-gulung bisa
diibaratkan seperti deru suara aliran air yang deras. Patut diakui,
bahwa dengan mendengarkan kicauan suara Cucak Rawa memang dapat
memberikan kesejukan tersendiri di dalam hati para pendengarnya.
CIRI JANTAN DAN BETINA
Cucak
Rawa termasuk burung monomorfik di mana tidak ada perbedaan ciri fisik
yang terlihat dari luar yang membedakan antara burung jantan dan burung
betina. Namun demikian, ada beberapa patokan yang bisa digunakan untuk
menentukan jenis kelamin burung Cucak Rawa oleh para penangkar.
Ciri fisik
Jantan
Kepala bulat, dengan bulu berwarna lebih tua, tampak ada semacam belahan bulu. Bulu rahang lebih putih dan tampak bersih cerah. Bulupunggung
dan sayap lebih abu-abu, garis-garis hitam putih lebih nyata. Ekor
lebih panjang dan menyatu paruh tampak lebih kokoh kuat dan tebal serta
agak melengkung. Garis hitam di bawah mata tampak lebih jelas.
Betina
Kepala
lebih datar, dengan bulu berwarna lebih ringan, dan tidak ada belahan
bulu. Bulu rahang lebih kotor, tampak putih keabu-abuan. Garis-garis
hitam putih kurang jelas. Ekor lebih pendek dan sedikit agak mengembang.
Paruh lebih pipih dan cenderung tampak lebih cantik. Garis hitam di
bawah mata dengan warna lebih ringan.
Tingkah Laku dan Gerakan
Dari
tingkah laku dan gerakannya, burung Cucak Rawa dapat diketahui
sekaligus dibedakan antara jantan dan betinanya. Terutama bila Cucak
Rawa telah jinak dan gerakannya telah menunjukkan kebebasan tanpa ada
rasa takut.
Jantan
Gerakannya
lebih agresif, sering melompat, seakan-akan menantang dan terlihat
berani. Bila melihat lawan jenisnya seakan-akan merayu dan melakukan
gerakan atraktif, sedang bila dengan jenis yang sama, seakan-akan ingin
menyerang. Banyak gerakan kaki dan tubuh yang seakan-akan hendak
mengangkat ke atas dan ekornya mengarah ke bawah. Kepala menunjukkan
gerakan melongok ke atas dengan gerakan yang nampak berani dan menantang
disertai dengan siulan keras bernada memanggil.
Betina
Gerakan
lebih lamban dan tampak halus. Bila melihat lawan jenisnya akan
menggerak-gerakkan sayap yang sedikit agak dikembangkan paruh terbuka
dan lidah digerak-gerakkan seperti anak Cucak Rawa yang minta disuapi
induknya. Sambil mendekat menyuarakan suara yang lembut, sambil
merendahkan badan serta ekornya agak terangkat keatas. kepala sering
merunduk atau merendah ke depan merendah sejajar dengan punggungnya.
Suara
Dari suaranya, burung Cucak Rawa dapat dibedakan jenis kelaminnya, walaupun untuk itu perlu dibutuhkan waktu yang relatif lama.
Jantan
Lebih
sering menyampaikan nada panggil tinggi, keras dan melengking. Banyak
variasi nada dan irama yang sering diperdengarkan. Bila berkicau bersama
atau berpasangan akan memimpin irama lagunya. Secara garis besar
suaranya *Klang Kling Klung* saja
Betina
Suara
terdengar besar dan dalam, seakan akan memberi jawaban kicauan burung
jantan. Variasi suara lebih monoton dan seolah olah hanya mengikuti
saja. Perbandingan ini akan nampak jelas lagi bila dua burung, jantan
dan betina, sedang berkicau bersahut-sahutan saling didekatkan. Namun
ada juga burung betina yang dapat bersuara doble atau ropel, sehingga
dalam ini sulit untuk memilih atau menentukan antara jantan dan betina.
Secara garis besar suaranya *Klang Kling Klung* diakhiri dengan *Kliuk*
Cucak Rawa adalah burung kicauan termahal di Indonesia/burung kicauan kelas atas???
Sengaja
saya berikan 3 tanda tanya dalam judul paragraf ini diatas. Hal ini
tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menegaskan pertanyaan ulang dari
apa yang sudah tenar mengenai burung ini pada saat ini.
Walaupun
secara tampilan, Cucak Rawa tidaklah semenarik burung beo, burung
kepodang, burung murai, kacer ataupun burung jenis lain yang memiliki
warna yang indah. Bahkan dibandingkan dengan satu kerabatnya yakni
burung kutilang, warna Cucak Rawa belumlah sebanding keindahannya. Akan
tetapi, walaupun sosoknya kurang menarik, Cucakrawa memiliki suara yang
cukup tinggi nilai ekonomisnya, harganya terus naik demikian halnya
dengan kharismanya sebagai kicauan unggulan tidak diragukan lagi.
Tingginya
harga Cucakrawa bakalan, maupun yang sudah jadi menjadi pertimbangan
tersendiri bagi para penggemar kicauan, terutama bagi penggemar pemula
untuk memilikinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Cucakrawa memiliki
kelas tersendiri dan seakan terkesan sebagai burung kelas atas. Terlebih
sampai dengan saat ini para penggemarnya hampir sebagian besarnya
didominasi oleh kalangan pengusaha maupun para penggemar yang
penghasilannya cukup baik. Citra Cucak Rawa yang baik inilah yang
membuat burung ini sulit didapati di alam bebas, bahkan di pasaran
sekalipun.
Namun
bila diamati tidak demikian halnya adanya. Cucak Rawa walaupun memiliki
harga yang relatif tinggi ternyata murah untuk dipelihara bila
dibandingkan dengan memelihara burung berkicau jenis yang lainnya.
Makanan kesehariannya adalah pisang/buah-buahan dan diselingi dengan
voor. Makanan tambahannya bisa berupa jangkrik 5 ekor pagi 5 ekor sore,
dan kroto (tidak wajib). Porsi EF tersebut tidaklah sebanyak yang kita
butuhkan manakala memelihara jenis burung yang lainnya. Bisa dikatakan,
memelihara Cucak Rawa sesimple memelihara trucukan atau kutilang hanya
karena faktor mahalnya harga bakalan burung ini, maka kita tidak mau
bereksperimen. Andaikata mau bereksperimenpun dengan cara yang sangat
hati-hati.
Kalau
diistilahkan, membeli burung Cucak Rawa seperti membeli motor 4 tak.
Harga di awal saja yang tinggi, setelah itu dalam kesehariannya irit
bensin, tanpa perlu membeli olie samping sebagai pelengkap EF hariannya
seperti halnya bilamana kita membeli motor 2 tak.
Termasuk
suatu hal yang kurang tepat pula bila menyebut bahwa Cucak Rawa adalah
burung termahal. Sebab tidak sedikit pula burung jenis yang lainnya yang
bandrolnya memasuki 7 digit, bahkan bisa 8 digit bilamana berprestasi.
Sedikit kesimpulan yang bisa kita tarik adalah
CUCAK RAWA harga awalnya saja yang tinggi, namun untuk perawatannya bisa dibilang murah meriah.
PERLENGKAPAN MEMELIHARA
Tempat
Cucak
Rawa bisa dipelihara dengan sangkar kotak dengan ukuran panjang-lebar
45-60 cm dengan tinggi 60-70 cm. Sementara tenggeran atau pangkringan
bisa dibuat dari kayu asam dengan diameter 1,5 cm-2,5 Cm. walau sekarang
banyak tangkringan jadi yang tersedia di pasaran, namun lebih baiknya
gunakan kayu asam untuk tangkringan, kecuali burung tersebut sebelumnya
sudah terbiasa dengan tangkringan jenis yang lainnya. Ada beberapa kasus
juga, Cucak Rawa berhenti berkicau/macet sementara saat menyesuaikan
dengan tangkringannya yang baru.
*Tingkatkan kualitas sangkar*
Tidak
semua sangkar dipasaran berkualitas baik. Bisa saja jerujinya kasar.
Hal ini dapat menyebabkan burung menjadi luka terutama bagi Cucak Rawa
hasil tangkapan alam non anakan. Tujuan perbaikan kualitas sangkar ini
tak lain dan tak bukan adalah untuk mencegah luka ada pangkal paruh dan
bagian kaki serta bulu ekor. Untuk melakukan peningkatan kualitas
sangkar bisa dilakukan pengecatan. Warna yang baik adalah warna cokelat
muda ataupun warna yang kalem.
Saran
: belilah/sediakan sangkar terlebih dahulu sebelum membeli burung
karena biasanya walau kondisinya telah halus, namun bau catnya masih
menyengat. Cucilah sangkarnya sekalipun baru untuk menghilangkan bau,
kotoran dan debu.
Cucakrawa
yang dipindahkan sangkarnya, dipegang dan dibawa untuk melakukan
perjalanan jauh akan mengalami stress walaupun hanya dalam skala ringan
sekalipun.
Ciri cirinya sbb :
1) gelisah
2) nafsu makan berkurang
3) bulu kepala agak mengembang
4) bergerak naik turun ke dasar sangkar secara berulang-ulang
5) kurang rajin berkicau
Pakan
Sama
dengan burung lain pada umumnya, Cucak Rawa memerlukan menu pakan yang
variatif sehingga kecukupan nutrisi, vitamin dan mineralnya. Pakan yang
bagus, selain lengkap nutrisinya seperti protein, karbohidrat, juga
lengkap vitaminnya seperti vitamin A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide)
B6, B12, C dan K3. Selain itu, perlu pula mengandung zat esensial
seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah
salah satu bentuk dari vitamin B) dan Ca-D. Di samping vitamin, perlu
juga kecukupan mineral. Mineral dibutuhkan dalam pembentukan darah dan
tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi
sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti vitamin, mineral
berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya
seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Yang termasuk
mineral yang diperlukan burung Cucak Rawa adalah Calcium, Phosphor,
Iron, Manganase, Iodium, Cuprum, Zinccum, Magnesium, Sodium Chlorin dan
Kalium.
Voer
Sebaiknya
pilih yang berkadar protein sedang yaitu: 12%-18%, belum tentu Voer
yang berharga mahal akan cocok dengan sistem metabolisme setiap burung
Cucak Rowo. Voer diberikan sebagai pelengkap kebutuhan nutrisinya.
Selalu ganti dengan Voer yang baru setiap dua hari sekali.
Buah Segar
Burung
ini sangat menyukai buah Pepaya, Pisang Kepok Putih, Apel, Pir, Tomat
dan beberapa buah lainnya. Sebaiknya perbanyak pemberian buah Pepaya,
karena buah Pepaya mengandung vitamin C yang tinggi sehingga membantu
meningkatkan daya tahan tubuh. Disamping itu, buah Pepaya sangat mudah
dicerna dan sangat cocok dengan sistem metabolisme rata-rata burung
pemakan buah.
EF (Extra Fooding)
Pakan
tambahan yang sangat baik yaitu: Jangkrik, Orong-orong, Kroto, Ulat
Hongkong, Ulat Bambu, Kelabang, Belalang dan lainnya. Pemberian EF harus
selalu disesuaikan dengan karakter pada masing-masing burung dan juga
harus mengetahui dengan pasti dampak klausal dari pemberiannya EF
tersebut.
PERAWATAN HARIAN
Perawatan
harian untuk burung Cucak Rawa relatif sama dengan burung berkicau
jenis lainnya, kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan
konsisten. Berikut ini Pola Perawatan Harian dan Stelan Harian untuk
burung Cucak Rawa :
1.
Jam 07.00 burung diangin-anginkan di teras. Jam 07.30 burung dimandikan
(karamba mandi atau semprot, tergantung pada kebiasaan masing-masing
burung).
2. Bersihkan kandang harian. Ganti atau tambahkan Voer, Air Minum dan buah segar.
3. Berikan Jangkrik 5 ekor pada cepuk EF. Jangan pernah memberikan Jangkrik secara langsung pada burung.
4.
Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam/hari mulai pukul 08.00-10.00.
Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
5. Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit, lalu sangkar dikerodong.
6. Siang hari sampai sore (jam 10.00-15.00) burung dapat di Master dengan suara master atau burung aseli cucakrowo.
7. Jam 15.30 burung diangin-anginkan kembali diteras, boleh dimandikan bila perlu.
8. Berikan Jangkrik 3 ekor pada cepuk EF.
9. Jam 18.00 burung kembali dikerodong dan di perdengarkan suara master selama masa istirahat sampai pagi harinya.
PENTING
1. Kroto segar diberikan 1 sendok teh maksimal 2x seminggu. Contoh setiap hari Senin pagi dan hari Kamis pagi.
2. Buah segar diberikan rutin setiap hari, dengan format: Hari Senin sampai hari Kamis.
3. Buah Pepaya, hari Jum’at dan hari Sabtu berikan Apel atau Pisang atau buah lainnya.
4. Berikan multivitamin yang dicampur pada air minum seminggu sekali saja.
5. Berikan buah pisang yang yang telah diolesi madu setiap hari Sabtu.
Penanganan jika Cucak Rawa overbirahi
1. Pangkas porsi jangkrik menjadi 2 pagi dan 2 sore.
2. Bisa diberikan 2 ekor ulat bambu dalam 3 hari berturut-turut.
3. Frekuensi mandi dibuat lebih sering, misalnya pagi-siang dan sore.
4. Lamanya penjemuran dikurangi menjadi 30 menit/hari saja.
Penanganan Apabila Burung Cucak Rawa Kondisinya Drop
1. Tingkatkan porsi pemberian jangkrik menjadi 8 pagi dan 4 sore
2. Tingkatkan porsi pemberian kroto menjadi 3x seminggu
3. Mandi dibuat 2 hari sekali saja
4. Burung segera diisolasi, jangan melihat dan mendengar burung Cucak Rawa lain dahulu
5. Lamanya penjemuran ditambah menjadi 2-3 jam/hari
PERAWATAN CUCAK RAWA UNTUK LOMBA
Perawatan
lomba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perawatan harian. Tujuan
perawatan pada tahap ini yaitu mempersiapkan burung agar mempunyai
tingkat birahi yang diinginkan dan memiliki stamina yang stabil. Kunci
keberhasilan perawatan lomba yaitu mengenal baik karakter dasar
masing-masing burung.
1. H-3 sebelum lomba, jangkrik bisa dinaikkan menjadi 8 ekor pagi dan 4 ekor sore.
2. H-2 sebelum lomba, burung sebaiknya dijemur maksimal 30 menit saja.
3. 1 Jam sebelum di gantang lomba, berikan jangkrik 3 ekor dan ulat hongkong 10-20 ekor.
Apabila burung akan turun lomba kembali, berikan Jangkrik 1 ekor lagi.
PENTING
1. Jangan memandikan burung pada saat di lapangan, karena dapat membuat birahi burung tersebut menjadi sangat tidak stabil.
2. Berikan kesempatan pada burung untuk beradaptasi sebentar pada suasana lapangan, agar burung tidak kaget.
PERAWATAN DAN STELAN BURUNG CUCAK RAWA PASCA LOMBA
Perawatan pasca lomba sebenarnya berfungsi memulihkan stamina dan mengembalikan kondisi fisik burung.
1. Porsi EF dikembalikan ke stelan harian.
2. Berikan multivitamin pada air minum pada H+1 setelah Lomba.
3. Sampai H+3 setelah lomba, penjemuran maksimal 30 menit saja.
PERAWATAN CUCAK RAWA MABUNG
Untuk
burung cucakrowo, sangat jarang terjadi mabung total dan biasanya hanya
nyulam atau ganti bulu secara bergantian. Namun jika terjadi burung
mengalami masa nyulam dengan banyak bulu yang berjatuhan, maka perlu
dilakukan treatmen mabung. Seperti apakah treatmen mabung itu? Masa
mabung (moulting) merupakan masa yang sangat menuntut perhatian penghobi
burung. Bulu yang hilang dan digantikan selama masa mabung atau
meranggas ini menyerap 25% dari total protein yang ada di dalam tubuh
burung. Inilah mengapa selama masa mabung perlu ditambahkan juga protein
sebesar seperempat total protein dalam tubuh burung. Bulu-bulu dan
selongsong bulu terdiri atas lebih dari 90% protein, khususnya protein
yang disebut keratins. Protein bulu berbeda dengan protein pada tubuh
dan telur serta memerlukan jumlah proporsional yang berbeda atas asam
amino (pembangun sel atau blok protein). Burung harus mengonsumsi
makanan dengan kandungan asam amino jenis ini kemudian menyerap dan
disimpan sebagai protein (keratin) khusus bagi keperluan pertumbuhan
bulu. Proses ini sangat penting bagi burung dan tubuh burung harus
bekerja ekstra untuk mendapatkan gizi yang cukup untuk membentuk bulu
secara sempurna.
Ketika
burung mabung, mereka juga memerlukan energi yang besar untuk
memproduksi bulu baru. Keperluan energi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan protein, menyebabkan burung harus mengonsumsi lebih banyak
makanan selama meranggas untuk dapat mempertahankan pertumbuhan bulu
baru. Untuk diketahui saja, energi yang diperlukan burung selama masa
mabung sebesar dua setengah kali lebih banyak ketimbang burung yang
sedang memproduksi telur (lihat misalnya penjelasan pada “Moulting in
Bird” di situs vetafarm.com yang menjadi referensi utama untuk tulisan mengenai masalah mabung ini).
Faktor-faktor
yang berpengaruh pada masa mabung tidak bisa sepenuhnya dipahami,
karena sangat kompleks. Umur burung, musim saat mabung, cuaca harian,
kadar hormon dan siklus perkembangbiakan, semua menjadi faktor penentu
bagi keberhasilan atau kegagalan burung melewati masa mabung. Hal yang
paling utama untuk diingat adalah bahwa pada saat burung mabung, Anda
harus memberikan suplai pakan yang cukup sehingga mereka bisa
mengembangkan bulu-bulu sesempurna mungkin. Untuk menyediakan protein
yang diperlukan untuk peningkatan produksi bulu, Anda harus meningkatkan
asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin. Protein
seperti itu bisa ditemukan di dalam daging hewan. Daging dapat diberikan
kepada kebanyakan burung yang sedang mabung dalam jumlah kecil plus
pemberian suplemen makanan yang baik. Suplemen multivitamin dan
multimineral yang baik seharusnya mengandung berbagai vitamin dan
mineral serta asam amino untuk memungkinkan tumbuhnya bulu secara
normal.
Meskipun
pada umumnya mabung berjalan normal, ada beberapa hal yang sering
mengganggu masa mabung burung, khususnya tumbuhnya bulu yang tidak
merata atau bahkan ada bulu yang tidak rontok (sekadar nyulam).
Waktu
Maksimal ganti bulu adalah antara 6-7 minggu. Bila melebihi batasan
waktu tsb, pasti ada yang salah dalam perawatan maupun gangguan yang
diterima burung terlalu banyak. Seperti burung jenis yang lainnya,
pertumbuhan bulu memerlukan asupan gizi yang lebih dibandingkan pada
saat perawatan hariannya. Bila ada Cucak Rawa, berarti porsi jangkriknya
yang lebih banyak.
Pemberian
makanan porsi extra ini, selain sebagai asupan untuk pertumbuhan bulu,
juga mempunyai tujuan untuk menjaga kondisinya agar tetap stabil serta
setelah pergantian bulu ini kulitas suaranya menjadi lebih baik.
Umumnya, setelah ganti bulu, maka kualitas mental dan kualitas suara
burung akan menjadi lebih baik.
Penggangu Proses Mabung
1.
Penyakit - Penyakit yang disebabkan virus circovirus (Beak and Feather
Disease) dan virus polyoma adalah penyakit paling umum yang menyebabkan
burung kesulitan memproduksi bulu. Psittacosis kronis, gangguan parasit
dan infeksi bakteri pada usus dapat pula menyebabkan bulu burung sulit
tumbuh.
2.
Gizi buruk – Sebagaimana digambarkan di atas, persyaratan untuk
berlangsungnya produksi bulu secara normal memang sangat banyak, dan
karenanya makanan yang kurang gizi bisa
3. menyebabkan tumbuhnya bulu yang tidak berkualitas (mudah patah, mudah kusam, melintir/ keriting dan sebagainya).
4.
Kimiawi – penggunaan bahan kimiawi sering menyebabkan bulu tumbuh tidak
sempurna atau bahkan merusak bulu. Salah satu contohnya adalah zat
pembasmi cacing pada merpati yang dikenal sebagai Mebendazole. Bahan
kimia ini akan menyebabkan bulu burung melintir jika diberikan semasa
burung mabung.
5.
Stres – Hal ini terjadi terutama untuk burung yang disuapi/loloh dengan
tangan manusia. Tangan manusia menyebabkan bulu baru tidak bisa
berkembang sempurna dan sebagainya.
Apa yang perlu Anda lakukan agar burung dapat memiliki bulu baru sebaik mungkin?
Pertama, menyingkirkan segala cacing, kutu, mikroba pengganggu dan parasit lainnya.
Kedua, pastikan tidak satupun dari burung Anda menjadi pembawa virus bibit penyakit, misalnya Polyoma.
Ketiga,
berikan gizi yang cukup selama burung meranggas/mabung dengan pakan
yang bagus. Hanya saja perlu diingat bahwa pakan yang bagus bukan
berarti pakan yang banyak, sebab terlalu banyak pakan yang hanya
mengandung karbohidrat misalnya, hanya akan membuat burung kekurangan
gizi meski secara fisik terlihat gemuk.
Jika
Anda telah melakukan semua hal di atas dan masih mengalami masalah
dengan kualitas bulu Anda perlu berbicara dengan dokter hewan khusus
burung.
BURUNG CR DALAM KANDANG TANGKARAN
PENANGKARAN CUCAK RAWA
Sebelum penangkaran Cucak Rawa
dimulai, terlebih dahulu perlu dilakukan seleksi atau pemilihan
terhadap burung-burung ini, terutama apabila jumlah yang dimiliki cukup
banyak. Tetapi apabila burung yang ada jumlahnya terbatas, maka seleksi
semacam tidak perlu dilakukan. Seleksi ini dimaksudkan agar memperoleh
pasangan calon induk yang memenuhi syarat, yang diharapkan dapat
menghasilkan keturunan yang bermutu dan memuaskan.
Calon untuk Induk Penangkaran
Burung yang disiapkan untuk keperluan penangkaran harus memiliki semua kriteria
sebagai calon induk. Kriteria tersebut antara lain:
1.
Mutu dan kualitas burung harus baik; memiliki mental yang bagus; suara
kicaunya bagus, nadanya bagus, volumenya bagus, iramanya bagus, jarak
jangkaunya jauh, dan bersih atau kristal.
2. Fisik sempurna, dalam arti tidak cacat.
3. Sehat, dalam arti tidak sakit-sakitan.
4. Baik pejantan maupun betinanya sudah siap kawin.
5. Mau dan dapat ditangkarkan dalam arti mampu kawin secara normal
6. Dari keturunan yang baik dan mempunyai keturunan yang baik pula (tidak cacat, rajin, dan sayang mengasuh anaknya)
Kunci keberhasilan penangkaran
Keberhasilan
penangkaran sangat ditentukan oleh sangkar atau kandang yang digunakan
cocok atau tidak. Sangkar atau kandang penangkaran adalah sangkar atau
kandang yang diperuntukkan sebagai tempat menangkarkan atau
mengembangbiakkan pasangan burung Cucak Rawa yang telah siap dan
memenuhi kriteria untuk dijodohkan. Oleh sebab itu, harus dibedakan
antara sangkar untuk pemeliharaan atau kurungan dengan sangkar untuk
penangkaran.sangkar untuk penangkaran lebih tepat disebut kandang.
Selain ukuran yang jauh lebih luas, kandang juga memerlukan berbagai
peralatan yang dapat mendukung serta membantu usaha penangkaran.
Agar
sesuai dengan habitat dan kehidupan aslinya di alam bebas, atau setidak
tidaknya mendekati, maka kandang penangkaran ini harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain:
Lokasinya cocok dan strategis.
- Cocok: artinya banyak faktor pendukung yang memperlancar usaha penangkaran, antara lain cukup mudah mendapat air dan
makanan; tersedia listrik sebagai pemanas dan penerangan, lingkungan
tidak terlalu dekat dengan keramaian yang mengganggu, kecuali kicau
burung. Selain itu, ada tempat untuk membuang sampah atau kotoran, serta
jauh dari binatang yang dapat mengganggu suasana penangkaran.
- Strategis: lokasi penangkaran mudah
dikenal dan dijangkau para penggemar, dekat dengan jalan serta
transportasinya mudah. Kalau mungkin tidak berada dalam kota dan lebih
baik lagi bila berlatar belakang pegunungan yang masih menyerupai hutan.
Hal ini akan sangat mendukung keindahan suasana penangkaran. Karena,
selain hasil yang akan diharapkan, kombinasi antara alam yang indah dan kicauan burung
yang akan memberikan kenikmatan tersendiri. Tersedianya tenaga, bahan,
dan sarana penunjang lainnya perlu pula dipertimbangkan, karena hal ini
akan membawa kemudahan serta mendukung perkembangan penangkaran.
Konstruksi bangunan memenuhi syarat dan bentuk memadai.
Kandang penangkaran yang baik dan cocok adalah kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bahan kerangka dari kayu yang kuat, tidak mudah lapuk, dan tahan lama .
2.
Lantai dasar terbuat dari batu kali, batu apung, kerikil pasir dan
tanah atau lumpur. Komposisi ini menyerupai kehidupan asli di hutan
sehingga memenuhi kebutuhan dan sarana merawat diri bagi burung.
Misalnya batu apung untuk mengasah paruh, pasir sebagai tempat mandi
debu dan lain sebagainya.
3.
Kolam atau rawa buatan dibuat dari semen dan batu alam yang dibentuk
sealami mungkin agar tampak luas sehingga burung akan merasa senang,
betah dan merasa gembira Dengan kandang yang ideal, yaitu panjang 3m,
lebar 2m dan tinggi 3m yang umumnya dilengkapi dengan pohon perdu serta
tempat mandi yang cukup membuat burung Cucak Rawa merasa nyaman.
Berikut
ini saya sajikan gambaran kasar kandang penangkaran. Model kandang
penangkaran ini bisa digunakan untuk kandang berbagai macam burung,
tinggal disesuaikan ukurannya. Tetapi sesungguhnya kandang penangkaran
tidak ada yang ideal sebab semuanya diawali dengan kondisi yang ada
saja. Bisa jadi Andapunya bekas kamar mandi, kamar kost-kostan dsb yang
bisa disulap jadi kandang penangkaran. Yang penting, sirkulasi udara
cukup dan syukur-syukur bila mendapat sinar matahari pagi.
CUCAK RAWA DALAM KANDANG PENANGKARAN BEKAS KOST2AN
Panjang x lebar x tinggi: 90x90x180
Bahan
Batas samping kanan-kiri dan belakang = dinding/ tembok atau papan yang tahan lama dsb.
Atas = bagian yang tertutup bisa langsung di atasnya adalah genting dengan semua bagian kandang sudah tertutup kawat strimin.
Tangkringan = kayu asem, kayu jati serutan dll yang penting keras, dengan diameter sekitar 2 – 3 cm.
Papan tempat pakan (F) kayu yang kuat.
Rangka dari Kayu atau bahan yang tahan lama
CR MENGERAM DALAM SARANG PENANGKARAN
Sarangwadah
sarang alternatif yang juga disukai cucar rowo (CR) yang terbuat dari
kelapa tua yang dibelah jadi dua dan diambil dagungnya dan tempurungnya,
seperti di bawah ini:
Pemilihan pasangan
Keberhasilan
penangkaran burung Cucak Rawa sangat ditentukan oleh pasangan baru yang
akan ditangkarkan sebagai calon induk. Untuk menentukan induk yang
baik, faktor-faktor berikut ini harus diperhatikan, yakni:
Mutu atau Kualitas
Burung
yang akan ditangkarkan sebaiknya telah benar-benar diseleksi
kualitasnya, yang meliputi mutu suara atau kicau, mental dan jiwanya,
keutuhan fisik serta daerah asal (peringkat teratas saat ini adalah
Cucak Rawa yang berasal dari Sumatera).
Umur Burung
Umur
burung yang akan ditangkarkan sangat menentukan kualitas piyik atau
anakan yang dihasilkan. Anak atau piyik dari induk yang terlalu muda
selain kondisi fisiknya lemah, juga kicau atau suaranya akan kurang
keras atau bantas. Kemungkinan lain adalah induk muda ini kurang atau
belum mampu merawat anaknya dengan baik, sehingga kemungkinan mati di
saat kecil sangatlah besar. Sebaliknya, induk yang umurnya terlalu tua
selain sudah kurang produktif, telur yang dierami kemungkinan tidak
dapat menetas. Kalaupun dapat menetas anaknya kurang sehat atau bahkan
mati,
Umur yang baik bagi penangkaran burung Cucak Rawa
adalah 2 tahun bagi pejantan dan 1,5 tahun bagi betina, sebab pada umur
tersebut Cucak Rawa telah mencapai dewasa kelamin. Apabila induk burung
yang ditangkarkan berasal dari satu keturunan (dari induk yang sama),
penangkaran dapat dimulai pada umur 1,5-2 tahun.
Asal-usul Pasangan
Satu
induk yang sama, yakni dari satu tetasan yang pada umumnya terdiri atas
jantan dan betina.Keuntungan pasangan dari induk yang sama ini adalah
lebih mudah menjodohkannya
serta
mudah pula menentukan jantan dan betinanya, karena mereka telah
berpasangan sejak menetas. Kelemahannya adalah, keturunannya tidak
mungkin menghasilkan kombinasi suara lain karena berasal dari satu darah
atau satu garis keturunan.
Jenis Kelamin
Sering
terjadi, karena ketidaktahuan penangkar, burung yang dijodohkan adalah
pasangan yang terdiri atas jantan semua atau betina semua. Hal ini
sering dialami oleh penangkar pemula. Walaupun burung yang dijodohkan
adalah betina semua, dapat bertelur. Hal ini mungkin terjadi bila gizi
yang diperlukan oleh burung tercukupi. Penentuan jenis kelamin sangat
menentukan keberhasilan penangkaran, sebab bila sampai salah,
penangkaran akan mengalami kegagalan. Untuk menentukan jenis kelamin ini
telah duraikan di atas secara rinci.
Kecocokan Pasangan
Burung
yang telah ditentukan jenis kelaminnya belum menjamin pasangan ini
dapat akur atau jodoh dan dapat menghasilkan telur atau keturunan.
Burung jantan dan betina yang disatukan dalam sangkar belum pasti cocok,
mereka dapat saling menyerang, dan mungkin pula si jantan kalah oleh
betinanya. Dalam hal semacam ini, pasangan burung ini harus segera
dipisahkan agar tidak mengalami kerusakan bahkan dapat mengakibatkan
matinya salah satu burung.
Kesehatan
Burung
yang disiapkan untuk induk, hendaknya betul-betul telah diseleksi
kesehatannya, baik kesehatan fisik maupun mentalnya lebih-lebih pada
burung yang cacat. Burung yang kurang sehat atau tidak fit tidak mungkin
menghasilkan anakan yang yang baik seperti yang diharapkan.bila burung
yang dijodohkan ini sakit, akibatnya akan lebih fatal. Oleh karena itu,
burung yang dijodohkan harus selalu dijaga kesehatannya melalui
perawatan, pemberian makan yang baik serta kebersihan kandangnya. Selain
umur prodiktifnya panjang, kesehatan burung juga akan menghasilkan
keturunan yang baik dan memuaskan
CARA MENJODOHKAN
Bila
calon induk yang akan ditangkarkan telah dipilih serta telah memenuhi
syarat tersebut di atas, tiba saatnya untuk memasukkannya ke dalam
kandang penangkaran. Menjodohkan atau
memasukkan burung ke dalam kandangpun ada tekniknya tersendiri, yakni sebagai berikut:
1.
Masukkan burung jantan ke dalam kandang penangkaran terlebih dahulu,
hingga benar- benar tampak tenang dan tidak lagi gelisah, syukur sudah
mau berkicau
2.
Dekatkan atau tempelkan sangkar/kurungan yang berisi burung betina pada
kandang penangkaran yang sudah berisi burung jantan calon pasangannya,
pada salah satu dinding kandang dan amati terus. Bila keduanya telah
mulai tertarik dan mendekat serta menunjukkan isyarat gerak yang cocok,
barulah mulai dengan tahap berikutnya yaitu memasukkan burung betina ke
dalam kandang penangkaran
3.
Masukkan Cucak Rawa betina dalam kandang penangkaran secara hati-hati,
agar si jantan tidak terkejut dan menyebabkan ketakutan serta menghambat
adaptasi keduanya. Waktu yang tepat untuk memasukkan burung betina
adalah sore hari menjelang tidur, dengan maksud agar keduanya dapat
segera tenang dan tidak saling menyerang. Ikuti dan awasi terus
perkembangannya agar dapat dipastikan bahwa keduanya akur dan tidak
saling menyerang. Apabila dalam beberapa hari sudah mulai tampak akur
dan selalu rukun, dapat diharapkan pasangan ini akan segera menghasilkan
keturunan
1.
Berikan cukup makanan baik makanan buatan, buah-buahan maupun makanan
ekstra berupa serangga, belalang atau jangkrik. Air minum dan kolam rawa
atau kolam buatan agar selalu dijaga kebersihannya serta mengganti
airnya.
2.
Pada waktu memberikan makanan ekstra, berupa belalang atau jangkrik,
usahakan agar dibantu dengan tangan atau lidi, agar terjalin kontak
langsung dengan pemilik. Kontak secara langsung dengan burung perlu
latihan atau pendekatan sedikit demi sedikit dan penuh kesabaran. Kontak
langsung ini sangat diperlukan, agar terjalin hubungan kasih saying.
Bila kontak langsung sering dilakukan, maka setiap kali kita datang ke
lokasi kandang, burung akan menyambut gembira dan penuh harap untuk
mendapatkan hadiah makanan kesayangan
3.
Setelah beberapa waktu akan tampak jelas adanya kehidupan yang rukun,
penuh kegembiraan yang diselingi dengan canda dan saling berkejaran
riang namun tidak menyerang
4.
Secara naluriah, seperti ketika masih di hutan, biasanya pasangan
burung ini akan membuat sarang dan mulai bertelur menjelang musim
penghujan, yaitu sekitar bulan Juli-Agustus.
Apabila pasangan ini sama-sama tampak mengumpulkan rumput kering atau
bahan lain dan mulai menyusun sarang, segera berilah tambahan daun
cemara, rumput kering ataupun serabut kelapa agar burung mudah mencari
bahan sarang
5.
Setelah segalanya dirasa siap, maka si betina akan segera bertelur
antara 2 sampai 3 butir. Tetapi ada kalanya burung akan bertelur sampai 4
butir. Tetapi pada umumnya Cucak Rawa hanya bertelur 2 butir saja.
Telur yang semula berwarna putih ini lama-lama menjadi agak kekuningan
dan kemudian akan muncul bintik-bintik coklat muda kekuning-kuningan.
Pengeramannya biasanya dilakukan secara bergantian. Pada hari ke empat
belas, biasanya telur akan segera menetas. Anak Cucak Rawa akan diasuh
oleh kedua induknya secara bergantian.
KENDALA UTAMA PENANGKARAN
Penjodohan
Dalam
penjodohan burung untuk penangkaran, kesulitan utama adalah menyamakan
masa birahi burung. Sebab, apabila burung tidak sama masa birahinya,
maka penjodohan sulit dilakukan. Untuk itu, Anda perlu memberikan asupan
pakan yang bisa memunculkan birahi burung, baik untuk jantan ataupun
betina. Dalam kaitan ini, disarankan Anda menggunakan multivitamin dan
multi mineral yang dilengkapi dengan suplemen lengkap dan seimbang
disertai bahan aktif yang bermanfaat untuk kebutuhan utama asupan makan
burung indukan. Sebagai salah satu contohnya adalah Bird Mature.
Macet produksi
Banyak
sekali kasus burung macet produksi. Meskipun indukan jantan dan betina
terlihat sehat, namun ternyata keduanya tidak juga melakukan perkawinan.
Atau kalau melakukan perkawinan tidak terjadi pembuahan. Tanda tidak
ada pembuahan adalah telur yang kosong sampai masa pengeraman berakhir.
Sebenarnya, macet produksi dalam kasus di atas adalah karena datangnya
masa birahi burung pasca telur menetas tidak berbarengan. Dengan
demikian, dalam kasus ini juga disarankan menggunakan BirdMature
sehingga muncul birahi jantan dan betina pada saat yang bersamaan.
Fungsi utama BirdMature memang meningkatkan fertilitas dan menormalkan
fungsi reproduksi burung. Namun dia juga memiliki fungsi lain, yakni
meningkatkan daya tahan tubuh piyikan (burung-burung muda), menormalkan
sistem kekebalan tubuh piyikan serta menyempurnakan pertumbuhan bulu
burung. Banyak burung piyikan mati disebabkan dia kekurangan asupan yang
seharusnya tersimpan secara normal ketika dia masih dalam bentuk telur.
Dengan pemberian BirdMature, risiko kematian anakan piyikan burung bisa
ditekan.
PERAWATAN PASCA TELUR MENETAS
Apabila
telah diketahui kapan kira-kira telur akan menetas, persiapkan segala
sesuatnya dengan cermat, telaten dan penuh perhatian. Dalam dua atau
tiga hari menjelang telur menetas hendaknya telah disediakan kroto atau
serangga lain yang lembut dan lunak agar sewaktu-waktu menetas induk
langsung dapat memberi makan anak-anaknya sesuai kehendaknya.
Di
dalam sangkar induk tidak bisa secara bebas mencarikan makan untuk
anaknya, maka kebutuhan pakan untuk anak burung harus selalu
diperhatikan dari hari ke hari. Karena kebutuhan makannya tidak selalu
sama dari hari ke hari sejak umur 1 hingga 15 hari, anak akan mulai
belajar keluar sarang terutama saat bulunya sudah mulai lengkap. Induk
burung akan memilih dan memberikan jenis pakan yang sesuai cocok dengan
anaknya, sesuai dengan umur dan besar anaknya. Pada tahap menyuapi ini
pemberian pakan ekstra berupa serangga, tidak boleh terlambat, agar
pertumbuhan anak burung tidak terlambat, dan mungkin akan mengalami
kegagalan. Setelah anak Cucak Rawa mulai keluar dari sarang, jumlah
jatah pakan perlu ditambah. Pada tahap ini, anak burung akan selalu
minta disuapi dan kelihatannya selalu lapar dan ingin makan.
Usahakan
untuk tidak terlalu cepat memisahkan anak burung dari induknya, tunggu
sampai kira-kira berumur satu atau dua bulan. Saat yang paling tepat
untuk memisahkan anak dari induknya adalah bila ada tanda-tanda bahwa
induk berusaha menjauh, bila anak mendekat untuk minta disuapi dan
seolah-olah akan mematuknya. Setelah tanda-tanda tersebut di atas
terlihat, segera ambil dan pisahkan dengan hati-hati, agar induknya
tidak terkejut dan stress. Apabila terkejut, apalagi stress, dapat
mengakibatkan induk burung tidak mau bertelur dalam waktu yang cukup
lama. Di malam hari burung Cucak Rawa mempunyai kebiasaan tidur lelap
dengan memasukkan dan mendekap kepalanya di bawah bulu sayapnya,
sehingga apabila cukup hati-hati anaknya dapat di tangkap tanpa
sepengetahuan induknya.
Anak
Cucak Rawa yang telah dipisahkan, dikumpulkan menjadi satu dalam
sangkar pemeliharaan. apabila kelak akan dijadikan calon induk,
anak-anak burung ini tidak perlu dipisah-pisahkan agar dapat tetap
rukun. Selain itu, dalam membentuk pasangan yang baru, dan menentukan
jantan dan betinanya tidak mengalami kesulitan lagi. Tetapi bila
dimaksudkan untuk keperluan lain, misalnya calon yang akan diikutkan
lomba atau sekedar untuk di dengar suaranya, setelah anak burung mulai
belajar berkicau dapat segera dipisahkan dari yang lain, agar cepat dan
rajin berkicau. Cari master untuk melatihnya, seperti kaset, menggunakan
burung yang sudah jadi dan baik atau menggunakan burung sejenis
trucukan.
Merawat dan melatih cucakrowo
Setelah
cukup umur, burung muda hasil penangkaran, dikumpulkan dalam sangkar
terpisah dari induknya. Dilihat dari berbagai segi, burung Cucak Rawa
hasil penangkaran lebih baik kualitasnya dan memiliki kelebihan
dibandingkan Cucak Rawa hasil tangkapan. Kelebihan-kelebihan tersebut
antara lain:
Kelebihan Cucak Rawa hasil penangkaran
1. Lebih jinak dan mudah beradaptasi, karena lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga.
2. Belum pernah tahu dan merasakan kehidupan di hutan sehingga tak ada rasa tertekan atau ingin hidup bebas.
3. Bentuk fisiknya bagus karena pemilihan induknya secara selektif.
4. Corak suara telah dapat diketahui berdasarkan induk yang menurunkan.
5. Kesehatannya terjamin karena terawat sejak telur menetas.
6.
Seleksi ketat dan penangkaran yang terkontrol akan menghasilkan
keturunan yang semakin hari semakin dapat ditingkatkan kualitasnya.
Kelemahan Cucak Rawa hasil penangkaran
Walaupun
Cucak Rawa hasil penangkaran memiliki kelebihan, tetapi peternak perlu
menguasai cara dan teknik melatih, agar burung cepat dan rajin berkicau
dengan baik. Sebab, kelemahan burung hasil penangkaran adalah pada
lagunya yang kadang kemasukan “suara setan” atau suara lain yang tidak
kita inginkan misalnya suara ayam, perkutut dan suara hewan lainnya.
Dalam melatih Cucak Rawa muda perlu dipersiapkan langkah sebagai berikut:
1.
Usahakan sangkar yang dipakai bukan sangkar mentahan (belum di cat),
agar kepala dan bulu tidak rusak, akibat menabrak jeruji sangkar.
2.
Usahakan agar Cucak Rawa muda selalu mendengarkan lagu dan irama kicau
dari Cucak Rawa yang sudah jadi, lebih bagus lagi bila pernah menjadi
juara. Untuk lebih mudahnya, gunakan kaset rekaman burung Cucak Rawa
juara.
3.
Dapat pula digunakan master dari jenis burung trucukan. Karena burung
ini memiliki banyak persamaan, baik bentuk maupun irama/nada kicaunya,
hanya suaranya lebih kecil. Kelebihan trucukan ini adalah banyak yang
memiliki lagu ganda yang kini banyak digemari dan menang dalam lomba
atau pameran.
4.
Agar Cucak Rawa muda tidak takut, jangan didekatkan dengan burung yang
telah jadi dan berkicau keras-keras. Bila perlu biarkan burung muda ini
mendengarkan kicauannya saja, tanpa melihat burungnya. Setelah beberapa
waktu dan kelihatan bahwa burung muda ini sudah agak pandai serta kuat
mentalnya, boleh didekatkan dengan burung yang sudah bagus, agar
terbiasa dan berani berkicau bersama bersahut-sahutan seperti saat
berada dalam arena pameran. Tanpa latihan yang baik, burung burung yang
sudah rajin dan kicaunya baguspun belum berani unjuk suara di arena.
Burung
cucak rawa yang sedang bersemangat kicau sering tidak mengenal lelah
dan selalu ingin berkicau, apalagi bila melihat atau mendengar suara
burung lain. Keadaan ini jangan dibiarkan saja atau bahkan dibanggakan,
karena terlalu bersemangatnya berkicau, burung dapat mengalami kerusakan
pita suara atau duburnya. Untuk mencegahnya, sekali waktu, burung perlu
diistirahatkan dengan jalan ditutup dengan kain atau ditempatkan dalam
ruangan yang agak tertutup.
Satu
minggu satu kali burung disemprot dengan air menggunakan semprotan atau
disediakan air di bak plastic dalam kurungan agar burung dapat mandi
terutama di pagi atau siang hari. Dapat pula dilakukan dengan
memindahkan burung ke sangkar lain yang telah dilengkapi dengan bak
plastic kecil. Caranya, rapatkan kedua pintu sangkar, kemudian giring
dan arahkan agar burung pindah dengan sendirinya tanpa mengalami
gangguan yang berarti.
Pakan
dan minum yang diberikan secara teratur, serta sangkar yang dijaga
kebersihannya, sangat menentukan kesehatan burung. Apalagi bila
dilakukan dengan cara yang halus yang disertai kasih sayang, akan
menimbulkan ikatan batin antara burung dan pemiliknya. Bila pasangan
piyik Cucak Rawa muda ingin dijadikan indukan baru sebaiknya pasangan
ini tidak dipisah sampai saatnya nanti kedua burung menjadi dewasa dan
siap dimasukkan dalam sangkar penangkaran tanpa harus melalui seleksi
jenis kelamin untuk dijodohkan. Pasangan ini biasanya pasti jantan dan
betina, sehingga akan langsung akur dan menjadi induk baru. Dari antara
sekian kali hasil penetasan, ada juga yang mungkin jantan semua atau
betina semua, namun ini jarang terjadi. Bila hal ini terjadi, segera
ganti dengan burung atau pasangan lain yang cocok. Burung juga mempunyai
perasaan, dalam arti mereka dapat merasakan kalau mereka disayang,
disanjung, atau bahkan dimarahi. Oleh karena itu, dukungan dari anggota
keluarga untuk dapat memahami, ikut senang dan menerima kehadiran
burung-burung tersebut di rumah sangat diperlukan. Hal ini akan terasa
bila suatu saat kita harus berpergian dan pulang terlambat, atau tidak
pulang sama sekali, perawatan burung dapat dibantu dan diselesaikan oleh
keluarga tanpa mengalami perubahan apalagi sampai terlantar.
Tanpa latihan yang baik, burung burung yang sudah rajin dan kicaunya baguspun belum berani unjuk suara di arena.
PROBLEM UTAMA CUCAK RAWA
1.
Kurang fighting spirit alias kurang semangat tempur biasanya karena
burung masih muda, burung kurang fit, kegemukan. Atasi dengan pemberian
asupan yang seimbang gizi, vitamin dan mineralnya selama 3 hari sebelum
turun lomba. Jika kegemukan, perbanyak mandi.
2.
Memperdengarkan “suara mati” atau suara burung lain seperti ayam,
perkutut dan lain-lain. Atasi dengan pemasteran intensif suara burung
cucakrowo. Bisa menggunakan kaset bisa menggunakan cd. Burung jangan
dijadikan jinak. Biarkan sedikit liar. Cucak Rawa jinak memerlukan
stimulan digoda atau disiuli agar bunyi. Cucak Rawa semi liar, suaranya
cenderung keras dan rajin bunyi.
3.
Mabung nyulam terus-menerus, penyebabnya kebanyakan lemak dan protein
tetapi kekurangan vitamin dan mineral. Kurangi dulu penjemuran dari
porsi biasanya.
4. Nyekukruk tak bergairah. Bisa disebabkan oleh gangguan parasit, baik cacing maupun kutu.
WACANA DAN OPINI YANG BERKEMBANG SERTA FAKTA
YANG ADA MENGENAI JENIS-JENIS SUARA BURUNG CUCAK ROWO
Burung
Cucak Rowo atau Burung Cucak Rawa adalah salah satu jenis burung
berkicau terbaik di Indonesia, burung ini sangat banyak digemari oleh
kicaumania dan bernilai ekonomis sangat tinggi. Salah satu yang
menjadikan harga nilai jual burung Cucak Rowo tersebut menjadi tinggi
adalah jenis suaranya dan lagu-lagu yang di-nyanyikannya. Banyak wacana
dan opini keliru yang berkembang mengenai jenis-jenis suara burung Cucak
Rowo ini, tetapi tidak satupun dapat dibuktikan secara ilmiah. Terutama
untuk suara ropel pada burung Cucak Rowo.
Hal tersebut diatas bisa dibuktikan dengan fakta-fakta yang kita jumpai di keseharian kita sebagai berikut :
-
Anakan dari hasil breeding pasangan burung Cucak Rowo yang bersuara
Ropel, belum tentu akan bersuara Ropel seperti kedua indukannya.
-
Dari indukan yang ”engkel” atau lebih dikenal dengan bersuara tunggal,
belum tentu juga akan menghasilkan anakan burung Cucak Rowo yang
bersuara engkel. Hal ini sudah sering dan banyak terjadi.
Fakta
ini membuktikan bahwa Suara Ropel yang dihasilkan oleh burung Cucak
Rowo adalah dampak dari proses pemasteran selama burung tersebut tumbuh
besar. Kedua indukan ropel akan mewarisi suara ropel kepada anak-anaknya
apabila pada saat anakan tersebut menetas dan tumbuh besar, selalu
mendengar suara ropel dari kedua indukannya tersebut. Inilah pentingnya
proses pemasteran bagi burung Cucak Rowo. Burung Cucak Rowo memiliki
tingkat IQ yang standar, berbeda dengan burung-burung berkicau dari
keluarga Turdidae yang memang dikenal lebih cerdas. Tetapi dengan metode
dan tahapan-tahapan pemasteran yang tepat, proses pemasteran burung
Cucak Rowo sangat mudah dilakukan. Perlu diingat, proses memaster sama
dengan proses DOKTRIN. Sering di dengarkan, maka akan direkam dan
ditirukan.
Mungkin
akan timbul pertanyaan, bagaimana, kapan dan pada usia berapa burung
Cucak Rowo harus kita master? Hampir semua burung berkicau dapat di
master dengan suara yang kita inginkan, tetapi apabila proses memaster
dari usia dini dan usia muda, maka akan memperoleh hasil yang lebih
optimal. Karena memori burung pada usia dini masih kosong, sehingga
sangatlah mudah untuk men-doktrinnya. Akan tetapi kita juga dapat
memaster dan merubah suara dari burung yang telah berumur dewasa, tetapi
dengan metode dan tahapan-tahapan yang benar. Masalah waktu bukanlah
suatu kendala untuk suatu keberhasilan. Akhirnya, inilah fakta yang
membuat semua wacana dan opini keliru yang berkembang tentang asal usul
suara ropel dapat ditepis dengan sangat mudah. Bagaimana? Apakah anda
tertarik untuk membuktikannya?
Sesuai dengan prinsipnya : Pemasteran = Proses Doktrin
YANG HARUS SELALU DIPERHATIKAN PADA SAAT MEMASTER BURUNG
Di
dalam proses pengisian suara master atau memaster burung berkicau,
tidak selamanya harus menunggu burung-burung anda dalam kondisi rontok
bulu/ngurak atau moulting, tetapi juga dapat dilakukan pada
burung-burung dalam kondisi normal bahkan dalam kondisi Top Form
sekalipun.
Yang terpenting dalam proses memaster burung, harus diperhatikan yaitu:
1. Dilakukan pada saat burung istirahat (siang hari setelah mandi-jemur dan pada malam hari).
2.
Kandang burung atau sangkar burung sebaiknya dikerodong (harus),
sehingga burung-burung yang akan di master menjadi tenang dan
memposisikannya atau membuatnya dalam keadaan istirahat. Sehingga burung
lebih berkonsentrasi dalam mendengarkan materi suara-suara Master yang
diperdengarkan.
3.
Volume materi suara master yang diperdengarkan sebaiknya jangan terlalu
besar, kecil saja tetapi jelas terdengar dan hanya boleh memaster satu
persatu materi suara master atau materi suara isian. Jangan
memperdengarkan lebih dari satu suara isian pada waktu yang bersamaan,
karena akan membuat burung tersebut menjadi bingung dalam merekam suara
master. Sebaiknya setelah isian yang satu berhasil direkam atau ditiru
oleh burung berkicau anda, barulah kemudian dimaster dengan isian yang
lainnya.
4.
Materi suara master akan bisa direkam dan ditirukan oleh burung anda
dalam waktu kurang lebih 2 minggu, bahkan bisa lebih cepat lagi
tergantung pada kecerdasan masing-masing burung.
Waktu terbaik memperdengarkan materi Suara Master adalah:
- Siang hari setelah mandi jemur (Posisi burung istirahat)
- Malam hari (Jam 22.00 – 05.00)
Untuk
menjadikan burung Cucak Rowo milik anda memiliki suara ropelan yang
baik, bisa memakan waktu hampir 3 bulan, perhatikan tahapan-tahapan yang
telah ada pada panduan diatas.
PENYAKIT DAN CARA PENGOBATANNYA
Bulu Rontok
Seperti
pada jenis unggas lain, setiap satu tahun sekali, Cucak Rawa akan
mengalami pergantian bulu dan biasanya terjadi sesudah musim kawin. Di
dalam kandang penangkaran, perkawinan diupayakan lebih dari satu kali
dalam setahunnya. Dalam keadaan seperti ini biasanya bulu-bulu burung
akan lepas dengan sendirinya, tetapi kemudian akan tumbuh bulu baru
sebagai penggantinya. Pergantian bulu ini tidak perlu dicegah, karena
merupakan proses alami yang harus terjadi dan untuk perbaikan masa yang
akan datang. Biasanya semakin bertambah usia, bulu burung akan tampak
semakin indah dan sempurna.
Kerontokan
bulu juga dapat terjadi karena dicabuti oleh burung lain atau oleh
burung itu sendiri. Bila hal ini terjadi, pertama-tama harus dicari
penyebabnya, apakah karena kutu, caplak atau sejenis jamur yang
mengganggunya. Bila penyebabnya adalah kutu, caplak atau sejenis jamur,
berikan semprotan obat pembasminya yang berkadar rendah langsung pada
bulunya dengan menggunakan sprayer. Lakukan dengan hati-hati, karena
semprotan ini dapat menyebabkan burung ini mabuk.
Selain
karena kutu-kutu tersebut, sering terjadi burung-burung mencabuti
bulunya sendiri atau bulu temannya. Untuk mencegah hal ini terjadi,
berikan obat anti kanibal yang dicampurkan ke dalam pakan atau air
minumnya.
TELUR YG DIBUANG OLEH INDUKAN
Induk Cucak Rawa Membuang Anak Atau Telurnya
1.
Induk burung Cucak Rawa tidak merasa nyaman dengan lingkungan dan
merasa terancam. Hal itu bisa disebabkan Cucak Rawa memang tergolong
burung yang sensitive, umumnya kandang burung Cucak Rawa dibuat dari
tembok yang tertutup. Suara bising, gaduh serta bau yang menyengat
merupakan salah satu faktor yang membuat burung cucak rawa tidak merasa
nyaman. Ganguan binatang baik tikus,kucing maupun A*J*N* juga merupakan
faktor yang dapat membuat burung Cucak Rawa merasa terancam. Pemecahan
masalah ini yaitu meminimalkan ganguan lingkungan tersebut. Jauhkan
kandang dari keramain orang maupun kendaraan bemotor dan juga jauhkan
kandang dari ancaman binatang peliharaan maupun binatang liar .
2.
Induk burung Cucak Rawa tidak merasa nyaman sehingga membuang serabut
dan menata kembali bahan pembuat sarang. Dalam proses membuang dan
menata kembali serabut tadi telur ikut jatuh. Pemecahan masalah ini
yaitu dengan membuat sarang lebih dari satu sehingga induk Cucak Rawa
bisa memilih sendiri posisi dan kenyamanan sarang yang kita buat. Dan
juga beri tambahan serabut halus untuk ditambahkan sendiri oleh induk
Cucak Rawa agar induk merasa nyaman.
3.
Induk burung Cucak Rawa birahi lagi. Hal itu dapat terjadi bila
pemberian extra fooding yang berlebihan. Ukuran yang normal untuk induk
yang sedang produksi perkandang yaitu 40 ekor jangkrik maksimal,
sedangkan bila sudah mengeram maksimal 10 ekor dan bila telur menetas
maximal 60 ekor. Hal tersebut banyak diamini oleh para penangkar burung
cucakrawa.
4.
Induk yang memang nakal. bila itu terjadi jual aja induknya atau cari
babuan buat mengerami. bisa babuan kutilang atau trucukan. kutilang
lebih cocok dibuat babuan, karena sifatnya yang telaten dan cepat
beradaptasi dengan lingkungan
Berak Darah
Burung
tampak lesu, bulu kusut, sayap ke bawah, mata tertutup, mencret,
tinjanya encer, dan bila telah parah sering berwarna kemerahan karena
darah, tidak mau bertengger dan akan duduk di lantai sangkar. Bila ini
terjadi, maka Jauhkan burung sehat dari burung yang sakit, agar tidak
tertular melalui kotoran, dan bersihkan sangkar dari kotoran yang
menumpuk dan sisa pakan yang basi. Jaga kesehatan burung agar jangan
sampai terganggu pencernaannya, karena penyakit ini menyerang usus higga
menyebabkan peradangan, luka dan mengeluarkan darah.
Pengobatan:
Bila
menghadapi keadaan seperti ini segera pisahkan burung ini dan masukkan
ke dalam sangkar karantina. Kurangi porsi makannya agar ada kesempatan
untuk menyembuhkan usus yang terluka, dan berikan makan yang halus.
Berikan minum Coxilin atau Sulfaquinoxilin dan tambahkan vitamin ke
dalamnya. Dapat juga dengan memberikan kapsul Terafit, yang harus
dimasukkan ke dalam mulutnya.
Gangguan Pencernaan
Seperti
pada gejala berak darah, ditambah dengan gerakan berjingkat-jingkat
sewaktu buang kotoran. Ada tiga kemungkinan pada gangguan pencernaan
ini, mungkin berak darah, berak kapur atau susah buang kotoran. Bila ini
terjadi, Hindarkan pakan yang dapat mengganggu dan merusak pencernaan,
karena burung ini memang memiliki system pencernaan yang kurang baik.
Jagalah kebersihan kandang, berikan cukup air minum dan sekali waktu
berikan papaya untuk melancarkan pencenaan. Hindarkan makanan yang dapat
merusak pencernaan burung, misalnya kaki serangga, sayap serangga atau
biji buah yang keras misalnya biji buah jambu batu atau pisang batu.
Pengobatan:
Bila
burung terkena penyakit berak darah atau berak kapur, lakukan seperti
yang diuraikan di atas. Tetapi bila burung mengalami susah berak,
biasanya ada kotoran yang tertahan sampai beberapa hari, dan burung akan
nampak menderita karena sakit.
Masukkan
air sabun ke dalam duburnya melalui spuit (alat suntik) yang sudah
diambil jarumnya. Air sabun akan memudahkan dan melancarkan saat burung
akan buang kotoran atau berak. Berikan makan papaya agar membantu
pencernaan serta taburkan batuan kecil dan kerikil batu apung.
Radang Mata
Mata
membengkak dan mengandung air, mungkin dapat menyebabkan matanya
melekat sehingga sukar dibuka. Sehingga kurang bergairah dan tampak
bingung bila didekati. Bila ini terjadi, Usahakan agar tidak banyak
angin yang masuk ke dalam kandang. Asap yang masuk ke dalam kandang juga
dapat menjadi penyebab, atau masuknya benda asing ke mata, seperti
pasir, serbuk atau debu.
Pengobatan:
Periksalah
keadaan mata, bila bengkak atau infeksi berikan salep mata. Tetapi bila
tidak, cukup cuci dengan obat pencuci mata atau obat tetes mata.
Usahakan agar burung tidak mendapatkan banyak sinar matahari yang
menyilaukan atau adanya pantulan benda seperti kaca, seng yang baru,
warna putih tembok atau warna lain yang merangsang. Warna benda dan cat
sekeliling kandang penangkaran akan berpengaruh terhadap kesejukan dan
kenyamanan, sehingga membuat kerasan bagi penghuninya.
sisik pada kaki
pada
semua burung, kaki yang bersisik adalah proses yang wajar. akan tetapi,
keadaan ini seringkali diartikan sebagai tanda bahwa burung tersebut
sudah tua atau terkadang malahan dianggap sebagai biang kekurang
menarikan burung tersebut. Hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar.
a. penyebab
sisik
pada kaki Cucak Rawa umumnya kan timbul setelah usianya tua. Namun,
bila baru dipelihara 3-4 tahun ada beberapa kemungkinan yang
menyebabkannya.
1) burung terlalu liar dan banyak bergerak
2) sangkar yang digunakan kurang memadai
3) jarang dimandikan atau memandikannya kurang baik
4) ada gangguan berupa parasit sebagai akibat kebersihan yang kurang terjaga.
Dari beberapa kemungkinan tsb diatas, faktor ke 1 dan 4 adalah faktor yang paling umum kita jumpai.
b. pencegahan dan pengobatan
timbulnya sisik ini tidak dapat dicegah, tapi hanya diminimalisir atau diperlambat melalui cara-cara :
1) tidak memaksanya untuk cepat jinak
2) burung dewasa yang liar letakkanlah ditempat yang agak tinggi.
3) Pergunakan sangkar yang lumayan besar
4) Sering dimandikan dengan cara yang baik
5) Sesering mungkin menjemurnya
6) Selalu menjaga kebersihan sangkarnya
7) Mengoleskan hand body tiap kwartal
Pengobatan
yang dilakukan untuk menghilangkan sisik tidak hanya cukupsekali maupun
dua kali. Pengobatan yang baik dilakukan secara
kontinyu/berulang-ulang.
Hambatan
pengobatan ini terjadi pada saat menangkapnya *terutama bagi yang belum
jinak tentunya* efek dari ditangkap itu sendiri adalah burung dapat
menjadi takut, enggan berkicau serta bulunya dapat rusak.
Untuk memudahkan penangkapan adalah saat burung usai mandi.
Setelah
ditangkap, sisik yang ada dapat diolesi minyak goreng yang hangat,
pasta gigi atau bahkan balsem serta hand body lotion. Saat
mengoleskannya, usahakan sambil diurut-urut. Ulangilah tiap hari,
setelah hari ke-4, bersihkan daerah kaki tersebut dengan air hangat
*ingat…!!! Lakukan dengan hati-hati dan tanpa harus memaksa
melepaskannya*.
sumber : http://tipspetani.blogspot.com/2011/10/kupas-tuntas-burung-cucak-rawa-straw.html